Bali Edukasi

Pemda DIY Diminta Lebih Serius Melaksanakan Pengembangan Sinau Pancasila

INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Pengaruh globalisasi dan perkembangan teknologi, terutama media sosial. Membawa berbagai nilai serta budaya baru yang terkadang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, sehingga memunculnya paham radikalisme dan intoleransi yang mengancam persatuan.

Banyak generasi muda yang kurang memahami sejarah Pancasila, termasuk latar belakang perumusannya dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Selain itu, kurangnya contoh konkret dari tokoh masyarakat dan pemimpin dalam mengamalkan Pancasila juga dapat memperburuk masalah ini.

Terkait hal itu, Komisi A DPRD DIY berkunjung ke Bali untuk sinau Pancasila yaitu belajar sejarah dari tokoh bangsa di Monumen Bajra Sandhi atau Monumen Perjuangan Rakyat Bali. Untuk memenuhi pendalaman pembaharuan Peraturan Daerah (Perda) Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Pemda DIY diminta lebih serius melaksanakan pengembangan Sinau Pancasila

“Ini saya kira ini penting, kedepan Pemda DIY dapat mengembangkan situs-situs bersejarah seperti di Bali dalam rangka mendukung pengembangan Sinau Pancasila,” kata Eko Suwanto, Ketua Komisi A DPRD DIY dari Fraksi PDI. Rabu (25/6/2025).

Eko menuturkan, bahwa DIY sudah memiliki Perda Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan. Menurutnya, rasanya pas inspirasi dari museum perjuangan rakyat Bali dalam melawan penjajah Belanda yang segera dibangun ini, bisa jadi tempat belajar sejarah anak muda di Yogyakarta.

Ia juga menjelaskan, museum rakyat Bali turut membawa Indonesia merdeka melawan Hindia Belanda. 

Eko membeberkan, sebelumnya kunjungan sinau sejarah juga dilakukan ke beberapa museum. Antara lain Buleleng, ke rumah ibu Ida Ayu Rai Srimben, ibunda Bung Karno, dan melihat SD tempat mengajar Sukemi ayah Soekarno, juga ke istana Tampak Siring. 

“Kita lihat tadi lihat diorama bagaimana perjuangan rakyat Bali yang dijalankan juga oleh rakyat Yogyakarta yang turut berjuang membawa Indonesia merdeka. Museum ini luas sekali, tadi diceritakan oleh kepala UPT, rasanya bisa jadi inspirasi bagi pemda DIY, maupun kabupaten/kota untuk tidak semata bangun museum tapi juga produksi oksigen bagi semua orang,” kata Eko. 

Komisi A DPRD DIY berkunjung ke Bali untuk sinau Pancasila di Monumen Bajra Sandhi atau Monumen Perjuangan Rakyat Bali | Foto : Elis

Hal yang berkesan mendalam ada kebijakan penting, saat rombongan diterima, tidak ada plastik dan sampahnya. 

“Jadi kita bisa minum teh dan kopi tanpa ada unsur plastik, aspek lingkungan hidup juga diperhatikan disini,” ujar Eko.

Eko memaparkan, bahwa leluhur Bung Karno ada di Bali memiliki peran strategis untuk sinau Pancasila, yang sama-sama mendorong untuk belajar sejarah lahirnya Pancasila, dan ia menyarankan, buku itu bisa baca dalam dokumen risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 7 Agustus 1945. 

“Ini buku yang luar biasa, menulis perdebatan sehingga perbulatan ide dan gagasan. Dan pada akhirnya Bung Karno pada tanggal 1 Juli 1945, menggali dan merumuskan Pancasila sebagai dasar negara,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala UPTD Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Gede Nova Widiarta, menyatakan bahwa dari bangunan Monumen Perjuangan Rakyat Bali memiliki unsur-unsur filosofis.

Seperti jumlah tiang 8, tinggi bangunan 45 meter dan 17 anak tangga. Monumen tersebut diinisiasi sejak 1910 didukung raja-raja Buleleng, Tabanan, Badung dan Karangasem. 

Selanjutnya berdiri 14 Juni 2003, tepat saat Pesta Kesenian Bali ke-25, dan diresmikan oleh Presiden Kelima Indonesia, Megawati Soekarnoputri.



“Luasnya 13,8 hektare. Ada 33 diorama, menceritakan sejarah Bali mulai prasejarah hingga kemerdekaan, jadi kita bisa belajar asal mula masyarakat Bali, sampai pada masa perjuangan merebut kemerdekaan. Semua digambarkan dalam diorama, bisa dilihat langsung oleh pengunjung,” ucapnya.

Monumen Bajra Sandhi, menggambarkan tentang sejarah masyarakat Bali sejak munculnya manusia purba. Juga kisah kerajaan majapahit masa lampau hingga masa penjajahan di kepemimpinan presiden Bung Karno dan etnografi berbagai benda peninggalan peradaban masa lampau.(*)

Penulis : Elis

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *