INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Bangsa Indonesia akan menyelenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) serentak pada 14 Februari 2024.Jelang kampanye yang akan mulai 28 November 2023, Pimpinan delapan perguruan tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta menyampaikan seruan pemilu damai di Balairung Universitas Gadjah Mada (UGM), Jumat (24/11). Seruan ini disampaikan dalam rangka mendorong agar kampanye berjalan dengan damai, bermartabat, dan berkualitas.
Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia mengawali pembacaan seruan, menurutnya kampus di DIY harus mengawal hajatan demokrasi 2024 secara bersama-sama. Guna memastikan berlangsung secara konstitusional dan memiliki legitimasi sesuai prinsip demokrasi.
“Pemilu memiliki makna penting untuk menjaga penyelenggaraan bernegara dan merawat tata pemerintahan demokratis demi mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagaimana dimandatkan dalam konstitusi,” ucapnya.
Ova bilang, pemilu 2024 yang demokratis, memiliki makna yang semakin penting. Mengingat Indonesia masih menjadi salah satu referensi penting berjalannya sistem demokrasi, di tengah kemunduran ekstrem demokrasi di berbagai negara. Sementara masa kampanye menjadi salah satu tahapan krusial yang menjadi wahana untuk sosialisasi dan pengenalan program politik, pengenalan kandidat, dan partai politik dengan rencana kerjanya, sekaligus mengenali rekam jejak mereka.
Sementara Rektor UII, Prof. Fathul Wahid pun menekankan salah satu poin penting yang diserukan adalah terkait kampanye yang substantif dan berkualitas.
“Mari kita mewujudkan kampanye yang substantif dan berkualitas, ditandai dengan dialog yang dinamis dan konstruktif, proses interaksi untuk membangun konsensus tentang hal-hal strategis menyangkut masa depan demi kebaikan dan kemajuan Indonesia,” ujarnya.
Selain itu, kampanye pemilu juga diharapkan mengedepankan kedewasaan sikap, pemikiran, dan kematangan politik para pemimpin dan kandidat, dalam menyikapi dan mengelola segala perbedaan dan keragaman cara pandang sebagai realitas yang lumrah dalam peristiwa demokrasi.
Rektor USD, Albertus Budi Susanto, S.J. Ph.D pun mengaharapkan kampanye yang menghindari sikap destruktif, tindakan sewenang-wenang, perilaku kekerasan yang merusak dan memecah belah komponen bangsa. Selain itu menghindari dan mencegah hate speech, hoax, fitnah dan adu domba yang cenderung merugikan rakyat Indonesia dan mengorbankan kepentingan nasional. “Karena itu adalah bentuk kemunduran demokrasi,” tegasnya.
Para pimpinan perguruan tinggi juga mendorong segenap kontestan Pemilu, penyelenggara Pemilu, dan aparatur negara untuk mengedepankan ketaatan terhadap peraturan dan hukum yang berlaku. Di samping itu menjaga integritas dan kejujuran, bersikap adil, serta berkomitmen bersama demi mewujudkan Pemilu bermartabat dan kredibel. Sebagai kunci menjaga demokrasi yang berkualitas.
Rektor UPN Veteran Yogyakarta, Prof. Dr. Mohammad Irhas Effendi, M.Si menambahkan, para pemimpin perguruan tinggi pun mengajak segenap komponen masyarakat sipil, insan akademik, jurnalis, tokoh agama, lembaga swadaya masyarakat, dan berbagai pihak yang peduli dan berkomitmen untuk berpartisipasi aktif. Bersama menjadi bagian dari upaya menyukseskan pemilu sebagai agenda nasional, dengan cara-cara edukatif, mencerahkan dan kritis.
“Sebagai bagian dari tanggung jawab merawat demokrasi Indonesia,” tandasnya.
Perguruan tinggi yang terlibat dalam deklarasi ini adalah UGM, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma (USD), Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), dan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”.(*)
Penulis: Fatimah Purwoko