Pendidikan Yogyakarta

Mahasiswa Kedokteran UAJY Diskusikan Tren Obesitas Bersama Wali Kota Yogyakarta

INTENS PLUS –  YOGYAKARTA. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) menggelar talkshow (12/8), bertema “Peran Dokter Masa Depan dalam Mewujudkan Generasi Sehat dan Cerdas” di Auditorium Kampus II, Gedung St. Thomas Aquinas, Jl. Babarsari, Sleman, Yogyakarta.

Acara ini menghadirkan Wali Kota Yogyakarta, Dr. (H.C.) dr. H. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K), yang memaparkan tantangan penanganan obesitas di Kota Yogyakarta dan juga dr Luh Putu Swastiyani Purnami, dokter spesialis penyakit dalam yang berpraktik di RS Panti Rapih Yogyakarta, dan juga sebagai dosen di Fakultas Kedokteran UAJY.

Dalam forum tersebut, Rektor UAJY, Gregorius Sri Nurhartanto menyampaikan kekhawatiran terhadap tren obesitas yang terus meningkat setiap tahun. Kondisi ini dinilai berisiko memicu penyakit serius seperti diabetes, hipertensi, dan gangguan metabolisme lainnya.

“Data dan tren menunjukkan angka obesitas naik dari tahun ke tahun. Kami ingin tahu apakah ada kebijakan atau program Pemkot Yogyakarta untuk mencegahnya, khususnya bagi anak muda,” tanya Sri Nurhartanto dikutip, Senin (13/8/2025).

Menanggapi hal itu, Wali Kota Hasto Wardoyo menjelaskan bahwa Kota Yogyakarta memiliki berbagai program kesehatan, salah satunya Sekolah Lansia. Program ini tidak hanya fokus pada lansia, tetapi juga memuat materi pencegahan overweight dan gangguan metabolisme.

“Sekolah lansia ini memberi edukasi tentang pola hidup sehat, pencegahan penyakit, dan deteksi dini risiko kesehatan. Pemeriksaan kesehatan gratis bagi lansia dilakukan tiga bulan sekali di Kota Yogyakarta,” ungkap Hasto.

Ia menjelaskan bahwa perempuan biasanya mengalami penurunan hormon estrogen setelah menopause pada usia sekitar 51 tahun, yang dapat memicu gangguan metabolisme. 

Sementara itu, laki-laki mulai berisiko sejak usia 45 tahun. Edukasi kesehatan menjadi langkah penting untuk mencegah komplikasi di usia lanjut.

Hasto juga menekankan bahwa konsep gizi seimbang saat ini telah berkembang dari kampanye “empat sehat lima sempurna” menjadi pendekatan berbasis piramida makanan.

“Sekarang kita tidak hanya bicara karbohidrat, protein, dan lemak, tetapi juga mikronutrien seperti vitamin D, vitamin C, dan hormon yang berpengaruh terhadap metabolisme,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa masyarakat perlu memahami urutan kasta karbohidrat berdasarkan indeks glikemik. 

“Banyak yang tidak tahu, misalnya singkong atau tiwul memiliki indeks glikemik lebih rendah dan lebih sehat dibanding nasi putih,” kata Hasto.

Selain faktor gizi, Hasto menyoroti tantangan edukasi di tengah gaya hidup modern yang cenderung memicu pola makan tidak sehat. Iklan makanan cepat saji, tren minum kopi manis, hingga konsumsi makanan tinggi gula menjadi tantangan yang harus dihadapi bersama.

“Anak muda sekarang sering makan dengan porsi besar, tinggi gula, dan kurang bergerak. Ini membuat risiko obesitas dan diabetes meningkat,” ujarnya.

Melalui talkshow ini, para mahasiswa kedokteran UAJY diajak untuk berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat mengenai pola hidup sehat. 

Pengetahuan medis yang mereka miliki diharapkan bisa menjadi modal dalam membentuk generasi yang sehat dan cerdas di masa depan.

“Calon dokter harus unggul, inklusif, humanis, dan berintegritas. Tantangan seperti obesitas membutuhkan kerja sama antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat,” kata Hasto.(*)

Penulis : Elis

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *