Edukasi Yogyakarta

Antisipasi Cuaca Ekstrem, BPBD Yogya Petakan Daerah Rawan Banjir, Longsor, dan Pohon Tumbang

INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Memasuki musim hujan 2025, Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi. 

Potensi bencana tersebut meliputi banjir, genangan, tanah longsor, hingga pohon tumbang akibat cuaca ekstrem.

Kepala Pelaksana BPBD Kota Yogyakarta, Nur Hidayat, menegaskan langkah antisipasi merupakan kesiapsiagaan menjelang musim hujan.

“Sejak Agustus lalu hujan deras sudah terjadi, bahkan menyebabkan rumah roboh, pohon tumbang, dan genangan di sejumlah titik. Karena itu, masyarakat perlu lebih waspada menghadapi peralihan musim kemarau ke musim hujan,” kata Nur. Jumat (19/9/2025).

Ia menekankan, pihaknya telah memetakan wilayah rawan bencana untuk memudahkan mitigasi dan respons cepat. Hasil pemetaan menunjukkan adanya banjir dan Genangan diantaranya bantaran Sungai Code yaitu Gondokusuman, Jetis, Gedongtengen. Bantaran Sungai Winongo yaitu Tegalrejo, Ngampilan, Mantrijeron dan Bantaran Sungai Gajahwong yaitu Umbulharjo, Kotagede, dan sekitarnya.

Selain itu rawan bencana tanah longsor bisa saja terjadi pada sejumlah tebing di Kotagede yaitu Umbulharjo, dan Kraton. Juga pohon tumbang pada jalur protokol dengan pepohonan besar, seperti Jalan Kusumanegara, Jalan Wahid Hasyim, Jalan Kyai Mojo, dan kawasan sekitarnya.

Kawasan padat pemukiman di 14 kelurahan juga dicatat rawan genangan saat curah hujan tinggi.

“Kalau rumah terlihat rapuh atau miring sebaiknya segera diperbaiki. Pohon yang rawan tumbang juga sebaiknya dipangkas. Yang terpenting adalah respon cepat, karena pertahanan awal ada pada diri kita sendiri,” ujar Nur Hidayat.

Nur melanjutkan, upaya pencegahan juga dilakukan dengan memperkuat 169 Kampung Tangguh Bencana (KTB). Di sana, warga telah dilatih keterampilan penanggulangan bencana, mitigasi ancaman, hingga simulasi jalur evakuasi.

“Dari sisi peralatan, Kota Yogyakarta kini memiliki 26 unit Early Warning System (EWS) di tiga sungai besar seperti Code, Winongo, dan Gajahwong. Tahun ini, terdapat penambahan sembilan unit EWS otomatis, dari sebelumnya 17 unit manual,” kata Nur.

“Pada Oktober mendatang akan dilakukan simulasi penggunaan EWS untuk memantau ketinggian air sungai. Satu EWS di Keparakan yang sempat rusak juga sudah diperbaiki,” jelas Nur.

Selain BPBD, antisipasi bencana juga dilakukan lintas perangkat daerah. Seperti Dinas PUPKP memperbaiki drainase dan talud di titik rawan longsor. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) melakukan pemangkasan pohon besar di jalan protokol agar tidak membahayakan pengguna jalan.

“Pembersihan saluran air dan selokan terus kami digencarkan, di sejumlah lokasi rawan genangan,” ungkap Nur.(*)

Penulis : Elis

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *