Lifestyle Nasional

Hidden Gem Tongkrongan di Pasar Tradisional

INTENS PLUS – JAKARTA. Tidak dapat dipungkiri, jika moderitas menggeser tempat bagi tradisionalitas. Tapi pembauran keduanya, ternyata justru menciptakan suasana unik tersendiri.

Salah satu paduan apik dari konsep tradisional yang menggabungkan moderitas adalah pasar-pasar berikut. Aktivitasnya masih mempertahankan fungsi tradisional pasar. Tapi, sekaligus jadi lokasi favorit anak muda untuk nongkrong.

Sehingga keberadaannya layak disebut sebagai hidden gem.

1. Pasar Santa, Jakarta.

Pasar Santa, Jakarta. | Sumber : Instagram : @pasarsanta

Pasar tradisional yang berada di Jakarta Selatan ini awalnya berkondisi kumuh. Desainnya kemudian disulap jadi kekinian.

Masih bertahan sebagai pasar tradisional yang menjual sayur-mayur, pasar ini pun dikembangkan untuk pasar anak muda. Sehingga kini jadi salah satu hidden gem wisata malam di Jakarta Selatan.

Kamu masih bisa menemukan pasar tradisional di lantai bawah pasar ini. Sementara toko-toko dan kafe kekinian ada di lantai atas. Berbagai jenis kuliner juga dapat ditemukan di sini.

Pasar Santa juga sering jadi lokasi acara musik dan pameran tertentu. Selain itu, ada juga barang-barang vintage di Pasar Santa untuk kamu yang suka hunting barang-barang jadul.

2. Pasar Kosambi, Bandung.

Pasar Kosambi, Bandung | Sumber : Pinterest

Pertama kali menginjakkan kaki di sini, kesan yang akan dijumpai adalah kesibukan tawar menawar dan jual beli khas pasar tradisional. Tapi ketika mulai menyelusuri lebih dalam, The Hallway Space atau Hallway Kosambi.

Keberadaan The Hallway Space pun mengubah wajah Pasar Kosambi menjadi sebuah ruang kreatif tempat berkumpul atau nongkrong anak muda Kota Bandung.

Lokasinya memang hidden atau tersembunyi karena jika pengunjung tiba di Pasar Kosambi, yang kali pertama dilihat adalah pintu masuk utama ke pasar tradisional tersebut.

Tak ada penanda khusus di pasar tradisional tersebut yang mengarahkan langsung ke tempat anak muda berkreasi tersebut.

Namun, bagi yang baru pertama mengunjungi tempat unik ini, Anda tinggal berjalan lurus saja dari pintu samping sektor kanan Pasar Kosambi, setelah bisa menemukan tangga sekaligus pintu masuk Hallway.

Ruang kreatif di lokasi ini mulai beroperasi awal tahun 2020 dan sudah digagas semenjak tahun 2018.

Di bangunan yang memiliki luas sekitar 1.400 meter persegi ini, pengunjung bisa menemukan 140 toko yang menawarkan beragam produk industri kreatif mulai fesyen, kuliner, musik, kerajinan tangan, sampai otomotif.

3. Pasar Kranggan, Yogyakarta.

Pasar Kranggan, Yogyakarta | Foto : Ist

Pasar dengan hidden gem, khususnya kuliner berada di jalan Poncowinatan, Gowongan, Jetis, Kota Yogyakarta. Suguhan penganan di sini memang istimewa, karena diracik langsunh oleh para chief .

Salah satu pemuda yang mengaku nyaman nongkrong di Pasar Kranggan adalah Oni. Pemuda 24 tahun ini turut mengajak dua orang teman perempuannya. Untuk mencicipi sajian kopi batter yang tidak dijual di coffee shop kekinian.

“Karena di sini feeling-nya beda. Di sini jadi lebih classic contemporary,” lontarnya. Sabtu (13/1/2024).

Banny Kuswara merupakan salah satu pelaku kuliner yang bernaung di Pasar Kranggan. Menurutnya ada keunikan tersendiri, dengan membuka kuliner kekinian, di lokasi yang kental dengan tradisionalitas. Wadah yang tak biasa dalam melakoni usaha mikro kecil menengah (UMKM).

“Karena menu yang kami jual seharusnya tidak di pasar,” cetusnya.
 
Pemuda 30 tahun itu merupakan pemilik Djaya Koeah, Bake Me to The Moon, Mekar Makmoer, dan You and Mie. Menu yang dijualnya merupakan olahan khusus dengan penyajian terkontrol yang apik.

“Di sini (pelaku kuliner di Pasar Kranggan lantai dua, Red) sebetulnya pebisnis lama. Beberapa chief juga,” ungkapnya.

Salah satu menu outlet makanan di pasar Kranggan | Sumber : instagramnya Mekar Makmoer

Banny berharap, ada perubahan stigma pasar rakyat. Melalui konsep unik yang diusung para pelaku kuliner di Pasar Kranggan lantai dua.

“Kalau berbicara pasar, pasti ekspektasinya kotor. Kami coba untuk mengubah stigma itu. Jadi pasar bisa dijadikan pusat kuliner kok. Dengan penataan yang baik dan bagus. Ditambah konsep menu yang matang,” paparnya.

Sebagai pemuda, Banny pun mengerti betul suguhan premium dengan suasana pasar rakyat memiliki nilai jual. Terutama untuk gaet milenial dan generasi Z.

“Beda banget, menyuguhkan kuliner kekinian di lokasi yang tradisional,” cetusnya.

Terbukti, sebagian besar pengunjung yang datang memang mencari value yang ditawarkan di Pasar Kranggan lantai dua. Pelanggan bukan hanya menikmati menikmati hidangan yang lezat. Namun sekaligus dapat mengabadikan foto di lokasi dengan aktivitas tradisional.

“Lokasinya di ring satu lagi, dekat Tugu Jogja. Orang bisa datang juga sekalian berwisata. Di era 4.0, penjualan digital di sini juga strategis,” jabarnya.(*)

Penulis: Fatimah Purwoko

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *