Headline Yogyakarta

Dari Malioboro hingga Borobudur, Rakernas JKPI Hadirkan Gairah Baru Kota Pusaka Yogyakarta

INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) XI Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) 2025 resmi digelar di Kota Yogyakarta pada 5–7 Agustus 2025. Tak hanya menjadi forum strategis pelestarian budaya, Rakernas tahun ini juga menandai gairah baru kota pusaka di Yogyakarta. 

Melalui kebangkitan semangat kolaborasi, pariwisata, dan ekonomi kreatif dari jantung kota pusaka Indonesia.

Dengan mengusung tema penguatan kawasan cagar budaya, Rakernas diikuti oleh 58 kota/kabupaten anggota JKPI serta empat daerah peninjau yang akan segera bergabung, yakni Kota Magelang, Kabupaten Sleman, Kabupaten Kapuas, dan Kabupaten Lombok Utara. 

Selama tiga hari pelaksanaan, beragam agenda mulai dari rapat pleno, wisata budaya, hingga pertunjukan seni jalanan diselenggarakan di berbagai titik strategis, dari pusat Kota Yogyakarta hingga kawasan Borobudur di Magelang.

“Pelestarian budaya harus membawa manfaat secara kontekstual. Aktivitas budaya harus mendorong nilai ekonomi yang dirasakan langsung masyarakat, terutama UMKM dan sektor pariwisata,” ungkap Hasto Wardoyo, Wali Kota Yogyakarta dalam pembukaan Rakernas, Rabu (6/8/2025) di Hotel Tentrem.

Ia menyatakan bahwa Rakernas kali ini menjadi tonggak penting bagi Yogyakarta untuk dikukuhkan sebagai Ibu Kota Budaya Indonesia. 

Hasto juga menekankan pentingnya pelestarian warisan budaya tidak hanya dalam bentuk fisik seperti bangunan atau kawasan, tetapi juga nilai-nilai nonfisik yang melekat pada kehidupan masyarakat. Hasto juga mengusulkan penguatan destinasi cagar budaya utama. 

“Seperti Kotabaru, Kotagede, dan Pakualaman, agar tak hanya berfungsi sebagai kawasan bersejarah, namun menjadi pusat aktivitas sosial-ekonomi warga,” paparnya.

Selain itu, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X hadir memberi pesan mendalam tentang pentingnya menjadikan pelestarian sebagai bagian dari kesadaran kolektif masyarakat, bukan hanya kebijakan administratif semata.

“Ruang ini harus jadi refleksi, apakah strategi pelestarian sudah cukup melibatkan suara masyarakat? Apakah kita memberi ruang inovasi sambil tetap berpijak pada nilai-nilai luhur?” tanya Sri Sultan dalam pidatonya.

Ia juga mengingatkan bahwa pelestarian budaya harus menyentuh dua sisi warisan tangible (bangunan, kawasan, struktur) dan intangible (nilai, praktik hidup, ingatan kolektif). Kota pusaka, menurutnya, bukanlah museum hidup, melainkan ruang sosial yang terus berkembang.

Ladies Program: Perempuan, Pariwisata, dan UMKM

Hari kedua Rakernas (6/8/2025) diisi dengan Ladies Program, yang diikuti oleh para istri kepala daerah dan pengurus TP PKK dari seluruh anggota JKPI. Mereka melakukan kunjungan wisata budaya dan edukatif ke Candi Borobudur, dilanjutkan dengan VW Tour menjelajahi desa dan perbukitan sekitar, serta kunjungan ke industri madu dan gula jawa.

Wakil Ketua TP PKK Kota Yogyakarta sekaligus istri Wakil Walikota Yogyakarta, Wawan Harmawan, Siti Hafsah menilai program ini mampu menggerakkan sektor ekonomi jasa dan pariwisata.

“Sebagian besar peserta datang dengan rombongan besar. Tingkat hunian hotel dan perputaran ekonomi di sektor jasa tentu terdongkrak,” jelasnya.

Istri Sekda Yogyakarta, Ir. Aman Yuriadijaya, Dian Wijaningrum menambahkan bahwa kegiatan ini bisa memperkuat promosi budaya dan kuliner lokal. 

Ia mendorong agar ke depan program serupa juga menyasar warga lokal agar lebih mengenal potensi wisata di DIY.

Nusantara Menari: Malioboro Menyatu dalam Gerak dan Warna

Puncak kemeriahan Rakernas terjadi di malam harinya, saat ribuan seniman dari seluruh Indonesia tampil dalam pertunjukan bertajuk “Nusantara Menari” di kawasan Malioboro, Yogyakarta. 

Acara ini merupakan hasil kolaborasi dengan Jogja Cross Culture (JCC) dan menjadi bagian dari Indonesian Street Performance.

Tiga bingkai utama pertunjukan memamerkan kekayaan budaya Nusantara diantaranya Pusaka Wastra Nusantara yang menampilkan busana dan kain khas daerah, juga Pusaka Kriya Nusantara yang menyoroti seni kerajinan topeng sebagai identitas budaya dan Pusaka Ksatria Nusantara gelaran yang memperkenalkan pahlawan lokal dan senjata tradisional sebagai simbol nilai kebangsaan

Pada acara ini, Hasto menyebut sebagai wadah panggung interaksi langsung antara masyarakat dan budaya, sekaligus sarana untuk membangun solidaritas antar daerah dalam semangat kebhinekaan.

“Mari jadikan kegiatan Nusantara Menari sebagai penggerak ekonomi kreatif. Ruang publik seperti Malioboro harus menjadi etalase budaya yang hidup,” ajaknya.

Penetapan Ibu Kota Budaya Indonesia

Dalam sidang pleno Rakernas, Ketua Presidium JKPI Muhammad Yamin, yang juga Wali Kota Banjarmasin, secara resmi menetapkan Yogyakarta sebagai Ibu Kota Budaya Indonesia untuk periode 2025–2026.

“Yogyakarta memiliki rekam jejak panjang dalam merawat budaya—dari Kraton, kampung budaya, hingga kreativitas masyarakatnya. Ini adalah contoh hidup kota pusaka yang berkembang,” ujarnya.

“Rakernas JKPI XI 2025 menegaskan bahwa pelestarian pusaka bukan hanya tentang menjaga masa lalu, tetapi menata masa depan kota secara berakar,” tambahnya.(*)

Penulis : Elis

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *