INTENS PLUS – JAKARTA. Ramai-ramai gerakan dedolarisasi membuat harga emas melonjak. Gerakan ini menguat setelah BRICS mengambil manuver untuk menjauhkan dominasi dolar Amerika Serikat (AS) di dunia. BRICS sendiri merupakan aliansi yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
Aliansi ini pun makin ‘kuat’ dengan bergabungnya beberapa negara timur tengah. Antara lain seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, Iran, dan Ethiopia. Mereka membuat kesepakatan untuk mengurangi ketergantungan pada dolar negeri paman sam ini.
Manuver BRICS pun disinyalir akan berpengaruh pada beberapa aset investasi yang saat ini menjadi jagoan para investor, yaitu emas. Seperti diketahui, korelasi atau hubungan emas dan dolar AS sering kali terbalik. Saat nilai dolar AS melemah, harga emas justru meningkat. Begitupun sebaliknya.
Apalagi, dedolarisasi sejatinya diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. Artinya, jika kondisi ini terus berlanjut, maka permintaan dolar AS tentunya akan berkurang. Hukum ekonomi pun bekerja, jika permintaan semakin sedikit maka nilai dolar AS akan semakin melemah.
Sehingga tidak heran jika emas saat ini semakin diincar banyak pihak dan menguatkan harga emas dunia. Termasuk oleh bank sentral di dunia.
Buktinya, pada akhir tahun lalu, bank sentral di dunia terus menumpuk cadangan emasnya. Pembelian emas bank sentral di dunia mencapai 44 ton pada November 2023, naik dibandingkan pada Oktober yang mencapai 42 ton.
Pembelian bank sentral pada periode November 2023 masih didominasi oleh bank-bank yang menjadi pembeli tetap sepanjang tahun ini. Pembeli utama semuanya berasal dari pasar negara berkembang. Bank Sentral Turki menambahkan emas terbanyak pada bulan ini 25 ton, diikuti oleh Bank Nasional Polandia dan Bank Rakyat China.
Analis Pasar Uang, Ariston Tjendra pun mengakui mata uang Amerika Serikat memang diandalkan dalam perdagangan dunia, sehingga ketergantungan berbagai negara terhadap dolar AS sangat besar.
“Berdasarkan data Bank for International Settlement, dollar AS mendominasi sekitar 88% dari transaksi mata uang asing (foreign exchange/forex) global,” kata Ariston dikutip dari CNBC Indonesia. Sabtu (4/5/2024).
Ariston juga menuturkan, fluktuasi dolar AS ke depan tetap akan berpengaruh pada aset ‘favorit’ investor dunia seperti emas. Ariston mengatakan, kebijakan bank sentral AS, The Fed, mempengaruhi kekuatan mata uangnya yang kemudian berdampak pada harga emas. Apalagi harga emas dunia masih dinilai dalam dollar AS. Alhasil, saat dollar AS melemah, harga emas menguat dan sebaliknya.
Harga emas juga sering terpengaruh oleh statusnya sebagai aset yang aman. Bila kekhawatiran pasar muncul terhadap kondisi global, pelaku pasar mulai beralih ke emas yang mendorong kenaikan harga emas global.
Sekadar informasi, pada awal tahun ini harga emas global bertahan di atas level US$ 2000. Hal ini menyiratkan bahwa pelaku pasar masih mengkhawatirkan kondisi perekonomian global yang penuh ketidakpastian, apalagi ditambah dengan ketegangan geopolitik atau perang yang masih berlangsung.
“Harga emas dalam negeri biasanya menggunakan harga emas global sebagai patokan. Jadi kalau harga emas global naik, harga emas dalam negeri juga ikut naik,” papar Ariston.(*)
Penulis : Fatimah Purwoko
Ekonomi
Sorotan
Dedolarisasi Kerek Melonjaknya Harga Emas
- by Redaksi
- 04/05/2024
- 0 Comments
- 2 minutes read
- 161 Views

Berita Terkait ...
