Regional

Cari 18 Korban Hilang, Basarnas Perluas Area Penyisiran Gunung Marapi

INTENS PLUS – PADANG. Tim SAR Gabungan yang terdiri dari 200 relawan memperluas area pencarian 18 korban hilang yang terperangkap erupsi Gunung Marapi, Sumatera Barat.

Juru bicara Basarnas Arief Pratama dalam keterangan tertulisnya mengatakan, semua korban terperangkap erupsi adalah pendaki yang berjumlah 75 orang.
T
Oleh sebab itu tim evakuasi menyisir area dengan radius 800 meter dari jalur pendakian Gunung Marapi, koordinat area pencarian kurang lebih 5,3 kilometer persegi.

Dari laporan per Selasa (5/12/2023) pukul 07.00, sebanyak 11 orang ditemukan meninggal dunia. Lima di antara mereka sudah dievakuasi ke rumah sakit dan dilaporkan telah diserahkan ke pihak keluarga. Sisanya sebanyak enam jenazah, masih berada di posko di atas gunung.

“Perkembangan [informasi] lebih lanjut menyusul,” kata Arief.

Mengutip dari BBC News Indonesia, Tim SAR Gabungan mulai dari siang hingga malam hari fokus untuk membawa lima korban meninggal dari pos di ketinggian 2.000 meter, Senin (4/12/2023). Dengan begitu, artinya sudah terdapat 57 korban yang diturunkan dari atas gunung.

Sebagian dari korban selamat pun dilaporkan mengalami luka bakar dan patah tulang yang kini tengah dirawat di rumah sakit di Padang Panjang dan Bukittinggi. Gunung Marapi sendiri, terletak di Kabupaten Agam dan Tanah Datar dengan ketinggian 2.891 meter dari permukaan laut.

Sementara itu, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hendra Gunawan, menjelaskan Gunung Marapi sudah berstatus Waspada sejak tahun 2011.

Itu artinya warga direkomendasikan dilarang mendekat dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.P

Status waspada dan jarak tiga kilometer tersebut diputuskan melalui pertimbangan yang matang dan analisis data.

“Dari hasil pengamatan ahli kita menyebutkan jarak tiga kilometer itu sudah jarak aman buat pendaki apabila terjadi erupsi yang sifatnya mendadak. Masyarakat masih ada jarak untuk menghindar,” jelasnya.

“Dan info dari relawan di sana dilaporkan yang di daerah vegetasi relatif tidak terdampak. Jadi jarak tiga kilometer itu jauh,” imbuhnya.

Catatan PVMBG, aktivitas vulkanik Gunung Marapi paling sering terjadi di dekat permukaan yang diakibatkan oleh akumulasi gas yang dekat dengan dasar kawah.

Gas itu, terakumulasi pelan-pelan dan tidak terdeteksi. Ketika sudah waktunya gas terkumpul maka akan mengeluarkan erupsi.

Peristiwa seperti itu, terjadi pada 2004 dengan jeda 2-4 tahun yakni di tahun 2006 dan 2009. Kemudian terakhir pada 2017 silam tapi tidak memakan korban jiwa.

“Karakter erupsi Gunung Marapi ini sifatnya di puncak saja yang berbahaya,” sebutnya.

Letusan yang terjadi kemarin, diduga adalah erupsi freatik atau letusan ledakan uap yang terjadi ketika magma memanaskan air tanah atau air permukaan.

Kendati demikian untuk memastikannya dia bakal menurunkan tim demi mencari bukti lebih jauh. Pasalnya erupsi Gunung Marapi yang meletus kemarin mencapai radius tiga kilometer.

Merujuk pada data yang terekam di pos pengamatan tidak ada tanda-tanda peningkatan gempa ketika erupsi pada Minggu (4/12/2023).

Adapun gempa, jelasnya, mengindikasikan adanya dorongan dari kedalaman gunung mengeluarkan muntahan material vulkanik.

Meski tidak ada peringatan erupsi seperti pada bencana tsunami, namun rekomendasi berupa status “Waspada” sejak 2011 sebetulnya sudah menjadi tanda “peringatan keras” yang mesti dipatuhi pihak terkait seperti pemda.

Sebab bagaimanapun PVMBG, sebutnya tak punya kewenangan menutup pendakian.

“Masalahnya kita berhadapan dengan masalah lupa. Jadi tidak takut atau waspada lagi karena tahunya erupsi dua atau empat tahun lagi,” katanya.

“Ditambah selama setahun tidak ada erupsi, jadi dianggap aman dan tidak ada tanda apa-apa. Itu yang kami khawatirkan,” tandasnya.(*)

Penulis: Fatimah Purwoko

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *