INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Komisi B DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melakukan kunjungan kerja pada Rabu (9/7), ke Desa Wisata Nglanggeran, Kapanewon Patuk, Gunungkidul. Kunjungan ini dilakukan dalam rangka monitoring dan evaluasi pengelolaan desa wisata yang telah mendapat predikat sebagai salah satu desa wisata terbaik dunia.
Rombongan Komisi B disambut hangat oleh jajaran pemerintah Kalurahan Nglanggeran serta Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).
Dalam pertemuan tersebut, para pengelola desa wisata memaparkan potensi unggulan, capaian, serta tantangan dalam mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat.
Anggota Komisi B, Ismail Ishom, menyampaikan apresiasinya atas keberhasilan Nglanggeran yang mampu bersaing di tingkat global.
Ia menyebut, kehadirannya adalah bentuk dukungan nyata agar desa wisata ini terus berkembang secara berkelanjutan.
“Nglanggeran termasuk salah satu desa wisata terbaik dunia. Kami hadir untuk mengetahui langsung permasalahan di lapangan, dan berupaya memberikan dukungan dari segi infrastruktur, SDM, maupun promosi,” ujar Ismail dikutip, Jumat (11/7/2025).
Ketua Pokdarwis Mursidi menjelaskan, seluruh aktivitas wisata di Nglanggeran dikembangkan dan dikelola oleh warga. Namun demikian, tantangan utama yang dihadapi saat ini adalah keterbatasan SDM pemandu wisata yang mampu berbahasa asing serta keterbatasan akses infrastruktur jalan dan penerangan.
“Kami kelola semuanya secara mandiri. Tapi masih kekurangan pemandu asing, dan jalan menuju Nglanggeran terutama dari Kalipentung masih minim penerangan,” jelas Mursidi.
Masalah infrastruktur juga disorot oleh Sugeng Handoko, anggota Pokdarwis sekaligus penggerak wisata lokal. Ia menyebutkan bahwa gangguan listrik dan lemahnya sinyal komunikasi menjadi hambatan dalam pengembangan layanan wisata modern.
“Kami butuh perhatian pada listrik dan sinyal. Selain itu, desa kami juga perlu peningkatan akomodasi dan dukungan promosi produk lokal seperti cokelat khas Nglanggeran,” ujarnya.
Sugeng menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, termasuk usulan konkret mendorong hotel-hotel di DIY untuk memakai produk cokelat lokal dalam layanan mereka.
Menanggapi berbagai masukan, Ismail Ishom dan Imam Priyono D. Putranto, S.E., M.Si., mengajak Pokdarwis untuk mengajukan usulan secara formal agar dapat dibahas dalam penganggaran DPRD DIY.
“Silakan ajukan proposal secara resmi. Kami akan kawal untuk masuk dalam pembahasan anggaran. Sinergi antar-stakeholder penting untuk membangun desa wisata yang kuat dan berdaya saing,” kata Imam Priyono.
Komisi B berkomitmen mendukung penguatan desa wisata berbasis masyarakat melalui kebijakan konkret, peningkatan infrastruktur, dan akses pasar untuk produk lokal.
Desa Nglanggeran bisa menjadi contoh inspiratif desa wisata mandiri yang patut diperjuangkan keberlanjutannya.(*)
Penulis : Elis