Seni Budaya Yogyakarta

Peringati Hari Pancasila, Bantul Resmikan Museum Kampung Pancasila

INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Gagasan besar terkait kebangsaan yang melekat pada Pancasila, selalu diperingati tiap tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila. Untuk menguatkan nilai-nilai Pancasila yang sudah menjadi tradisi maka Kabupaten Bantul mengukuhkan salah satu kampung dengan meresmikan pendirian ‘Kampung Pancasila’, sebagai pusat pelestarian Bhineka Tunggal Ika Museum Wayang Beber Sekartaji.

“Yang spesial dari kegiatan hari ini adalah diresmikan dan didirikannya pusat pelestarian Bhineka Tunggal Ika Kampung Pancasila, tidak usah muluk-muluk, tapi penting mengupayakan. Bagaimana Pancasila bisa mengakar sebagai kekuatan bangsa Nusantara,” ungkap Indra Suroinggeno, pendiri Museum Wayang Beber Sekartaji saat diwawancarai Sabtu (1/6/2024).

Indra mengaku, melalui perjalanan spiritual, Dia menafsir Pancasila dari Kitab Sutasoma yang mencetuskan pluralisme melalui gagasan Bhinneka Tunggal Ika.

Suatu gagasan, yang ternyata menuai kagum bangsa di lain. Suatu hal yang justru ditemukan oleh Indra saat dirinya menempuh studi di Eropa. Berangkat dari itu, Indra kemudian lebih tekun menggali budaya Bangsanya hingga menoreh karya Wayang Beber Pancasila.

Buah dari olah spiritual Indra, Wayang Beber Pancasila, lantas dijadikanya azimat. Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), barang yang dianggap mempunyai kesaktian dan dapat melindungi pemiliknya, digunakan sebagai penangkal penyakit dan sebagainya.

Lukisan dari kertas pohon daluang, peninggalan karya leluhur yang masih di lestarikan di Bantul | Foto : Elis

Oleh sebab itu, salam memperingati Hari Lahir Pancasila pada tahun ini, Indra menggelar Merti Wayang Beber Pancasila di kampungnya, Kanutan, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

“Di kampung ini ada suatu hal yang menjadi pondasi jalan hidup kami. Penguatan nilai Pancasila sudah menjadi tradisi,” ucapnya.

“Sebab itu, harus ada satu azimat yang ditancapkan. Hari ini kami melakukan kegiatan spiritual untuk Merti Wayang Beber Pancasila yang melibatkan masyarakat luas,” ujarnya.

Indra bilang, mesin pencari Google dapat menemukan berbagai kampung Pancasila di Indonesia. Sehingga kehadiran kampungnya yang turut jadi Kampung Pancasila, disebutnya sebagai warna baru.

“Kampung Pancasila bukan hanya menjadi selogan (di Kanutan). Tapi (Pancasila) sudah menjadi napas kami sehari-hari,” tegasnya.

Salah satu contoh kegiatan yang mencerminkan Pancasila adalah bergabungnya remaja masjid dan orang muda Katolik di Kanutan dalam satu organisasi, yaitu Remaja Bhinneka.

Salah satu Kediaman Indra Suroinggeno yang di sulap menjadi Museum Wayang Beber Sekartaji | Foto : Elis

Segala yang mengakar di Kanutan, disebut Bupati Bantul Abdul Halim Muslih pantas ditasbihkan sebagai contoh living culture atau living museum budaya. Hal itu sesuai dengan arahan Gubernur DIY sekaligus Raja Yogyakarta, Hamengku Buwono X, untuk menjadikan Bantul sebagai pintu gerbang kebudayaan istimewa.

“Maka di setiap tempat di Kabupaten Bantul itu harus memiliki aktivitas kebudayaan. Sehingga Bantul nanti lambat laun kalau pembangunan bisa dilakukan dengan konsisten maka Bantul menjadi semacam taman budaya,” ujarnya.

Berkaitan dengan ke-Pancasilaan, Halim menyebut, Kanutan punya sistem sosial yang sangat mendukung untuk dibuat living culture.

“Ini didukung oleh seluruh masyarakat Kanutan Sumbermulyo, yang beraneka ragam kepercayaan dan agamanya. Ini adalah dusun yang paling plural di Bantul. Kampung Pancasilanya Bantul. Masyarakat memiliki budaya toleransi yang kuat memiliki apresiasi terhadap budaya sendiri. Maka keberadaan Museum Wayang Beber Sekartaji yang dipimpin oleh Mas Indra ini sangat mendukung terciptanya living culture. Living museum di Bantul,” jelasnya.

Oleh sebab itu, Halim menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasinya terhadap warga Kanutan. Lantaran kegigihannya, berhasil membuahkan fasilitasi dari Kementerian Keuangan dan Kemendibudristek RI.

Diwawancarai terpisah Panitia Merti Wayang Beber Pancasila, Gilang, mengungkap bahwa kampungnya menggelar berbagai kegiatan yang rutin dilaksanakan tiap bulan. Hal itu tidak terlepas dari fasilitas yang diterima kampungnya.

“Kegitan di Kanutan ini masuk dalam kategori pengelolaan ruang budaya, anggaran yang diterima sampai Rp1 miliar, dipotong pajak sekian persen,” ucapnya.(*)

Penulis : Fatimah Purwoko/Elis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *