INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Ratusan massa yang tergabung dalam Aliansi Jogja Memanggil menggelar demonstrasi besar di Yogyakarta pada Jumat, 29 Agustus 2025.
Aksi yang berlangsung di tiga titik utama ini menuntut pengusutan tuntas kematian Affan Kurniawan, driver ojek online yang meninggal dunia setelah terlindas kendaraan taktis Brimob, sekaligus mendesak reformasi total Polri dan menolak kebijakan pemerintah yang dinilai menyengsarakan rakyat.
Kronologi Aksi: Dari Polda DIY, Tugu Jogja, hingga Cik Di Tiro
Massa memulai konsolidasi sejak pukul 15.00 WIB di Gedung UII Cik Di Tiro. Sekitar pukul 16.45 WIB, mereka bergerak ke Markas Polda DIY, menuntut pertanggungjawaban atas tragedi yang menewaskan Affan.
Selanjutnya, pada pukul 18.30 WIB, aksi berlanjut di Bundaran Tugu Yogyakarta. Ratusan peserta dari berbagai elemen masyarakat hingga mahasiswa, buruh, seniman, hingga komunitas ojek online turut ikut serta.
Di setiap titik, massa menggelar orasi, doa bersama, tabur bunga, dan penurunan bendera setengah tiang sebagai simbol duka sekaligus perlawanan.

Koordinator Aksi Jogja Memanggil Cik Di Tiro, Boengkoes menegaskan ada delapan tuntutan utama yang disuarakan dalam aksi ini.
“Ada delapan tuntutan kami, pertama; usut tuntas represifitas polisi dan hukum mati pelaku penabrak Affan Kurniawan, juga 135 korban tragedi Kanjuruhan, serta pembunuhan Afif Maulana dan Gamma. Kedua; reformasi total Polri dan pencopotan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Tiga; terapkan pajak progresif untuk orang kaya, cabut kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Empat; hentikan program MBG, potong anggaran pertahanan-keamanan, alihkan ke pendidikan dan kesehatan. Lima; batalkan kebijakan yang mendorong absolutisme kekuasaan dan militerisasi ruang sipil. Enam; turunkan Presiden Prabowo-Gibran bersama Kabinet Merah Putih dan DPR.
Lalu tujuh; sahkan RUU Perampasan Aset untuk memiskinkan koruptor. Dan delapan; bebaskan seluruh aktivis yang masih ditahan setelah aksi-aksi sebelumnya,” paparnya.
“Kami datang ke Polda DIY karena pelakunya adalah polisi. Kami menuntut agar kasus ini tidak ditutup-tutupi dan diusut sampai tuntas,” tegas Boengkoes dalam orasinya.

Simbol Duka: Bendera Setengah Tiang dan Tabur Bunga
Aksi upacara penurunan bendera setengah tiang dan doa menabur bunga juga dilakukan oleh Mahasiswa UII di jalan Cik Di Tiro, Yogyakarta.
Inisiator aksi di Cik Di Tiro, Masduki, menyebut Affan sebagai simbol rakyat kecil yang menjadi korban kekerasan negara.
“Affan hanyalah driver ojol, pejuang bagi keluarganya. Bendera negara harus diturunkan setengah tiang, karena ini duka nasional. Tabur bunga adalah janji kita untuk melawan ketidakadilan,” ujar Masduki.

Aksi Solidaritas Kamisan Doa Bersama Nyalakan Lilin di Persimpangan Tugu Jogja
Selain itu, aksi menyalakan lilin di Simpang bundaran Tugu Jogja juga dilakukan sejumlah gabungan Mahasiswa.
Koordinator Aksi Kamisan Yogyakarta, Brian Alfik, menilai kematian Affan mencerminkan semakin represifnya aparat.
“Seharusnya kendaraan bisa berhenti, tapi justru melaju hingga melindas warga. Polisi sudah kehilangan fungsi mengayomi rakyat,” kata Brian.
Ia menambahkan, tragedi ini terjadi di tengah kebijakan pemerintah yang makin menekan rakyat.
“DPR menaikkan tunjangan puluhan juta, sementara rakyat harus menghadapi kenaikan PBB dan sulitnya lapangan kerja. Ini memicu kemarahan kolektif,” tegasnya.
Sebelumnya Aliansi Jogja Memanggil mengumumkan akan ada aksi nasional serentak pada Senin, 1 September 2025, termasuk di kawasan Malioboro Yogyakarta.
Tuntutannya sama: usut tuntas kasus Affan, hentikan kekerasan aparat, tolak kebijakan pro-oligarki, serta tuntut keadilan bagi rakyat.
“Solidaritas ini tidak akan berhenti. Jika negara abai, rakyat akan bergerak lebih besar lagi,” kata Boengkoes.
Beberapa Foto Aksi Demo:






(*)
Penulis : Elis