Headline Internasional

Membabi Buta, Genosida Israel Sasar Sarana Vital Jalur Gaza

INTENS PLUS – GAZA. Genosida yang dilakukan Israel terhadap Palestina membabi buta. Keadaan di Jalur Gaza, Palestina pun semakin parah. Setelah Israel menyasarkan serangan ke sekolah, rumah sakit, pengungsian, toko roti, bahkan ambulans.

Kantor PBB untuk Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyebutkan, hingga 4 November 2023 sudah lebih dari 1.400 warga Israel dan 9.485 warga Palestina tewas. Ironisnya, hampir separuh dari korban tewas tersebut anak-anak. Lembaga Defense for Children International Palestine menyebutkan, per 3 November 2023, sebanyak 3.826 korban tewas di Gaza adalah anak-anak.

Jumlah korban dapat terus bertambah mengingat masih ada seribuan anak yang dinyatakan hilang. Setidaknya 1.150 anak dilaporkan hilang di bawah reruntuhan bangunan. Selain itu, lembaga Save the Children juga menyebutkan adanya ribuan anak lain yang terluka. Setidaknya ada 6.360 anak luka-luka di Gaza dan 180 anak yang terluka di Tepi Barat.

Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Marsudi mendesak Israel untuk menghentikan pembunuhan terhadap warga sipil dan menyerang fasilitas sipil seperti rumah sakit, masjid, dan gereja.

“Patuhi hukum humaniter internasional. Sekjen PBB pernah mengatakan, di dalam perang pun ada hukumnya,” kata Retno dalam rekaman video yang disampaikan Kementerian Luar Negeri pada Selasa (7/11/2023).

Berkaitan dengan Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Kemlu memastikan rumah sakit tersebut hingga kini masih beroperasi untuk merawat para korban konflik Israel-Hamas, meskipun pasokan bahan bakar semakin menipis.

Kementerian Luar Negeri juga terus berkomunikasi dengan tiga relawan MER-C di rumah sakit itu, yaitu Fikri Rofiul Haq, Reza Aldilla Kurniawan, Farid Zanzabil Al Ayubi, untuk memastikan keselamatan mereka.

Ketiga relawan Indonesia tersebut memilih tetap tinggal di Gaza untuk melanjutkan kerja kemanusiaan mereka.

Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza menjadi harapan satu-satunya warga Palestina di Gaza utara di tengah meningkatnya serangan Israel ke daerah kantong Palestina tersebut, yang dibombardir tanpa henti sejak Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023.

Relawan organisasi kemanusiaan MER-C Fikri Rofiul Haq mengatakan banyak korban jiwa dan korban luka-luka yang dilarikan ke RS Indonesia karena rumah sakit itu adalah satu-satunya rumah sakit dengan fasilitas cukup memadai di Gaza utara. Dia mengatakan saat ini ada lebih dari 2.000 pengungsi di RS Indonesia.

“RS Indonesia merupakan rumah sakit terbesar di Gaza utara, sehingga banyak korban luka-luka maupun meninggal dilarikan ke sini,” kata Fikri.

Namun, RS Indonesia di Jalur Gaza saat ini sedang mengalami krisis energi akibat tidak dialiri listrik. RS itu kini hanya mengandalkan dua generator untuk menjalankan kegiatannya.

Sayangnya, satu dari dua generator tersebut rusak, sedangkan satu generator yang masih berfungsi terkendala pasokan bahan bakar yang terbatas.

Terbatasnya bahan bakar disebabkan oleh blokade Israel yang membuat pasokannya tidak dapat masuk Jalur Gaza.

“RS Indonesia sebenarnya mempunyai panel surya, tetapi itu hanya bisa menyala siang hari dan kekuatan listriknya tidak bisa menghidupkan semua (peralatan rumah sakit), sehingga satu generator itu selalu menyala 24 jam,” kata Fikri.(*)

Penulis : Fatimah Purwoko

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *