Internasional News Sorotan

Masyarakat Mulai Kesulitan Makamkan Korban Konflik Palestina-Israel

INTENS PLUS Lebih dari dua minggu serangan udara besar-besaran oleh Israel yang menggempur Jalur Gaza, Palestina. Pejabat kesehatan Palestina mengatakan sudah lebih dari 8.000 orang tewas di Jalur Gaza, termasuk ribuan perempuan dan anak-anak.

Dalam hukum, baik Islam maupun Yahudi, sama-sama mewajibkan orang yang meninggal diperlakukan dengan baik dan dikubur sesegera mungkin. Mematuhi aturan-aturan ini, sementara ribuan orang tewas dalam zona perang, terbukti sulit. Ada begitu banyak mayat di Israel dan Jalur Gaza.

Orang-orang Palestina berusaha mengikuti hukum Islam walaupun mereka kesulitan memakamkan ribuan orang yang tewas. Dr. Yasser Abu Jamei adalah kepala Program Kesehatan Jiwa Gaza.

“Mereka mengatakan sekitar 1.500 mayat masih terjebak di bawah reruntuhan, termasuk sekitar 800 anak-anak. Sayangnya, peralatan yang ada tak cukup untuk menangani demikian banyak rumah yang hancur. Kekurangan bahan bakar kini mengimbas mereka. Sebagian dari mayat-mayat itu sudah berada di sana lebih dari satu minggu. Mereka dianggap mati. Mayat-mayat itu tidak bisa dibiarkan di sana, mereka harus dikuburkan dengan cara yang bermartabat,” jelasnya.

Jamei menambahkan, menurut Islam, mayat harus dimandikan, lalu dibungkus dengan kain kafan. Orang-orang yang membawa jenazah ke kuburan, dan para pelayat, harus memanjatkan doa bagi jasad itu sebelum dimakamkan.

Para pelayat menguburkan jenazah warga Palestina dari keluarga Zraiee, yang tewas dalam serangan Israel, di sebuah pemakaman di Jalur Gaza tengah | Sumber : Reuters/Mohammed Fayq Abu Mostafa

Namun, akibat serangan udara Israel, banyak mayat yang tidak utuh. Seringkali muncul situasi di mana satu lubang kuburan harus diisi beberapa jenazah.

“Dalam situasi itu, jasad-jasad dimasukkan dalam satu lubang dan dikuburkan bersama-sama. Pada hari keempat atau kelima ada puluhan jasad di Rumah Sakit Shifa, dan tidak ada sarana yang layak untuk mengadakan pemakaman bagi semua orang,” jelasnya.

Sementara itu, Direktur Institut Forensik Nasional Israel, Chen Kugel, mengatakan, “Kita jarang melihat kekejaman seperti yang kita lihat di sini. Saya sudah 31 tahun dalam bidang patologi forensik dan belum pernah melihat apa pun, sebesar dan sekejam ini.”

Hampir 1.000 jasad masih dalam lemari penyimpanan dingin di satu pangkalan militer. Dari jumlah itu, hampir 300 masih belum diidentifikasi. Banyak mayat yang terbakar sehingga hanya dapat diidentifikasi dengan DNA.

“Kami dapati orang yang tubuhnya hanya tersisa satu kilogram karena terbakar total. Dan sebagian di antaranya hanya berupa potongan,” lanjutnya.

Tugas identifikasi yang sulit ini sangat mendesak karena tradisi Yahudi mewajibkan penguburan segera. Bahkan sebelum pemakaman, doa Yahudi untuk orang mati, “Kaddish,” dibacakan di atas jasad yang dikumpulkan Zaka, organisasi keagamaan Israel yang mengambil jenazah untuk pemakaman Yahudi.

Bagi prajurit yang gugur, ada satuan tentara Israel yang bertugas menangani jasadnya dan menyiapkan penguburan sesuai prinsip penghormatan terhadap orang yang mati.

Ariav Schlesinger, seorang tentara cadangan Pasukan Pertahanan Israel mengatakan, “Harus ada orang yang turun ke kuburan dan memastikan bahwa jasad tentara itu benar-benar telentang lurus, tidak dalam posisi yang tidak sopan, dan seluruhnya tertutup. Kecuali jika benar-benar perlu untuk melihat sesuatu pada mayat itu, maka bagian spesifik itu akan dibuka.”.(*)

Penulis : Fatimah Purwoko

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *