INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Minyak jelantah berdampak negatif bagi kesehatan juga air tanah bila dibuang langsung ke tanah. Dalam mendukung transisi menuju masa depan menciptakan ekosistem Indonesia hijau menuju emisi nol bersih (net zero emission).
Salah satunya perusahaan startup rural commerce berbasis teknologi, Dagangan, bekerja sama dengan Greenia, perusahaan pengelola limbah berkelanjutan, meluncurkan program inovatif untuk mendaur ulang minyak jelantah menjadi biofuel dengan tajuk “Langkah Hijau Dagangan bersama Greenia”.
CEO & Co-founder Greenia.id, Amrullah Tahad menyampaikan kerjasamanya dalam pengelolaan limbah minyak jelantah.
“Fokus utama kami adalah bagaimana bisa menggerakkan masyarakat Yogyakarta untuk bersama-sama mengelola limbah minyak jelantah, dan program ini secara resmi diluncurkan di Yogyakarta. Harga minyak jelantah yang diterima dimulai dari Rp 4.000 per kilogram,” ucapnya dikutip. Kamis (19/12/2024).
Diketahui berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas), rata-rata konsumsi minyak goreng masyarakat Indonesia mencapai 9,56 kilogram per orang setiap tahun, sehingga kita bisa menghasilkan ribuan ton limbah minyak jelantah yang sebagian besar tidak dikelola dengan baik.
Amrullah mengungkapkan, programnya dalam menggerakkan masyarakat ialah untuk menjadi pelopor dalam pengelolaan minyak jelantah. Yang dimulai dari Yogyakarta dan akan berlanjut ke seluruh wilayah Jawa barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
“Limbah ini sering kali menjadi salah satu penyebab pencemaran lingkungan, karena 1 liter minyak jelantah terbuang sembarangan dapat mencemari 1000 liter air tanah. Sehingga dapat berdampak buruk pada ekosistem dan menurunkan kualitas hidup masyarakat,” jelas Amrullah.
Amrullah menambahkan, langkahnya sebagai solusi untuk mengubah limbah rumah tangga menjadi sumber daya yang bernilai.
Melalui program ini, minyak jelantah yang sebelumnya berupa limbah akan diolah menjadi biofuel, sebuah bahan bakar ramah lingkungan yang membantu mengurangi dampak negatif pada lingkungan.
“Kami percaya bahwa limbah bisa menjadi solusi, bukan masalah. Melalui kerja sama bersama Dagangan, kami ingin mengedukasi masyarakat Yogyakarta bahwa langkah kecil, seperti mengumpulkan minyak jelantah, bisa memberikan dampak besar bagi lingkungan,” terangnya.
Program ini menawarkan dua opsi pengumpulan minyak jelantah. Pertama, peserta dapat menitipkan minyak jelantah kepada driver Dagangan saat pengiriman sembako ke warung.
Kedua, peserta juga dapat melakukan request pick-up khusus melalui tim sales Dagangan yang akan mengatur jadwal pengambilan.
“Minyak yang diterima harus merupakan minyak murni tanpa campuran, seperti sisa makanan, air, oli, atau bahan kimia lainnya. Nantinya, warung dan masyarakat disarankan menyimpan minyak jelantah di wadah bersih, seperti galon atau botol bekas, di tempat yang aman hingga siap diambil,” jelas Amrullah.
Selanjutnya minyak yang terkumpul akan disaring, diperiksa kualitasnya, dan dihitung total kuantitasnya selama satu bulan. Insentif bisa naik lebih tinggi untuk kuantitas yang lebih besar. Setelah proses ini selesai, minyak yang terkumpul akan didistribusikan ke mitra Greenia untuk diolah menjadi biofuel.
CEO & Co-founder Dagangan, Ryan Manafe menambahkan keterangannya bahwa untuk menjangkau masyarakat pihaknya memanfaatkan jaringan distribusi Dagangan di wilayah Yogyakarta.
“Kami ingin menjadikan limbah rumah tangga sebagai sumber daya yang bernilai, dengan memanfaatkan jaringan distribusi Dagangan di wilayah Yogyakarta, kami menawarkan solusi agar limbah tidak hanya memberikan dampak lingkungan positif tetapi juga tambahan pendapatan bagi pengguna aplikasi Dagangan seperti masyarakat, warung, rumah tangga, atau pelaku UMKM di Yogyakarta,” kata Ryan.(*)
Penulis : Elis