Fashion Yogyakarta

Upcycling sebagai Terobosan Limbah Akibat Fast Fashion

INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Dunia tengah menghadapi sebuah masalah yang sama terkait sampah pakaian. Sumber dari masalah tersebut adalah perputaran tren busana yang cepat atau fast fashion.

The Sustainable Fashion Forum mengungkapkan, konsumsi pakaian dunia diperkirakan akan terus meningkat hingga 63% pada 2030, dari 62 juta ton menjadi 102 juta ton. Akibatnya, limbah tekstil di seluruh dunia diperkirakan akan mencapai 300 juta ton pada 2050.

Kemudahan teknologi pun memungkinkan masyarakat dapat berbelanja secara cepat dan mudah. Industri di dunia menyikapinya dengan menawarkan produk fast fashion yang dapat menyediakan banyaknya permintaan dengan harga yang relatif murah.

Indikator Politik Indonesia membuat sebuah survei mengenai akses media dan perilaku digital yang melibatkan 733 responden. Hasilnya, 65,7% responden mengaku pakaian atau fashion menjadi jenis barang yang paling sering dibeli saat berbelanja online.

Pola pasar dalam industri fashion ini, berdampak pada penumpukkan sampah pakaian. Dikutip dari Fibre2Fashion, pada tahun 2020, sekitar 18,6 juta ton limbah tekstil dibuang di tempat pembuangan akhir. Selain itu, rata-rata konsumen juga membuang 60% pakaiannya, setahun setelah membeli.

Artinya, tren mengikuti mode fashion yang berkembang di masyarakat hanya bertahan setidaknya satu tahun. Mode fashion akan terus berubah dan meninggalkan tren-tren yang sudah berlalu.

Salah satu outlet Lanny Amborowatidi Mallioboro Mall | Foto : Elis

Salah seorang desainer fashion, Lanny Amborowati, melakukan terobosan dengan upcycling atau pemanfaatan limbah fashion menjadi produk baru.

“Aku lagi create, upcycling celana jeans,” kata Lanny.

Dia mengatakan, limbah yang digunakannya berasal dari gudang toko. Jadi jeans yang tersimpan di gudang dan tidak laku, diolahnya jadi pakaian baru.

“Aku kebetulan (pakai jeans) baru bukan yang bekas ya. Stok lama, celana jeans lama masih baru itu gak kejual,” sebutnya.

Lanny mengaku stok jeans tidak terjual itu diperolehnya dari sang adik. Bahkan, jumlahnya menurut dia sangat banyak.

“Tak beli tapi nanti jangan sakit hati ya, karena mau tak potong-potong, gitu kan. Jadi tak potong-potong itu, jadi istilahnya di-upcycling. Bentuk lama jadi bentuk yang lebih baru, desain baru lah. Jadi maksudnya lebih kekinian gitu loh,” bebernya.

Produk karya Lanny dipasarkan secara online. Namun, dia juga memiliki outlet di Mallioboro Mall Jalan Mataram dan VRTX Compound Space yang belokasi di jantung Kota Yogyakarta, yaitu di Jalan Margo Utomo 38-42, Gowongan, Jetis, Kota Yogyakarta.(*)

Penulis : Fatimah Purwoko

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *