INTENS PLUS – YOGYAKARTA . Sri Sultan High Level Meeting TPID DIY guna membahas persoalan terkait inflasi dan kemiskinan di Hotel Rohan, Bantul.
Gubernur DIY mengatakan jika daya beli menurun dan inflasi semakin tinggi adalah isu yang harus diwaspadai.
“Apabila produsen seperti petani kecil yang menanam cabai kemudian harganya naik ya sudah biarkan saja mereka menikmati hasil jerih payahnya agar lebih sejahtera. Jadi yang perlu kita perhatikan adalah apabila inflasi tersebut meningkat dibarengi dengan persentase kesejahteraan petani yang naik saya pikir bukan masalah asal petani ikut merasakan untung bukan pedagangnya saja,” ungkapnya. Selasa(28/11/2023).
Dari data yang dipaparkan kepada publik oleh rilis resmi BPS tercatat per Februari 2023 lalu inflasi DIY mencapai angka 0,27 persen.
Jika diambil kesimpulan maka year on year inflai tahunan DIY memiliki nilai atau level di angka 6,28%.
Kemudian beralih pada bulan Oktober 2023 sendiri, inflasi DIY mencapai angka 2,44%. Angka ini berada di atas invasi nasional yang berada di angka 1,80%. Komoditas pendorong inflasi di DIY ini adalah bensin beras serta rokok baik kretek maupun filter.
Sebab menurut Sri Sultan angkanya tergolong tinggi, tentunya ia lantas menyarankan perubahan menuju strategi baru sebagai langkah antisipasi.
Ia menghimbau kepada Walikota dan Bupati untuk bekerja lebih keras lagi, sebab jika dibiarkan ada kekhawatiran DIY tidak akan mengalami pertumbuhan ekonomi atau stuck.
Salah satu strategi yang menurutnya efektif yakni dorongan pemanfaatan TKD maupun pengembangan lempung mataraman menjadi hal yang bisa dilakukan dengan bantuan dana keistimewaan. Namun yang perlu diingat penggunaan dana keistimewaan ini harus diiringi dengan rancangan rancangan program yang tepat sehingga ketika dana tersebut turun masyarakat tahu harus berbuat apa dengan dana tersebut demi kemajuan masyarakat itu sendiri.
“Salah satu harapan saya adalah bagaimana kabupaten kota itu nanti bisa mendapatkan dana keistimewaan. Dana tersebut kemudian betul-betul dimanfaatkan untuk menjalankan program yang baik untuk masyarakat. Semuanya harus dipersiapkan jangan sampai ketika kami memberikan dana tersebut karena tidak ada program yang matang kemudian dana tersebut dikembalikan dengan alasan belum siap,” imbuhnya.
Herum Fajarwati selaku Kepala BPS DIY mengatakan beberapa efek inflai terlalu tinggi terhadap perekonomian daerah terutama berfokus pada Kota Yogyakarta.
Menurutnya, beberapa hal yang memengaruhi inflasi DIY yakni makanan, minuman dan tembakau secara umum.
Lalu kemudian ada pakaian dan alas kaki, disusul oleh perumahan, air listrik, dan bahan bakar rumah tangga serta perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga. Setelah itu ada kesehatan, transformasi informasi komunikasi dan jasa keuangan. Rekreasi, olahraga dan budaya, pendidikan, penyediaan makanan dan minuman restoran, perawatan pribadi dan jasa lainnya.
“Pengendalian inflasi yang lebih terukur dan berkesinambungan, ada 3 hal yang harus dilakukan. Pertama adalah Indeks Pengembangan Harga Mingguan, Indeks Disparitas Harga Antar Wilayah Bulanan, dan koefisien variasi harga minuman. Ketiganya ini menggunakan 20 komoditas terpilih sebagai variabel pengukur,” ungkap Herum.
Komoditas terpilih tersebut menurut Herum adalah beras, daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah, cabe merah, cabai rawit, minyak goreng, gula pasir, bawang putih, daging sapi, tepung terigu, udang, ikan kembung, mie instan, tempe, tahu, pisang, susu bubuk balita, susu bubuk dan jeruk.(*)
Penulis : AWPP