INTENS PLUS – JAKARTA. Federasi Sepakbola Internasional (FIFA) resmi berikan sanksi keras pada Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) karena ulah oknum suporter Timnas Indonesia yang melakukan tindakan diskriminatif ujaran kebencian terhadap Bahrain.
Insiden memalukan itu terjadi pada laga Timnas Indonesia menjamu Timnas Bahrain pada 25 Maret 2025 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), tindakan diskriminatif yang dilakukan sekitar 200-300 suporter pada menit ke-80 laga tersebut.
Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Arya Sinulingga, mengungkapkan bahwa ulah sebagian suporter yang meneriakkan ujaran kebencian berujung fatal, FIFA resmi menjatuhkan sanksi kepada PSSI.
“Jadi PSSI secara resmi mendapatkan sanksi, kita kemarin sudah mendapatkan surat dari FIFA dengan referensi FDD2338 tentang Pasal 15 diskriminasi, Dalam laporan itu, disebutkan bahwa sektor 19 menjadi pusat insiden suporter Indonesia meneriakkan ujaran kebencian yang diarahkan kepada tim Bahrain,” ungkap Arya Sinulingga, Minggu, (11/5/2025).
FIFA mendapati pelanggaran serius berupa tindakan diskriminatif berupa ujaran kebencian dari sebagian kelompok suporter Indonesia.
“Inilah keputusan dari FIFA yang menyatakan bahwa PSSI harus bertanggung jawab terhadap perilaku diskriminatif suporter pada saat pertandingan Indonesia melawan Bahrain,” ujarnya.
“Imbasnya tidak main-main, berdasarkan laporan pertandingan tersebut, FIFA menyatakan bahwa suporter tuan rumah (Indonesia) itu paling aktif di tribun Utara dan Selatan,” imbuhnya.
Insiden tersebut diketahui terjadi pada menit ke-80 pertandingan. Menurut laporan resmi, beberapa suporter yang menempati tribun Utara dan Selatan melakukan teriakan yang bernada kurang sedap kepada pemain dan official Timnas Bahrain.
“Peristiwa terjadi di sektor 19, disebabkan oleh suporter Indonesia. Pada menit ke-80, sekitar 200-300 suporter tuan rumah meneriakkan ujaran kebencian, Bahrain bla bla bla,” tuturnya.
FIFA secara tegas menyatakan bahwa ujaran kebencian itu telah melanggar prinsip-prinsip dasar sepakbola yang menjunjung tinggi nilai fair play, kesetaraan, serta penghormatan terhadap sesama, tanpa memandang asal negara atau latar belakang budaya.
Gara-gara insiden ini, Arya mengaku bahwa FIFA telah menjatuhkan hukuman kepada PSSI berupa denda yang cukup besar. Tak hanya harus membayar denda, tetapi juga kehilangan kesempatan untuk mengisi kapasitas penuh GBK saat menjamu China pada laga berikutnya, 5 Juni 2025.
“Akibatnya, PSSI didenda hampir setengah miliar atau hampir 400 (juta) lebih, Ini adalah hal yang berat kita terima. Karena, FIFA itu punya prinsip kesetaraan, kemanusiaan, saling menghargai, dan saling menghormati,” kata Arya.
Hukuman ini jelas merugikan Timnas Indonesia yang sedang butuh dukungan penuh dari publik.
Namun, FIFA masih memberikan celah. Sebagian dari kapasitas stadion yang dibatasi tetap bisa diisi, asalkan oleh komunitas yang bergerak di bidang anti-diskriminasi, pelajar, perempuan, atau keluarga.
Syaratnya, harus membawa spanduk bertema anti-diskriminasi sebagai bagian dari kampanye kesetaraan.
“FIFA juga meminta PSSI untuk membuat rencana komprehensif guna memerangi segala bentuk diskriminasi dalam sepak bola nasional,” kata Arya.
Ia menegaskan, ini menjadi tamparan keras bagi dunia sepak bola Indonesia.
Arya menekankan bahwa kejadian ini harus menjadi pembelajaran bersama, baik bagi federasi maupun para Garuda Fans agar lebih menjunjung nilai-nilai sportivitas dan kemanusiaan dalam mendukung tim kesayangan.
“Jadi, tidak boleh ada hate speech, ujaran kebencian, rasisme, xenophobia, dan lain-lainnya. Ini pembelajaran bagi kita semua,” kata Arya.(*)
Penulis : Elis