INTENS PLUS – KALSEL. Desa Angsana memiliki hutan mangrove yang masih alami, banyaknya wisatawan tertarik mengunjungi hutan ini. Tim Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan Pariwisata (RPKPP) Kabupaten Tanah bumbu (Tanbu) beberapa waktu lalu datang melakukan kunjungan.
Hutan mangrove berada di lahan seluas 47 Hektar ini, akan dikembangkan sebagai desa wisata yang rencananya ditarget siap dibuka untuk umum di tahun 2025.
Plt Kepala Desa Angsana, Sayid Firdaus menyambut baik kedatangan Tim RPKKP Tanahbumbu dengan tujuan pengembangan Wisata Mangrove Desa Angsana.
Menurut Sayid Firdaus, saat ini Desa Wisata Mangrove Angsana belum dibuka untuk umum, karena fasilitas pendukungnya belum lengkap secara keseluruhan, seperti gazebo, toilet, dan jembatan yang baru terbangun sepanjang 400 meter dari target 1 km.
“Saat ini, kita masih terus lengkapi fasilitasnya. target tahun 2025 nanti. Bila semua siap dan sudah lengkap Desa Wisata Mangrove di Kecamatan Angsana ini sudah bisa dibuka untuk umum,” ujarnya. Minggu (3/11/2024).
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Tanah Bumbu yang juga merupakan salah satu Tim RPKPP, Yuli Agustini menambahkan saat ini pihaknya tengah menyusun perencanaan Desa Wisata untuk lima tahun kedepan.
“Pengembangan desa wisata ini, bukan hanya terfokus pada wisatanya saja, tetapi juga ada pusat UMKM, jaringan telekomunikasi, dan lainnya,” imbuhnya.
Yuli berharap, dengan adanya Desa Wisata Mangrove mampu meningkatkan nilai tambah dan produktivitas masyarakat, sehingga berdampak pula pada perekonomian masyarakat desa.
Selain itu, Ketua Kelompok Hijau Lestari, Khaidir Ansyari, juga menambahkan bahwa Wisata Mangrove Angsana ini diinisiasi oleh Kepala Desa sebelumnya dan warga setempat, kemudian dilanjutkan oleh kepala desa saat ini.
Ia menceritakan awal tercetusnya Wisata Mangrove yakni karena Angsana terkenal dengan wisata pantai dan terumbu karangnya yang ramai dikunjungi wisatawan.
Namun, ramainya kunjungan tersebut terbatas karena ada waktu atau bulan tertentu yang tidak bisa di kunjungi. Seperti pada saat musim angin tenggara yang mana pengunjung tidak dapat melakukan snorkeling karena faktor cuaca atau gelombang tinggi.
“Kalau wisatawan banyak yang datang, tapi kebijakan pengelola menghentikan karena gelombang besar yang membahayakan bagi pengunjung, sehingga muncul ide untuk membuat wisata mangrove, mengingat Desa Angsana memiliki potensi hutan mangrove yang masih alami,” ucapnya.
Melihat potensi itu, maka dibentuklah Kelompok Hijau Lestari yang diinisiasi oleh Dinas Perikanan untuk melestarikan hutan mangrove.
Selain Wisata Mangrove Angsana, fasilitas yang mendukung di lokasi tersebut juga sudah ada pelabuhan yang dibangun bersumber dari pihak ketiga. Dan jembatan di bangun oleh Pemerintah Desa Angsana.(*)
Penulis : Elis