Edukasi Nasional Sorotan

Waspadai Cuaca dan Risiko Penyakit Akibat Pancaroba

INTENS PLUS – JAKARTA. Peralihan dari kemarau ke penghujan, mengakibatkan musim pancaroba. Selain berdampak pada cuaca, pancaroba pun memiliki risiko penyakit yang identik.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi sebagian wilayah akan mengalami hujan ringan. Bahkan ssbagian wilayah DKI Jakarta didominasi dengan langit berawan pada Selasa (28/11/2023).

Melalui laman resminya, BMKG meminta warga Jakarta Selatan waspada terhadap potensi hujan disertai petir dan angin kencang.

“Waspada potensi hujan disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat yang dapat terjadi di sebagian wilayah Jaksel pada malam hari,” tulis BMKG diperingatan dini cuaca, hari ini.

Potensi yang sama juga dilaporkan akan melanda sejumlah daerah penyangga Ibu Kota, yaitu Bogor, Depok, dan Bekasi. Kondisi cuaca tersebut terjadi siang hingga malam.  

“Waspada potensi hujan hujan yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang pada siang hingga malam hari di sebagian wilayah Kab Karawang, Kab dan Kota Bekasi, Kota Depok, Kab dan Kota Bogor,” sebut BMKG.

BMKG pun terus mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem di masa peralihan atau pancaroba dari musim kemarau ke musim hujan.

“Cuaca ekstrem berpotensi besar terjadi selama musim peralihan. Mulai dari hujan lebat disertai petir dan angin kencang serta hujan es,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.

Dwikorita mengemukakan, arah angin bertiup sangat bervariasi, sehingga mengakibatkan kondisi cuaca tiba-tiba bisa berubah dari panas ke hujan atau sebaliknya. Namun, secara umum biasanya cuaca di pagi hari cerah, kemudian siang hari mulai tumbuh awan, dan hujan menjelang sore hari atau malam.

Awan Cumulonimbus (CB) biasanya tumbuh di saat pagi menjelang siang, bentuknya seperti bunga kol, warnanya ke abu-abuan dengan tepian yang jelas. Namun, menjelang sore hari, awan ini akan berubah menjadi gelap yang kemudian dapat menyebabkan hujan, petir, dan angin.

“Curah hujan dapat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir bandang dan tanah longsor. Karenanya, kepada masyarakat yang tinggal di daerah perbukitan yang rawan longsor, kami mengimbau untuk waspada dan berhati-hati,” katanya.

Dwikorita menyampaikan BMKG memprediksi awal musim hujan 2023/2024 umumnya akan terjadi pada bulan Oktober-Desember 2023, yaitu sebanyak 477 Zona Musim (ZOM) atau 68,2 persen. Sementara puncak musim hujan umumnya diprakirakan pada bulan Januari-Februari 2024, yaitu sebanyak 385 ZOM (55,1 persen).

Sementara sifat hujan pada periode Musim Hujan 2023/2024 diprakirakan normal 566 ZOM (80,9 persen), atas normal sebanyak 69 ZOM (9,9 persen), dan bawah normal 64 ZOM (9,2 persen).

Karena itu, Dwikorita juga meminta kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan institusi terkait untuk melakukan langkah mitigasi terhadap kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologis selama musim hujan, terutama di wilayah yang mengalami Sifat Musim Hujan Atas Normal (lebih basah dibanding biasanya).

“Wilayah tersebut diprediksi mengalami peningkatan risiko bencana banjir dan tanah longsor,” katanya.

Selain itu, kata Dwikorita, Pemda diharapkan dapat lebih optimal dalam mengedukasi masyarakat tentang cara menghadapi risiko bencana yang mungkin terjadi selama musim hujan serta pentingnya memperhatikan peringatan dini cuaca.

“Pemda dan sektor terkait juga diharapkan dapat menjadikan informasi Prakiraan Musim Hujan 2023/2024 ini sebagai acuan untuk menyusun rencana Aksi Dini (Early Action), dalam rangka menekan kerugian yang dapat ditimbulkan adanya bencana hidrometeorologis,” katanya.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melalui laman resminya menjelaskan, musim pancaroba merupakan kondisi transisi atau pergantian dari musim satu ke musim lainnya. Di indonesia sendiri, musim pancaroba terjadi di antara musim hujan dan musim kemarau ataupun sebaliknya yang ditandai dengan cuaca yang tidak menentu seperti angin yang bertiup sangat kencang dan diikuti oleh curah hujan yang relatif tinggi.

“Pancaroba pun disebut sangat identik dengan penyebaran penyakit yang banyak menyerang masyarakat yang sedang dalam kondisi tidak fit atau kurang disiplin dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat di kesehariannya,” tertulis dalam penjelasan di laman resmi Kemenkes RI.

Berikut ini adalah beberapa penyakit yang sering ditemui di tengah masyarakat saat musim pancaroba berlangsung, diantaranya adalah :

  • Flu, yang diikuti dengan gangguan pengecapan, demam, nyeri tenggorokan, gangguan penciuman hingga sesak napas
  • Demam Berdarah, akibat dari perkembang biakan nyamuk dan kurangnya kewaspadaan masyarakat dalam menerapkan 3M Plus
  • ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut seperti bronkitis, pilek, influenza dan batuk
  • Chikungunya, yaitu sebuah penyakit yang gejalanya sekilas mirip dengan demam berdarah, yaitu demam, nyeri sendi, sakit kepala, nyeri otot, mual, ruam kulit dan kelelahan.(*)

Penulis: Fatimah Purwoko

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *