INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Pemerintah Kota Yogyakarta resmi memulai implementasi program kampung tematik yang menjadi tindak lanjut dari kesepakatan kerja sama One Village, One Sister University, One Sister Corporate, dan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Program perdana ini difokuskan di Bumijo sebagai Kampung Emas dengan melibatkan Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), serta Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
Penandatanganan Implementation Arrangement dan Perjanjian Kerja Sama berlangsung di Grha Pandawa, Balai Kota Yogyakarta. Dengan Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo hadir sebagai saksi.
“Jogja ini hampir 95 persen kekuatannya ada pada sumber daya manusia, bukan sumber daya alam. Karena itu hidup dan matinya kota ini sangat ditentukan oleh kualitas manusianya. Kalau SDM kita tidak berkualitas, kita pasti tidak bisa berdaya,” ungkap Hasto pada sambutannya, Jumat (3/10/2025).
Ia mencontohkanThe Little Singapura, negara kecil tanpa banyak sumber daya alam, namun mampu menjadi negara maju berkat kualitas manusia yang unggul.
“Jogja dengan predikat kota pelajar harus mampu menjaga serta meningkatkan kualitas SDM agar tetap unggul dan berdaya saing,” tambahnya.
Hasto menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam membangun ekosistem masyarakat berbasis data, riset, dan pendampingan. Menurutnya, program kampung tematik bukan sekadar intervensi singkat, melainkan harus berkelanjutan.
“Ketika kita mampu melakukan screening dan pengumpulan data dengan baik, Kota Yogyakarta bisa menjadi rujukan. Saat ini ada sekitar 400 mahasiswa kedokteran yang turun langsung melakukan pencatatan. Dari situ kita sudah punya baseline data yang bisa dipakai untuk pendampingan, penelitian, maupun pengajaran,” jelas Hasto.
Dengan kolaborasi ini, Yogyakarta tidak hanya memperkuat identitasnya sebagai Kota Pendidikan, tetapi juga meneguhkan peran sebagai pusat inovasi berbasis masyarakat. Hasto optimistis, kerja sama dengan kampus dan dunia usaha dapat menghadirkan model pembangunan inklusif yang menjadi best practice bagi daerah lain.
“Harapannya, implementasi kampung tematik ini menjadi tonggak sejarah baru dalam pengembangan SDM, menghadirkan layanan kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat yang berkesinambungan. Jogja harus semakin mantap sebagai Kota Pendidikan dan center of excellence di Indonesia,” pungkas Hasto.
UGM melalui Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) mendukung program ini lewat Community and Family Health Care Interprofessional Education. UNY berkontribusi melalui program Jam Belajar Masyarakat yang diinisiasi Fakultas Bahasa, Seni, dan Budaya. Sementara itu, RS Bethesda menyiapkan program pendampingan wilayah di bidang kesehatan.
Program tahap awal difokuskan di Bumijo sebagai Kampung Emas. Dekan Fakultas Bahasa, Seni, dan Budaya UNY, Zulfi Hendri, menyampaikan bahwa pihaknya telah menyiapkan sejumlah program berbasis usia dan potensi masyarakat.
“Sudah beberapa kali kami menemukan anak-anak yang punya potensi di bidang seni. Itu akan kami arahkan dan bimbing agar bakat mereka bisa berkembang. Selain itu, ada juga program pengelolaan lingkungan, terutama di pinggir kali di daerah Bumijo, untuk mengoptimalkan potensi alam yang ada,” jelas Zulfi.
Selain seni dan budaya, UNY juga menyiapkan strategi pendampingan belajar malam untuk anak-anak. Jika sebelumnya Kuliah Kerja Nyata (KKN) hanya berlangsung dua bulan, kini pola akan diubah agar lebih berkesinambungan.
“Mahasiswa yang terlibat tidak semuanya, melainkan melalui proses seleksi. Mereka yang terpilih akan menjadi representasi dan mendapat reward atau ekuivalensi akademik. Karena ini merupakan hal baru, desain programnya masih terus kami rumuskan agar lebih tepat sasaran,” tambahnya.(*)
Penulis : Elis