Ekonomi Jabodetabek Sorotan

Perekonomian Indonesia Tangguh di Tengah Ketidakpastian Global, Diminta Tetap Waspada

INTENS PLUS – JAKARTA. Hadir di acara Permata’s Bank Indonesia Economic Outlook 2024, Suahasil Nazara selaku Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) RI mengungkapkan kondisi perekonomian Indonesia belakangan.

Melalui pidatonya, ia menyebutkan bahwa ekonomi Indonesia masih tergolong resilien di tengah dinamika ketidakpastian global dan pelemahan suku bunga.

Dibandingkan sejumlah negara ASEAN serta anggota G20, Suhasil mengungkapkan bahwa proteksi pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat sampai dengan 5%.

“Beberapa leading indicators tetap relatif kuat hingga September 2023,”ungkap Wamenkeu singkat. Kamis(9/11/2023).

Suahasil menambahkan jika indeks konsumsi masyarakat Tanah Air masih tergolong tinggi yang artinya merupakan pertanda baik.

Mengingat 55% GDP Indonesia sendiri berasal dari konsumsi rumah tangga.

Sementara itu, PMI Indonesia terus berekspansi, dan indikator produksi seperti konsumsi semen dan listrik juga masih tumbuh positif. Menurut Wamenkeu, ini artinya ekonomi Indonesia terus ekspansif.

Meski berhsil menjaga angka inflasi di 2,6%, Wamenkeu tetap menghimbau agar perekonomian Indonesia tetap waspada dengan volatile food kenaikan harga pangan yang diakibatkan oleh El Nino.

Pemerintah sendiri telah menyiapkan sejumlah langkah antisipasi terhadap efek fenomena alam tersebut agar inflasi tetap terkendali dengan baik.

Diungkapkan pula oleh Wamenkeu bahwa biasanya belanja pemerintah di kuartal keempat akan lebih besar dan cepat menjelang akhir tahun. Harapannya belanja pemerintah yang meningkat ini  akan mengamankan pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga masih tetap sesuai angka proyeksi tahun ini yaitu sekitar diatas 5%.

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III telah dirilis oleh BPS sebesar 4,9%. Namun, kami meyakini bahwa pertumbuhan Indonesia hingga akhir tahun 2023 akan tetap di angka proyeksi 5,1%. Kuarter keempat akan menjadi kuncinya,” imbuhnya.

Di sisi lain, defisit fiskal pada APBN tahun ini disetel di angka 2,84% dari PDB. Namun demikian, realisasi pada akhir semester I 2023 menunjukkan angka yang lebih rendah dari proyeksi awal.

“Pada Juli lalu, ketika pemerintah melaporkan secara resmi ke DPR mengenai posisi fiskal Indonesia, kami memperkirakan defisit fiskal tahun ini akan berada di kisaran 2,3% dari PDB. Jadi lebih rendah,” lanjut Wamenkeu.

Sejumlah hal masih dihitung oleh pemerintah menjelang akhir tahun.

Meski demikian, Suahasil menyebutkan jika meski belanja pemerintah akan lebih tinggi dan dipercepat pada kuartal keempat, pemerintah masih melihat kemungkinan defisit hingga akhir tahun akan bisa di bawah 2,3%. Hal Ini sangat penting karena dapat menjaga posisi fiskal Indonesia.

“Namun seperti yang terlihat dari data perekonomian Indonesia, meskipun defisit fiskal menurun pada tahun lalu dan (kemungkinan juga) pada tahun ini, hal tersebut tidak mempengaruhi pertumbuhan Indonesia. Mengapa? Karena perekonomiannya tangguh,” ungkapnya.

Hal ini menurutnya ditandai dengan pengingkatan konsumsi, investasi serta ekspor dari masyarakat Indonesia sendiri.

Penerimaan pajak teratur pada sektor-sektor utama juga menjadi perkembangan yang dinilai positif oleh Wamenkeu guna terwujudnya Perekonomian Indonesia Tangguh.

“Jadi, perekonomiannya yang tangguh. Bukan hanya APBN yang tangguh, tapi perekonomian Indonesia secara keseluruhan juga tangguh. Ini merupakan fundamental yang sangat baik untuk situasi perekonomian Indonesia,” pungkasnya.(*)

Penulis : AWPP

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *