Sorotan Yogyakarta

Open House, Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo Sudah Dibuka, Sudah Ada Warga Datang Jam 05.30 Pagi

INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Open House, Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo sudah mulai dibuka (5/3), Wadah yang diinisiasi untuk menumpahkan aspirasi Masyarakat ini dibuka mulai pukul 05.30 Wib – 09.00 Wib, setiap hari rabu di Ruang Sadewa, Balaikota Yogyakarta.

Pada pembukaan yang pertama ini, beberapa warga warga sudah datang sejak pukul 05.30 Wib, mereka datang lalu mengisi buku tamu dan bersama menujukkan kartu identitas KTP. Lalu antri berdasarkan nomer urut. 

Sejumlah warga diminta masuk secara bersamaan, dan menyampaikan keluh kesahnya secara bergantian. Kegiatan temu Wali Kota kali ini didatangi 22 warga bersama komunitas, berakhir pada pukul 09.00 Wib, karena Hasto terjadwal harus menghadiri ada agenda lain.

Hasto didampingi dua staf ahli, yakni Wirawan Haryo Yudho dan Patricia Heni Dian Anitasari. Beserta jajaran staff lain yang mencatat seluruh aspirasi Warga.

Hasto mengatakan cukup senang pertemuannya dengan warga, karena yang disampaikan bukan masalah pribadi, tapi menjadi bagian dari masalah publik.

“Sebagian masalah bisa langsung disolusi, untuk masalah yang kecil, Tapi sebagian memang harus menunggu karena ada prosedurnya,” ungkap Hasto, Rabu (5/3/2024).

“Seperti salah satunya tadi ada yang mau menggunakan lapak, sudah menunggu satu setengah tahun, dalam arti kan janjian ini bisa dipercepat ya bisa, tapi kadang-kadang kan kurang care lah. Sehingga tadi setelah saya telepon kepala bidangnya, oh bisa pak, itu ternyata ya sudah bisa minggu ini, ya bagus lah artinya bisa langsung diselesaikan melalui open house ini,” tambahnya..

Hasto juga menaggapi keluhan warga, Renny Anggriana Frahesty soal usulannya terkait pemberian pendidikan khususnya pendidikan reproduksi di sekolah-sekolah, juga masalah warga Muhammad Amin soal pajak usaha kos-kosan agar di wilayah kota jogja yang di usulkan untuk minta dihapus, seperti yang sudah dilakukan Pemerintah Kota Sleman.

“Tadi juga datang dari Singapura, Mr. Tara, beliau adalah pejuang tembakau kontrol dan juga penyakit-penyakit istilahnya non-communicable disease. Seperti diabetes, hipertensi, tuberculosis. Nah dan itu masalah Jogja banget itu,” Kata Hasto mencontohkan yang ingin di sampaiakan oleh masyarakat kepadanya.

Hasto menyebut, aspirasi yang di sampaikan Mr tara, Jogja punya problem tuberkulosis, punya problem diabetes dan hipertensi dimana lansia di Jogja juga cukup banyak. Selain itu, Jogja juga akan membuat kawasan tanpa rokok yang ada di sumbu filosofi yang secara bertahap akan diwujudkan.

“Nah ini kan kalau ada supporting dari International Tembako Control yang tadi kan bagus ya. Dia memang minta saya supaya saya jadi Ketua untuk Asia Pasifik tembako kontrol. Tadi permintaannya begitu dan minta saya tanggal 24 ke Timor Leste,” ujar Hasto.

Hasto mengungkapkan, dengan open house yang dibukanya secara langsung akan memangkas jalur komunikasi yang panjang untuk menyampaikan gagasan kepada wali kota.

“Komunikasi yang cepat ini penting untuk semua pihak, bila dinormatif tidak lewat open house, bersurat dulu, setelah itu surat di dispo dulu ke mana itu tolong disiapkan. Setelah itu nanti asisten atau OPD itu menyiapkan, menyiapkannya itu ngintip acara saya, gak dapet-dapet. Sampai mungkin baru beberapa bulan baru dapet. Artinya dengan ini dapat memangkas itu jalur komunikasi yang panjang untuk menyampaikan gagasan,”kata Hasto.

Sementara itu, salah satu warga yang antusias datang menyampaikan aspirasinya, Ketua Perkumpulan Narasita Perempuan Indonesia, Renny Anggriana Frahesty mengaku sangat senang dengan adanya open house ini, Menurutnya, open house Wali Kota ini merupakan pertama kalinya yang ia temui. 

“Saya sangat senang dengan adanya open house ini, malah saya sudah datang dari kemarin ternyata jadwalnya hari rabu, jadi saya kembali lagi hari ini. tadi habis subuhan saya langsung saja kesini sendiri, hanya diminta mengisi buku tamu dan tunjuk KTP. Saya sudah bisa ketemu Pak Hasto,” ujarnya.

Renny mengutarakan usulannya terkait pemberian pendidikan khususnya pendidikan reproduksi di sekolah-sekolah. 

“Karena Kota Yogyakarta masih banyak ditemui pernikahan anak, dengan membicarakan ini, beliau sangat memahami, bagaimana resiko dari peristiwa kehamilan yang tak dikehendaki. Disini resiko perceraian dini juga bisa terjadi. Saya akan ikut mengawal dan membantu sesuai kapasitas saya,” jelas Renny. (*)

Penulis : Elis

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *