INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Sampah di Kota Pelajar jadi permasalahan serius. Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta pun melakukan berbagai upaya penanganan. Salah satunya, memberikan edukasi pengelolaan sampah dari sumbernya.
“Jogja Tidak Baik-Baik Saja, Semua jalan banyak sampah, entah lemparan atau diletakkan. Depo juga penuh, tapi bertahap dilakukan pengolahannya,” sebut Ir Christina Endang Setyowati, Kabid Pengembangan Kapasitas dan Pengawasan Lingkungan DLH Kota Yogyakarta. Dalam Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Embung Langensari, Selasa (25/6/2024)
Endang bilang, pihaknya akan gelar peringatan Hari Lingkungan Hidup. Dalam kegiatan tersebut, akan digelar berbagai acara. Salah satunya, Grebeg Sampah.
“Grebek sampah dalam Hari Lingkungan Hidup, harapan kami sampah sudah dikelola dari sumbernya,” ujarnya.
Kegiatan ini pun ditargetkan menyasar dua jenis sampah, yaitu organik dan anorganik. Penanganan sampah anorganik dilakukan melalui pemilahan, pengelolaan, dan pengolahan. Sementara untuk sampah organik, diberikan edukasi terkait eco enzyme.
“Mengelola sampah sebetulnya tidak susah, apabila kita sebagai penghasil sampah bisa mengelola dari sumbernya. Sampah yang tersalurkan dan dikirim ke depo atau tempat pengolahan berikutnya hanya tinggal residu dan sisa saja,” lontarnya.
Melalui kegiatan Grebeg Sampah, Endang bilang, pihaknya ingin Hari Lingkungan Hidup jadi momentum pengingat masyarakat untuk konsisten melakukan pemilahan sampah.
Turut dibeberkan, kini Pemkot Yogyakarta telah membina 678 bank sampah berbasis RT dan RW. Tiap bank sampah diperkirakan memiliki 20 anggota dengan tiap rumah mampu mengumpulkan 2 kilogram sampah anorganik.
Sementara untuk sampah organik, Endang dan jajarannya terus berupaya agar warga sadar untuk melakukan pengolahan.
“Sampah paling banyak itu organik. Ada berbagai bentuk pengolahan sampah baik ember tumpuk, biopori, rosida, ekoenzim, itu sebagai upaya yang dilakukan warga dalam mengelola sampah. Tiap rumah tangga, sampah organik itu rata-rata per hari 4 kilogram,” tandasnya.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya mengatakan, ‘Organikkan Jogja’ menjadi tema lokal yang diusung Pemerintah Kota Yogyakarta. Melalui kegiatan ini, Dia menegaskan komitmen Pemkot Yogyakarta dalam menyelesaikan persoalan sampah.
Aman pun menjelaskan, tema tersebut juga menjadi tujuan serta bentuk ajakan kepada seluruh elemen masyarakat untuk mengelola sampah organik dari rumah. Sehingga jumlah sampah yang dibuang, kemudian diolah di hilir akan semakin berkurang.
“Kalau tahun lalu kita fokuskan pada Gerakan Zero Sampah Anorganik serta penguatan peran bank sampah, yang saat ini berjumlah 678 secara fakta sudah cukup efektif dan berhasil menurunkan jumlah sampah dari 300 ton menjadi 200 ton, sekarang giliran sampah organik yang harus kita selesaikan dari hulu yaitu di level rumah tangga,” paparnya.
Pihaknya mengatakan gerakan Organikkan Jogja sudah mulai dilakukan di wilayah, melalui pelatihan pembuatan biopori rumah tangga pada tiap kelurahan kepada para kader bank sampah. Dengan harapan di akhir tahun 2024 sudah ada 23.750 KK yang mampu mengelola sampah organik dari sumbernya yaitu di rumah tiap KK.
“Potensi produksi sampah di Kota Yogya sekitar 60 persen merupakan sampah organik, untuk itu supaya jumlah sampah yang dibuang di TPST dapat ditekan, pengelolaan sampah organik di level rumah tangga menjadi upaya yang sangat bisa dilakukan,” katanya.
Menurut Aman nantinya hasil dari pengolahan sampah organik di setiap rumah itu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sendiri. Seperti pupuk kompos jika sampah organik diolah dengan metode biopori. Kemudian untuk yang belum diolah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang bisa diambil oleh pelapak dari luar wilayah Kota Yogyakarta.
Sejalan dengan itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Sugeng Darmanto menyampaikan, secara nasional Hari Lingkungan Hidup tahun ini mengusung tema Penyelesaian Krisis Iklim dengan Inovasi dan Prinsip Keadilan. Tema tersebut merupakan pengingat bahwa permasalahan iklim dan lingkungan harus segera diselesaikan.
“Untuk tema lokal Organikkan Jogja tentunya menjadi komitmen serta harapan kita bersama untuk menyelesaikan permasalahan sampah organik. Khususnya melalui pengolahan berbasis rumah tangga, dengan semangat Organikkan Jogja untuk mewujudkan olah sampah seko omah,” terangnya.
Sementara itu Ketua Bank Sampah Induk Kota Yogyakarta, Sri Martini mengungkapkan, ketika ada Gerakan Zero Sampah Anorganik pertumbuhan bank sampah unit berbasis RT/RW semakin pesat. Dengan itu Bank Sampah Induk nantinya akan mengambil sampah dari bank sampah unit untuk disalurkan kepada perusahaan daur ulang yang sudah bermitra.
“Ke depannya harapan kami sudah tidak ada lagi pembuangan sampah rumah tangga ke luar, semua jenis sampah bisa dikelola di wilayahnya masing-masing. Untuk sampah anorganik dikelola bank sampah unit berbasis RT/RW, kemudian sampah anorganik dikelola dengan biopori, ember tumpuk, atau metode lainnya di mana saat ini kami sedang menggerakkan pembuatan biopori di masing-masing bank sampah unit,” ungkapnya.
Pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia juga diramaikan dengan Grebeg Sampah melalui pembuatan 500 ecobrick dan 1.500 liter eco enzyme secara serentak oleh perwakilan bank sampah 14 kemantren. Kemudian juga diluncurkan menu atau fitur Bank Sampah pada aplikasi Jogja Smart Service yang berisi informasi serta layanan perihal bank sampah yang tersebar di seluruh Kota Yogya. Selain itu juga diberikan penghargaan bagi Sekolah Adiwiyata serta pemenang lomba Hari Lingkungan Hidup. Acara ditutup dengan fashion show pakaian dari bahan daur ulang.(*)
Penulis : Fatimah Purwoko/Elis