INTENS PLUS – JAKARTA. Penyanyi asal Australia, Iyah May menunjukkan bahwa sebagai musisi, dia bebas untuk bersuara lewat karya-karyanya.
Meskipun, dia harus ‘membayar’ suara tersebut dengan ancaman terhadap karier bermusiknya.
May memang konsisten menyerukan isu-isu sosial lewat karyanya. Lewat lagu berjudul “Karmageddon” yang dirilis November lalu, ia menyatakan dukungannya terhadap Palestina dengan membahas genosida yang dilakukan oleh Israel.
Lirik tersebut adalah ‘politicians bribed of life more than war it’s genocide’. Arti dari lirik mengkritisi politisi yang telah pemakan nyawa yang menimbulkan perang tapi sebetulnya adalah genosida.
Karya yang menjadi viral di media sosial tersebut dilihat bermasalah oleh pihak label, termasuk manajernya sendiri.
Karena sebuah perbedaan pandangan, sang manajer langsung memutus kontrak dengan May. Sang manajer pun meninggalkannya begitu saja.
“Aku berpisah dengan manajerku, aku meninggalkan label karena manajerku tidak setuju dengan lirik dalam lagu (Karmageddon) dan menolak untuk bekerja denganku,” kata May, mengutip video unggahan TikTok, Sabtu (11/1/2025).
“Ia baru akan mendukungku jika aku mau mengubah liriknya,” lanjutnya.
May jelas menolak permintaan manajer untuk mengubah lirik yang menyebut aksi Israel di Gaza sebagai tindakan genosida.
“Saya bersyukur telah merilis Karmageddon. Di tengah semua rintangan, lagu ini tetap sampai ke telinga pendengar. Menjadi diri sendiri seutuhnya adalah bentuk cinta paling membebaskan,” katanya.
“Bicara kebenaran walau banyak yang menentang jauh lebih bermakna daripada mengorbankan integritas,” pungkasnya. (*)
Penulis: Fatimah Purwoko
Entertainment
Headline
Iyah May, Penyanyi Asal Australia Karirnya Terancam Akibat Dukung Palestina
- by Fatimah Purwoko
- 11/01/2025
- 0 Comments
- 1 minute read
- 445 Views

Berita Terkait ...
