INTENS PLUS – JAKARTA. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk urusan Pengungsi Palestina (UNRWA) melaporkan, lebih dari satu juta warga Palestina terpaksa meninggalkan Kota Rafah di Jalur Gaza selatan akibat agresi yang dilakukan oleh Israel.
“Pemindahan secara paksa telah menyebabkan lebih dari satu juta orang meninggalkan Rafah,” kata UNRWA di akun media sosial X, Senin (3/6/2024).
UNRWA pun menulis, situasi darurat di Rafah telah meningkat secara dramatis. Ribuan keluarga pun dikabarkan mencari perlindungan di daerah permukiman yang rusak dan hancur di Khan Younis.
“UNRWA terus menyediakan layanan penting meskipun tantangannya semakin meningkat,” menurut keterangan UNRWA.
Laporan tersebut juga menggambarkan, bahwa kini kondisi di Rafah ‘tak terkatakan’, sembari menyoroti parahnya krisis tersebut.
Israel terus melanjutkan serangan brutal di Gaza menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, meski resolusi Dewan Keamanan PBB menuntut gencatan senjata segera.
Otoritas du Palestina melaporkan, sudah lebih dari 36.400 warga Palestina, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas di Gaza. Sementara itu, tercatat lebih dari 82.600 lainnya luka-luka.
Hampir delapan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade yang melumpuhkan terhadap akses makanan, air bersih dan obat-obatan.
Mahkamah Internasional (ICJ) telah menyatakan bahwa Israel terbukti melakukan genosida terhadap warga Palestina. Dalam putusannya, ICJ memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan serangannya di Rafah. Satu-satunya tempat, kini tempat berlindung bagi sekitar satu juta warga Palestina.
Terpisah, dalam kuliah umum bertajuk ‘Diplomasi Indonesia untuk Palestina: All Eyes on Rafah’ di Universitas Gadjah Mada (UGM), Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menyentil proposal terbaru yang diusulkan Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk meredakan perang Gaza.
Retno mengatakan bahwa gagasan gencatan senjata bukan merupakan isu baru bagi Indonesia, yang telah menyerukan hal tersebut sejak Israel menyerang Gaza tahun lalu.
“Teman-teman mahasiswa terutama yang dari HI (jurusan hubungan internasional) pasti mencermati baru-baru ini ada proposal yang dikeluarkan oleh Presiden Biden mengenai masalah gencatan senjata. Buat Indonesia, gencatan senjata ini is not a new issue (bukan isu baru). It is the issue yang dari hari pertama kita terus gaungkan,” katanya, dalam kuliah umum yang disiarkan langsung di kanal YouTube Fisipol UGM.
Sebelumnya, pada Jumat, 31 Mei 2024, Presiden Biden memaparkan kepada Hamas sebuah proposal gencatan senjata yang terdiri dari tiga fase untuk meredakan perang Gaza. Ia menggambarkan proposal tersebut sebagai rencana yang diajukan oleh pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mengakhiri perang.
Proposal tersebut menyerukan gencatan senjata, pembebasan sandera Israel beserta tahanan Palestina, dan rekonstruksi Gaza. Rencana setebal empat halaman tersebut juga akan mencakup penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.
Hamas untuk sementara menyambut baik inisiatif Biden, dan Israel telah menyepakati hal tersebut meski menggambarkannya sebagai ‘bukan kesepakatan yang bagus, tetapi kami sangat ingin para sandera dibebaskan’.
Sementara itu, tentara Israel terus membantah bertanggung jawab atas serangan yang mengenai tenda-tenda pengungsi di daerah al-Mawasi, sebelah barat Rafah, yang menewaskan sedikitnya 21 orang.
“Bertentangan dengan laporan beberapa jam terakhir, IDF (tentara) tidak menyerang di Area Kemanusiaan di al-Mawasi,” kata Juru Bicara Militer Israel Daniel Hagari dalam sebuah pernyataan pada Selasa (28/5/2024).
Penembakan itu adalah serangan ketiga yang dilancarkan Israel dalam 48 jam terakhir, di wilayah yang mereka tetapkan sebagai zona aman, kata Komite Darurat Rafah.
Tenda-tenda pengungsi yang dijadikan target terletak sekitar 100 meter dari rumah sakit lapangan AS di sebelah barat Rafah, menurut sumber-sumber Palestina.
Meskipun mendapat kecaman internasional, tentara Israel kembali melancarkan serangannya ke kawasan Tel al-Sultan di Rafah pada Selasa pagi. Serangan itu mengakibatkan kematian tujuh warga Palestina.
Serangan itu terjadi setelah sedikitnya 45 warga sipil tewas dan puluhan orang lainnya terluka dalam serangan Israel di perkemahan pengungsi Palestina di Tel al-Sudan, pada Minggu (26/5/2024).
Menurut kantor media pemerintah Gaza, sedikitnya 72 warga sipil yang kehilangan tempat tinggal tewas dalam serangan Israel terhadap tenda pengungsi di Rafah dalam 48 jam terakhir.
Israel memperluas serangan darat di Rafah pada Selasa, dengan tank-tank yang bergerak maju mencapai pusat kota.
Perluasan serangan Israel ke kota tersebut membuat tentara Israel hampir sepenuhnya menguasai wilayah perbatasan antara Gaza dan Mesir, yang dikenal sebagai Koridor Philadelphia-sebuah zona penyangga demiliterisasi yang membentang di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir.
Tentara Israel sejauh ini telah menguasai hampir dua pertiga wilayah koridor tersebut, seiring mereka terus melakukan pemboman dan penembakan besar-besaran.(*)
Penulis : Fatimah Purwoko
Headline
Internasional
Pengungsi Palestina Terpaksa Meninggalkan Rafah Akibat Agresi Israel
- by Redaksi
- 03/06/2024
- 0 Comments
- 3 minutes read
- 111 Views

Berita Terkait ...
