INTENS PLUS – JAKARTA. Jumlah daftar pemilih khusus (DPK) yang membludak sempat memicu kekacauan di tempat pemungutan suara luar negeri (TPSLN) di Kuala Lumpur, Malaysia pada Minggu (11/2/2024).
“Masalah krusial di Kuala Lumpur adalah, besarnya angka pemilih DPK, dan sebagian besar tadi pagi membludak antreannya,” kata Wahyu Susilo dari Migrant Care dalam konferensi pers daring via Zoom.
Berbeda dari pemilu sebelumnya, kali ini lokasi pemungutan suara bagi warga negara Indonesia (WNI) di Kuala Lumpur disatukan di gedung World Trade Center (WTC). Mereka terdiri dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan DPK.
DPK sendiri, merujuk pada istilah pemilih yang tidak terdaftar di DPT dan Daftar Pemilih Tambahan (DPTb). Namun, mereka memiliki identitas sah seperti KTP, Kartu Keluarga, SIM, atau Paspor.
WNI yang masuk dalam DPT dan DPK yang menyalurkan hak pilih di TPS Kuala Lumpur pun cukup besar. Masing-masing, jumlahnya mencapai lebih dari 200.000 orang. Kedua golongan ini, diminta datang ke Gedung World Trade Center (WTC) Kuala Lumpur buat menyalurkan hak pilihnya.
Dalam mengatasi persoalan itu, Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) di Kuala Lumpur memutuskan menambah jumlah meja pendaftaran dan memajukan jadwal pemungutan suara untuk warga yang masuk dalam DPK.
“Jadi kebijakan PPLN memberi toleransi memajukan pemilih-pemilih non-DPT bisa langsung ikut mencoblos atau meregistrasi di TPS,” kata Wahyu.
PPLN Kuala Lumpur menambah meja pendaftaran menjadi 400 meja, dari semula yang hanya 100 meja. Pengelola gedung juga mengaktifkan seluruh perangkat pendingin ruangan untuk mengakomodasi para pemilih yang membludak.
Selanjutnya, Wahyu mengeluhkan akses internet yang sangat lambat di lokasi pemungutan suara di Gedung WTC Kuala Lumpur.
Wahyu juga menilai seharusnya PPLN melakukan pengelolaan massa yang lebih baik dengan menempatkan petugas informasi dan papan petunjuk yang lebih baik karena besarnya jumlah pemilih.
“Jadi ini memperlihatkan arus massa yang datang ke TPS memang luar biasa dan memang harus ada crowd management. Soalnya ini baru pertama kali diselenggarakan di satu tempat dengan jumlah massa DPT yang 200 ribu sekian. Belum lagi pemilih tambahan non-DPT yang jumlahnya hampir seimbang,” keluh Wahyu.
Dalam kesempatan yang sama, Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini yang juga menjadi pemantau Pemilu di Malaysia memuji keputusan yang diambil PPLN buat mengakomodasi para pemilih yang tidak terdaftar di DPT buat menyalurkan hak suaranya.
“Ini kita harus apresiasi karena kalau mengikuti aturan yang ada akan sulit mengakomodasi para pemilih,” kata Titi.
Sementara itu, pemungutan suara di Tawau, Sabah, Malaysia serta Singapura relatif kondusif. Proses pencoblosan di Tawau dilaksanakan di stadion.(*)
Penulis : Fatimah Purwoko
Headline
Internasional
Politik
Jumlah Pemilih di Kuala Lumpur Membludak
- by Redaksi
- 11/02/2024
- 0 Comments
- 1 minute read
- 118 Views

Berita Terkait ...
