Ekonomi Internasional

Kim Jong Un Tangisi Angka Kelahiran di Korea Utara yang Terus Menurun

INTENS PLUS – JAKARTA. Sebuah momen langka terjadi dalam acara Pertemuan Ibu Nasional di Pyongyang, Korea Utara. Lantaran presiden negara dengan ideologi komunis itu, Kim Jong Un, menangis.

Pertemuan Ibu Nasional itu berlangsung pada Minggu (3/12/2023). Dalam momen itulah, Kim Jong Un menyerukan kepada perempuan di Korea Utara untuk meningkatkan jumlah anak dan mengasuhnya dengan baik.

Permintaan Pemimpin Tertinggi Korea Utara itu tidak lepas dari data yang menunjukkan, jumlah penduduk di negara tersebut yang terus merosot.

Data menunjukkan jika demografis dan kesehatan di Korea Utara terus mengalami kemerosotan.

Melansir dari New York Pos, Kim Jong Un menekankan pentingnya angka kelahiran dalam meneruskan revolusi di Korea Utara. Seligus melawan upaya penghilangan praktik-praktik non-sosialis yang semakin meningkat di negara tersebut akhir-akhir ini.

Revolusi, kata Kim Jong Un, juga termasuk meningkatkan keharmonisan keluarga dan kesatuan sosial, membangun cara hidup budaya dan moral yang sehat, menciptakan kebajikan komunis dan sifat-sifat membantu dan memimpin satu sama lain maju menguasai masyarakat kita.

“Menghentikan penurunan angka kelahiran, dan merawat anak-anak dengan baik serta mendidik mereka secara efektif,” lanjutnya. Rabu(13/12/2023).

“Ini adalah urusan keluarga kita bersama, yang perlu kita selesaikan dengan bergandengan tangan dengan ibu kita,” imbuhnya.

United Nations Population Fund (UNFPA) memperkirakan, tingkat kesuburan atau jumlah rata-rata anak yang lahir di Korea Utara pada 2023 berada pada angka 1,8.

Meski begitu, tingkat kesuburan Korea Utara masih lebih tinggi dibandingkan beberapa negara tetangganya yang sama-sama sedang bersusah payah menghadapi tren penurunan serupa.

Korea Utara mengalami penurunan tingkat kesuburan ke rekor terendah pada angka 0,78 tahun lalu. Sementara Jepang mengalami penurunan menjadi 1,26.

Korea Utara yang berpenduduk sekitar 25 juta orang, dalam beberapa dekade terakhir juga harus menghadapi kekurangan pangan yang serius.

Masalah tersebut termasuk bencana kelaparan mematikan pada tahun 1990-an yang umum disebabkan oleh bencana alam seperti banjir sehingga merusak hasil panen.

Hyundai Research Institute yang berbasis di Seoul, Korea Selatan mencatat, tingkat kesuburan Korea Utara mengalami penurunan besar setelah bencana kelaparan pada 1990-an yang diperkirakan menewaskan ratusan ribu orang itu.

“Mengingat Korea Utara kekurangan sumber daya dan kemajuan teknologi, maka negara ini akan menghadapi kesulitan untuk menghidupkan kembali dan mengembangkan industri manufaktur jika tidak tersedia tenaga kerja yang cukup,” bunyi keterangan Hyundai Research Institute.(*)

Penulis: Fatimah Purwoko

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *