INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta meluncurkan inovasi ECHO yang merupakan akronim dari Enak Cetho di Plaza Balaikota. Langkah tersebut sebagai komitmen Pemkot Jogja dalam meningkatkan jaminan mutu angkringan di Kota Istimewa.
Sekda Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya menyampaikan branding ECHO bertujuan agar para penjual angkringan dapat meningkatkan mutu pangan. Sehingga, dapat meningkatkan kepercayaan konsumen dan wisatawan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang dijual.
“Tentunya ECHO akan meningkatkan kualitas wisata kuliner di Kota Yogyakarta, khususnya pada angkringan dengan konsep angkringan layak pangan yang bergizi dan sehat,” paparnya, Senin (30/10/2023).
Terlebih, kata Aman, faktor utama yang jadi perhatian wisatawan dalam memilih kuliner adalah kebersihannya.
“Maka diperlukan sebuah standar kebersihan untuk meningkatkan kualitas angkringan,” jelasnya.
Aman mengungkapkan, penentuan pemberian branding ini dilakukan dengan beberapa indikator. Kualitas enak diukur dengan uji organoleptik, sedangkan standarisasi cetho PKL angkringan diukur melalui form skor keamanan pangan (SKP).
“Sementara uji cemaran mikroba menggunakan analisis kuantitatif bahan pangan dengan metode Total Plate Count (TPC),” imbuhnya.
Ketua Tim Pelaksana Inovasi ECHO sekaligus Dosen Program Studi Gizi Universitas Respati Yogyakarta, Tri Mei Khasana menambahkan jika kegiatannya dibiayai oleh Dana Keistimewaan. Penelitian oleh tim pun telah dilaksanakan sejak 2021.
Menurut data yang dihimpun timnya, Tri menyebut ada lebih dari 1.100 angkringan yang tersebar di Kota Gudeg. Oleh sebab itu, penting untuk melakukan standarisasi mutu angkringan. Lantaran berkaitan dengan kepariwisataan di Kota Yogyakarta.
“Angkringan yang sudah terverifikasi ECHO akan kami bekali alat pelindung diri (APD). Cetho akan kami bekali alat pelindung diri (APD). Kemudian gerobaknya juga kan kan cat ulang. Kami juga memberikan wastafel portabel sebagai penunjang kebersihan,” bebernya.

Tri pun berharap, kerjasama timnya dengan Pemkot Jogja yang didanai Dana Keistimewaan mampu memonitor seluruh angkringan di Yogyakarta. Sehingga semua angkringan tercatat dan tersertifikasi ECHO.
“Branding akan menjadi cerita lebih lagi untuk wisatawan baik di nasional maupun internasional dalam membawa nama Yogyakarta. Harapannya juga ke depan ada monitoring per tiga bulan atau enam bulan sekali terhadap penerapan ECHO,” ucapnya.
Rizka Ayu Setyani, salah saru anggota Tim Pelaksana Inovasi ECHO menambahkan, pelabelan angkringan akan dibagi menjadi tiga kategori yakni Sempurna, Baik, dan Cukup. Tiap kategori juga akan disimbolkan dengan masing-masing warna yaitu hijau, kuning, dan merah.
Kategori Sempurna dengan simbol warna hijau yakni kategori keamanan pangan baik dengan skor SKP: ≥ 0,9703 atau ≥ 97,03%. Yang diperoleh dari uji organoleptik berasal dari warna, aroma, rasa, dan tekstur.
Kategori Baik dengan simbol warna kuning yakni kategori keamanan pangan baik atau sedang dengan skor SKP : ≥ 0,9703 (≥ 97,03%) atau 0,9332-0,9702 (93,32-97,02%) .
Kategori Cukup dengan simbol warna merah yakni kategori keamanan pangan rawan tetapi aman dikonsumsi dengan skor SKP: 0,6217-0,9331 atau 62,17-93,31%.
Sebagai awal, program ini menyasar pada 10 angkringan di Kota Yogyakarta yang berada di sirip-sirip Malioboro hingga Jalan A Yani meliputi Jalan Margo Utomo, Suryamatjan, Pajeksan hingga Reksobayan. Jalur Ngabean di sekitar Pasar Beringharjo hingga Titik Nol Kilometer Yogyakarta.
Ada pula angkringan yang terletak di sekitar Alun-alun Kidul, Taman Sari hingga sekitar kawasan Wijilan. Terakhir yakni angkringan yang berada di seputaran Stasiun Lempuyangan Yogyakarta.(*)
Penulis : Fatimah Purwoko