INTENS PLUS – JAKARTA. Gencatan senjata antara Israel dan Hamas sejak Minggu (19/1/2025) muali menjalankan fase pertukaran sandera.
Setelah 15 bulan berperang hingga Tel Aviv melancarkan agresi brutal ke Jalur Gaza Palestina, gencatan senjata ini tercapai usai lebih dari 46.000 warga di Palestina meninggal, ratusan ribu warga terluka, dan jutaan orang terpaksa mengungsi karena agresi Israel.
Kesepakatan tersebut mencakup tiga fase. Fase pertama berlangsung 42 hari meliputi pertukaran sandera dan tahanan hingga penghentian serangan.
Fase kedua diharapkan bisa gencatan permanen dan penarikan pasukan Israel secara penuh. Fase ketiga pemulangan jenazah dan sisa-sisa tubuh sandera serta implementasi rencana rekonstruksi Gaza.
Setelah gencatan resmi berlaku, Hamas membebaskan tiga sandera itu. Jumlah itu merupakan bagian 33 daftar nama yang akan dibebaskan pada tahap pertama.
Di hari pertama gencatan, sesuai kesepakatan, Israel harus menyerahkan daftar 90 nama tahanan Palestina.
Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben Gvir mengundurkan diri dari jabatan sebagai bentuk protes usai pemerintah sepakat gencatan dengan Hamas.
Ben Gvir menyebut gencatan itu sebagai pembebasan ratusan pembunuh dan pengabaian atas pencapaian [militer Israel] dalam perang di Gaza.
Partai Ben Gvir, Jewish Power, juga turut menarik diri dari koalisi Netanyahu. Mereka menyebut gencatan senjata sebagai penyerahan diri ke Hamas.
Mantan kepala Dewan Keamanan Nasional Israel Giora Eiland pada Minggu (19/1) menyebut kelompok pejuang Palestina Hamas telah memenangkan perang Gaza.
Dia juga menilai Hamas telah mencegah Israel mencapai tujuannya dalam perang di Gaza. “Perang ini adalah kegagalan Israel yang membawa bencana di Gaza,” kata Eiland.
“Perang ini adalah kegagalan karena alasan yang sangat sederhana, yaitu Hamas tidak hanya berhasil mencegah Israel mencapai tujuannya, tetapi juga tetap berkuasa,” ujar dia.
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menunda gencatan senjata pada Minggu, hari saat kesepakatan mulai efektif.
Di hari itu pula, pasukan Israel menggempur Gaza dan menyebabkan delapan orang meninggal.
Dalam rilis resmi kantor PM, Netanyahu memerintah pasukan Israel tak memulai gencatan hingga mereka menerima daftar nama-nama sandera yang akan dibebaskan.
Hamas mengakui ada kesalahan teknis sehingga daftar nama tawanan yang akan mereka bebaskan telah diberikan. Namun, Hamas berkomitmen mematuhi gencatan senjata.
“Keterlambatan dalam memberikan nama-nama mereka yang akan dibebaskan di gelombang pertama adalah karena alasan teknis,” demikian menurut Hamas.
Gencatan senjata antara Israel dan Hamas resmi berlaku di Jalur Gaza, Palestina. “Berdasarkan rencana pembebasan sandera (Hamas), gencatan senjata fase pertama di Gaza akan berlaku pukul 11.15 waktu lokal,” bunyi pernyataan kantor Perdana Menteri Israel.
Gencatan senjata awalnya berencana diterapkan sekitar pukul 08.15 waktu setempat. Selama penundaan itu, Israel bahkan masih sempat-sempatnya melancarkan serangan udara. (*)
Penulis: Fatimah Purwoko