INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta bekerja sama dengan KORPRI Kota Yogyakarta bernisiasi menjaga kelestarian budaya Jawa melalui pendalaman serta pelatihan Pawiyatan Jawi untuk para Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta.
Kegiatan bertema Busana, Unggah-Ungguh, dan Salah Kaprah Basa itu berlangsung diikuti oleh 75 peserta secara luring dan juga diikuti oleh seluruh ASN Pemkot Yogyakarta dan juga masyarakat luas secara daring di Hotel Cavinton, Jumat (18/10/2024).
Tujuan dari pendalaman Pawiyatan Jawi ini adalah untuk melestarikan nilai-nilai budaya Jawa, meningkatkan profesionalisme ASN, memperkuat identitas Keistimewaan Yogyakarta, serta mencegah kesalahan dalam penggunaan bahasa Jawa dalam pelayanan publik.
Ketua KORPRI Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya, menekankan pentingnya pendalaman pada pelatihan ini sebagai wujud nyata komitmen Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam melestarikan budaya lokal.
“Pawiyatan Jawi bukan saja sebuah pelatihan teknis, tetapi juga tanggung jawaban kita sebagai ASN untuk meneruskan warisan budaya dan menjaga tradisi luhur yang menjadi identitas Yogyakarta,” papar Aman pada penyampaiannya dikutip, Minggu (20/10/2024).
Aman menambahkan, bahwa ASN bukan hanya pelayan publik dalam aspek administratif, tetapi juga cerminan identitas daerah. Melestarikan budaya lokal merupakan bagian integral dari tugas ASN di Yogyakarta, dalam menjaga citra keistimewaan Yogyakarta.
“Dengan memahami nilai-nilai budaya Jawa, ASN diharapkan dapat memberikan pelayanan publik yang lebih santun, beretika, dan sesuai dengan kearifan lokal,” ucapnya.
Selai itu, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, juga menyampaikan kegiatan Pawiyatan Jawi ini adalah langkah penting untuk memperkuat jati diri ASN sebagai representasi budaya Jawa.
“Keistimewaan Yogyakarta terwujud dalam budaya, adat, dan tata krama yang kita lestarikan. ASN memegang peran penting dalam menjaga dan meneruskan nilai-nilai luhur ini,” ujarnya.
Pemahaman mendalam mengenai berbagai aspek penting budaya Jawa, menurut Yetti, dapat meningkatkan profesionalisme ASN sekaligus menjaga identitas budaya yang memiliki nilai-nilai budaya lokal yang tinggi yang menjadi ciri khas Yogyakarta.
“ASN dapat menerapkan nilai-nilai budaya Jawa dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari akan memberikan kontribusi positif bagi citra Yogyakarta. Keistimewaan Yogyakarta bukan hanya tentang bagaimana kita menjalankan pemerintahan, tetapi juga bagaimana kita mempertahankan dan mempraktikkan nilai-nilai budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi,” ucap Yetti.
Kegiatan Pawiyatan Jawi menghadirkan dua narasumber ahli di bidang kebudayaan, Faisal Noor Singgih dan Wahyuni Shinta Utami, Keduanya memiliki latar belakang ahli dalam mendalami tradisi Jawa dalam keseharian mereka.
Faisal Noor Singgih mengatakan mempelajari Bahasa Jawa tidak mudah, bukan sekadar soal memahami bahasa itu sendiri, tetapi juga tentang memahami tata krama yang terkandung di dalamnya.
“Dalam penggunaan bahasa Jawa, sering kali terjadi salah kaprah, banyak bahasa yang tidak tepat yang, sayangnya kerap dianggap wajar atau benar di lingkungan. Bila kebiasaan ini dibiarkan, maka dapat merusak pemahaman tentang tata bahasa yang benar dan mengikis nilai-nilai kesantunan yang terkandung dalam unggah-ungguh,” jelasnya.
Faisal menuturkan, pencegahan kesalahan penggunaan bahasa Jawa dalam pelayanan publik sangat penting. Dan Hal itu bisa di lakukan dengan penggunaan bahasa Jawa yang tepat menjadi salah satu fokus utama, mengingat kesalahan dalam bahasa dapat menurunkan citra profesionalisme ASN di mata publik.
Para peserta diberikan pemahaman mengenai beberapa topik penting, seperti:
- Motif Batik Larangan – Peserta mendapatkan penjelasan mengenai motif-motif batik yang secara tradisional hanya diperuntukkan bagi kalangan keraton dan tidak seharusnya dikenakan oleh rakyat biasa.
- Busana Jawa Gagrag Ngayogyakarta untuk Putra dan Putri – Penjelasan mengenai penggunaan busana adat yang benar, baik untuk laki-laki maupun perempuan, yang mencerminkan tata nilai dan estetika budaya Jawa. Termasuk busana adat untuk anak perempuan yaitu sabuk wala dan untuk anak laki-laki kencongan.
- Subasita dan Unggah-Ungguh – Pemahaman mengenai subasita atau sopan santun dalam berbicara, serta tata krama unggah-ungguh dalam perilaku sehari-hari, yang penting dalam memberikan pelayanan publik dengan santun dan penuh penghormatan.
- Salah Kaprah Basa – Peserta akan diajarkan penggunaan bahasa Jawa yang benar dan sesuai konteks, untuk mencegah kesalahan dalam komunikasi yang dapat menurunkan citra profesional ASN.
Melalui pendalaman serta pelatihan Pawiyatan Jawi ini, ASN diharapkan dapat memberikan pelayanan publik yang lebih berkualitas, dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya lokal yang menjadi ciri khas Yogyakarta.(*)
Penulis : Elis