Seni Budaya Yogyakarta

‘Sampai Jumpa, Selamat Tinggal’ Beri Suguhan Kontras tentang Korea Selatan

INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Dalam bayangan umum, Korea Selatan merupakan negara indah nan romantis. Gambaran tentang bayang sebuah negeri impian layaknya suguhan produksi drama-drama percintaan yang manis.

Namun, gemerlap Negeri Gingseng memiliki sisi gelap. Potret suram Korea Selatan tertuang dalam film produksi Adhya Pictures berjudul Sampai Jumpa, Selamat Tinggal.

Masuk dalam skrining Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) ke-19, film yang dibidani Adriyanto Dewo berani membawa kisah berbeda tentang Korea Selatan ke layar lebar. Film ini menawarkan kesegaran, karena kontras dengan pandangan umum tentang Korea Selatan.

Adri membeberkan, film garapannya berkisah tentang seorang perempuan yang datang ke Seol, Korea Selatan. Dia mencari kekasihnya yang hilang, Dani. “Kemudian terjadilah konflik,” sebutnya dalam Talks JAFF Market di Jogja Expo Center, Rabu (4/12/2024).

Produser Sampai Jumpa, Selamat Tinggal, Perlita Desiani, menyatakan bahwa dia bangga telah memproduksi film ini. Sebab film mampu menggambarkan Korea Selatan dari sisi yang berbeda dalam anggapan umum. Selain itu, berhasil menyuguhkan karakter yang kuat dan kisah yang bisa diterima.

“Menggambarkan Korea (Selatan) yang bukan dalam pada umumnya, dengan karakter yang benar-benar manusia,” sebut Perlita.

Sebagai informasi, JAFF Market merupakan pasar film pertama dan terbesar di Indonesia. Sebanyak 151 booth dan 96 perusahaan dari berbagai sektor industri perfilman hadir untuk memperkenalkan bisnis serta proyek-proyek mereka yang inovatif. Acara ini diresmikan oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon.

JAFF Market berlangsung selama tiga hari, 3-5 Desember 2024, dibuka setiap hari mulai pukul 09:00 hingga 17:00. Selama acara, pengunjung dapat menikmati berbagai program menarik, seperti: JAFF Content MARKET, Indonesia-France Film Lab, JAFF MARKET Screening Room, JAFF Future Project & Talent Day bekerja sama dengan Netflix, Film Conference, berbagai acara networking, dan kegiatan menarik dari booth-booth milik rumah produksi film.

“Sebagai pasar terbesar di Asia Tenggara, industri layar Indonesia masih kekurangan wadah untuk mempresentasikan industri filmnya,” sebut Ifa Isfansyah, Chairman JAFF Market.

JAFF, yang telah berkembang pesat dan kini memasuki tahun ke-19, menyadari perlunya sebuah unit bisnis untuk lebih mengembangkan festival ini dan memastikan keberlanjutannya. “Oleh karena itu, JAFF MARKET didirikan sebagai sebuah MARKETplace dan wadah untuk merepresentasikan industri film Indonesia,” imbuh Ifa.(*)

Penulis : Fatimah Purwoko

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *