INTENS PLUS – IKN. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendapat penugasan khusus dari pemerintah untuk melaksanakan operasi modifikasi cuaca dalam satu garis komando bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Pelaksana Tugas Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto mengatakan operasi cuaca adalah ikhtiar mengendalikan potensi hujan.
“Jika hujan deras terjadi di sepanjang hari maka proses pembangunan infrastruktur utama Ibu Kota Nusantara tidak akan berjalan dengan optimal termasuk rangkaian upacara hari kemerdekaan,” ujarnya dikutip dari Antara, Minggu (11/8/2024).
BMKG mencatat data normal curah hujan selama 30 tahun (1991–2020) diketahui bahwa pola hujan di Ibu Kota Nusantara memiliki karakteristik hujan dengan intensitas di atas 150 milimeter per bulan yang terjadi sepanjang tahun. Bahkan hasil pengamatan memperlihatkan bahwa hujan bisa terjadi pada pagi, sore, malam, dan dini hari.
“Untuk itu BMKG menilai perlunya peningkatan operasi modifikasi cuaca dari sebelumnya dilakukan hanya pada pagi dan siang hari, tapi harus dilakukan hingga 24 jam,” bebernya.
Operasi modifikasi cuaca dilaksanakan selama 24 jam tanpa henti dilakukan di sekitar wilayah Selat Makassar Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Paser, Penajam Paser Utara, dan Mahakam Ulu sebagai penyangga Ibu Kota Nusantara yang menjadi daerah upwind atau arah datangnya angin masa udara.
Pemilihan lokasi penyemaian tersebut supaya potensi awan penghujan tidak masuk dan terus meningkatkan curah hujan ke wilayah pusat pembangunan meliputi Istana Kepresidenan, Bandara, jalan tol menuju kawasan inti pusat pemerintahan (KIPP) dan Plaza Seremoni tempat dilangsungkan nya upacara bendera.
“BMKG menerbangkan dua pesawat Cessna Caravan 208B dengan kode PK-SNG dan PK SNK milik Smart Cakrawala Aviation untuk mencegat awan penghujan masuk kawasan Ibu Kota Nusantara itu,” jelasnya.
Total sepanjang operasi modifikasi cuaca BMKG di Ibu Kota Nusantara telah dilakukan penyemaian sekitar 213 sorti penerbangan dan menghabiskan bahan garam atau natrium klorida (NaCl) mencapai 200 ton ke awan hujan cumulus.
Alhasil, pada periode 4–18 Juli 2024, rasio keberhasilan operasi modifikasi cuaca mencapai 70 persen atau dalam 29 jam hujan dari total 186 jam operasional.
Setelah 24 jam operasi udara dilakukan pada 19 Juli–2 Agustus 2024, rasio keberhasilan mencapai 97 persen atau hanya 6 jam hujan dari total 354 jam operasional. Hasil tersebut menandakan operasi modifikasi cuaca efektif dalam mengendalikan hujan dan akan terus dilaksanakan hingga batas waktu yang belum ditentukan, sebagaimana diungkapkan Seto saat memimpin penerbangan operasi modifikasi cuaca di Kalimantan Timur, Sabtu.
Penilaian itu turut diperkuat oleh tim pewarta yang bertugas mengawal pemberitaan rangkaian persiapan hari kemerdekaan secara langsung di Ibu Kota Nusantara.
Mereka merasakan dampak positif modifikasi cuaca tersebut. Kondisi cuaca hujan rintik pagi ke siang dan sore harinya awan pembentuk hujan bergerak menjauh dari langit Nusantara dan rintik hujan kembali mengguyur pada malam hari. Kondisi ini yang coba dipertahankan minimal sampai segenap rangkaian kegiatan peringatan kemerdekaan selesai.
Pasalnya, kondisi cuaca saat ini dinilai agak lebih baik dibandingkan pada medio Mei-Juni lalu yang dilaporkan hujan intensitas sedang mengguyur dalam durasi yang panjang hingga meningkatkan volume Sungai Sepaku hingga menggenangi permukiman penduduk yang berada dekat dari pusat pembangunan IKN.
Bahkan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono sempat menyatakan tingginya intensitas hujan tersebut memengaruhi percepatan pembangunan infrastruktur di Ibu Kota Negara sehingga dibutuhkan upaya pengendalian cuaca ekstra maksimal.(*)
Penulis : Fatimah Purwoko
Headline
Regional
BMKG Modifikasi Cuaca di IKN untuk Lancarkan Upacara Kemerdekaan
- by Redaksi
- 11/08/2024
- 0 Comments
- 2 minutes read
- 70 Views

Berita Terkait ...
