INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Kota Yogyakarta kembali menghadapi tantangan serius dalam bidang kesehatan masyarakat. Hingga awal Juli 2025, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mencatat adanya lonjakan kasus leptospirosis, penyakit infeksi yang ditularkan melalui urin tikus.
“Data terbaru semester I (2025) menunjukkan 19 kasus telah terkonfirmasi, dengan 6 di antaranya berakhir meninggal dunia, menandai tingkat fertilitas yang tinggi sebesar 31 persen,” ujar Kabid Pencegahan, Pengendalian Penyakit, Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Dinkes Kota Yogyakarta Lana Unwanah, saat konferensi pers di Balai Kota Yogyakarta, Kamis,(10/7/2025).
Lana memaparkan, leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira, dan umumnya menyebar melalui air atau tanah yang telah terkontaminasi oleh urin hewan yang terinfeksi, terutama tikus.
Dalam konteks perkotaan seperti Yogyakarta, tikus menjadi sektor utama karena populasinya yang sulit dikendalikan, terutama di lingkungan padat penduduk dan kawasan dengan sanitasi buruk.
Distribusi Kasus dan Wilayah Terdampak
Menurut Lana, penyebaran kasus leptospirosis terjadi di seluruh 14 kecamatan, namun kasus tertinggi tercatat di wilayah Jetis dan Tegalrejo. Sementara itu, kasus kematian tersebar di lima wilayah berbeda yaitu Pakualaman, Gedongtengen, Wirobrajan, Jetis, dan Ngampilan.
“Tingginya angka kematian ini sebagian besar disebabkan oleh keterlambatan warga dalam mencari bantuan medis. Gejala awal leptospirosis sering kali menyerupai flu biasa, seperti demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, dan mual, sehingga masyarakat kerap mengabaikannya. Padahal, jika tidak segera ditangani, penyakit ini dapat berkembang menjadi kondisi berat yang menyerang hati, ginjal, bahkan menyebabkan kegagalan organ,”ucapnya.
Peringatan Dini dan Upaya Pencegahan
Lana mengatakan, Dinas Kesehatan bersama Pemerintah Kota Yogyakarta telah mengeluarkan imbauan kepada seluruh warga untuk meningkatkan kewaspadaan dan melakukan langkah-langkah pencegahan.
Beberapa tindakan yang disarankan antara lain:
- Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal dan memastikan tidak ada genangan air.
- Mengelola sampah secara teratur dan menghindari menumpuknya barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang tikus.
- Menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan dan alas kaki saat beraktivitas di lingkungan lembap atau kotor.
- Segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala yang mencurigakan.
Selain leptospirosis, kata Lana, Pemerintah Daera (Pemda) juga mengingatkan kemungkinan penyebaran hantavirus, penyakit lain yang juga ditularkan oleh tikus melalui udara yang tercemar urin atau kotorannya.
“Meskipun hanya tercatat satu kasus hantavirus hingga pertengahan tahun ini, kehadirannya menandakan pentingnya kewaspadaan masyarakat terhadap segala bentuk penyakit yang bersumber dari hewan pengerat tersebut,” bebernya.

Peningkatan Kasus dari Tahun Sebelumnya
Berdasarkan catatan, sebagai perbandingan pada periode yang sama di tahun 2024, hanya tercatat 10 kasus leptospirosis dengan dua kematian. Artinya, dalam kurun waktu satu tahun, terjadi peningkatan hampir dua kali lipat dalam jumlah kasus dan tiga kali lipat dalam jumlah kematian.
Kenaikan ini menjadi indikator bahwa ancaman penyakit berbasis lingkungan semakin serius dan perlu penanganan lintas sektor, mulai dari kesehatan, kebersihan, hingga pengelolaan tata ruang.
Penanganan Jangka Panjang dan Peran Masyarakat
Dalam jangka panjang, Pemerintah Kota Yogyakarta akan menggencarkan program edukasi dan pengendalian hama tikus bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan sektor swasta.
Salah satu langkah yang dipertimbangkan adalah melakukan fogging tikus dan pemberian racun rodentisida secara terkontrol, terutama di kawasan dengan risiko tinggi.
Namun demikian, keberhasilan program penanganan ini sangat bergantung pada peran aktif masyarakat. Warga diminta tidak hanya menunggu tindakan pemerintah, tetapi juga melakukan pencegahan secara mandiri dan kolektif di lingkungannya masing-masing.
“Untuk mencegah kasus meluas, masyarakat perlu mewaspadai kemungkinan penularan terutama setelah beraktivitas di lingkungan basah, becek, atau dekat aliran air.
Bagi warga yang mengalami gejala demam disertai pegal dan lemas agar tidak menunda memeriksakan diri.
Jangan anggap remeh, Kalau muncul gejala seperti itu, apalagi habis kontak dengan air atau tanah, segera periksa ke fasilitas kesehatan,” kata Lana.
Kasus leptospirosis dan penyakit lain yang ditularkan melalui tikus menjadi peringatan keras bagi kota-kota besar seperti Yogyakarta untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya sanitasi dan pengendalian populasi hewan liar.
Tanpa komitmen bersama dari pemerintah dan masyarakat, bukan tidak mungkin lonjakan kasus ini akan terus berulang dan menelan lebih banyak korban jiwa.(*)
Penulis : Elis