INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Kotoran hewan ternak tidak dapat langsung digunakan sebagai pupuk. Sebab kotoran masih mengandung bakteri yang berhaya bagi tanaman. PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI) lantas menggelar program CSR Pemberdayaan Masyarakat berupa pelatihan dan pendampingan pembuatan pupuk organik serta pakan ternak.
Dr Joko Nugroho Wahyu Karyadi STP MEng hadir sebagai narasumber untuk memberikan materi. Dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada itu menjelaskan tata cara membuat pupuk kompos dari kotoran hewan ternak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Joko membenarkan, kotoran sapi dapat dibuat jadi kompos. Namun diperlukan pengaturan agar pupuk sesuai dengan SNI.
Pertama, kotoran hewan ternak harus berkadar air 50% – 60%. Hal itu guna memberikan oksigen cukup selama proses pengomposan. Sementara kotoran segar, kata Joko, masih mengandung air sebanyak 85% – 90%.
“Bisa dengan cara agak dibiarkan dulu atau dicampur sisa jerami, atau serbuk gergasi. Sehingga (kadar air) turun jadi 70%,” jelasnya saat memberikan pelatihan bagi warga Kalurahan Karangasem dan Gombang di Kapanewon Ponjong, Gunungkidul pada Kamis (14/12/2023).
Kedua, kotoran sapi yang dibuat sebagai kompos harus diberi udara cukup. Hal itu dapat dilakukan dengan cara mengaduk media pengomposan seminggu.
“Sehingga pengadukan menyebabkan oksigen cukup. Selain itu, bila kompos kepanasan sampai suhu 75 derajat celcius, pengadukan bisa mendinginkan. Sekaligus pengomposan bisa mengecilkan ukuran,” paparnya.
Joko melanjutkan, proses pengomposan pun semestinya dilakukan selama 4 – 6 minggu. Setelah itu, pupuk baru dapat diaplikasikan ke lapangan (kebun atau sawah).
“Jadi suhu merupakan indikator kebaikan pupuk kompos. Dengan demikian, dapat membuat kompos dengan standar SNI. (Kalau sudah sempurna jadi pupuk) kena hujan nggak bikin bau, kering pun aman,” lontarnya.
Joko pun memberikan penjelasan, jika pembuatan pupuk kompos pakai bahan kotoran hewan ternak tidak perlu bakteri tambahan. Sebab, kotoran hewan ternak telah kaya mikroba. Dikhawatirkan penambahan bakteri, seperti air tebu, yang dijual di pasaran justru dapat mematikan mikroba alami dari kotoran hewan ternak.
Ketua Gapoktan Asem Mulia, Sunarso mengucapkan terima kasih atas pelatihan yang diberikan terhadap kelompok taninya. Sehingga menambah pengetahuan mereka terkait standar pembuatan pupuk kompos dari kotoran hewan ternak.
Selama ini, mereka telah memanfaatkan kotoran hewan ternak untuk menjadi kompos. Namun, pengolahan dilakukan secara tradisional. Sehingga tidak memiliki standar pembuatan dan produk kompos.
“Bahannya diambil dari kotoran hewan ternak sapi. Kotoran kami campur dengan tetes tebu. Lalu kami tutup selama seminggu. Perbandingannya satu karung dan setengah liter tetes tebu,” bebernya.(*)
Penulis: Fatimah Purwoko