INTENS PLUS – JAKARTA. Perusahaan pengembang ChatGPT, OpenAI, kini resmi menyandang predikat sebagai startup termahal di dunia. Nilai valuasinya melonjak hingga USD 500 miliar atau sekitar Rp 8 triliun, menggeser posisi SpaceX milik Elon Musk dan perusahaan induk TikTok, ByteDance.
Kabar ini dikutip dari laporan ABC News, Selasa (7/10/2025), yang menyebutkan bahwa kenaikan nilai fantastis tersebut terjadi setelah OpenAI melakukan penjualan sebagian sahamnya kepada sejumlah investor besar untuk mempertahankan para karyawan terbaiknya.
Menurut sumber yang tidak ingin disebutkan namanya, karyawan aktif dan mantan pegawai OpenAI menjual saham senilai USD 6,6 miliar kepada sejumlah investor papan atas.
Di antara nama besar yang ikut berpartisipasi adalah Thrive Capital, Dragoneer Investment Group, T. Rowe Price, SoftBank, serta perusahaan asal Uni Emirat Arab, MGX.
Penjualan saham ini langsung mengerek valuasi OpenAI secara drastis. Nilai tersebut tidak hanya menandai pencapaian luar biasa dalam industri kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), tetapi juga menunjukkan kepercayaan investor terhadap masa depan teknologi ini.
Didirikan pada tahun 2015 sebagai lembaga riset nirlaba, OpenAI awalnya berfokus pada pengembangan teknologi AI yang aman dan bermanfaat bagi manusia. Namun, sejak peluncuran ChatGPT pada akhir 2022, perusahaan yang bermarkas di San Fransisco ini berubah menjadi kekuatan dominan di dunia AI.
ChatGPT telah mengubah cara manusia bekerja, belajar, dan berinteraksi dengan teknologi, dari membantu penulisan hingga menciptakan solusi bisnis cerdas. Meski begitu, OpenAI hingga kini belum mencatatkan keuntungan komersial, yang memicu kekhawatiran akan potensi “AI bubble” jika pertumbuhan industri ini tak sesuai ekspektasi.
CEO OpenAI, Sam Altman, merespons kekhawatiran investor dengan optimisme. Dalam kunjungannya ke pusat data raksasa OpenAI di Abilene, Texas, ia menyebut bahwa perjalanan bisnis teknologi memang selalu diwarnai pasang surut.
“Selama sepuluh tahun kami beroperasi dan dalam puluhan tahun ke depan, akan selalu ada masa naik-turun. Ada yang berinvestasi berlebihan hingga merugi, dan ada yang kurang berinvestasi hingga kehilangan peluang besar,” ujar Altman.
Ia menegaskan, bahwa OpenAI siap menghadapi fluktuasi bisnis jangka pendek, sambil menatap jangka panjang di mana AI akan menciptakan pertumbuhan ekonomi baru serta kemajuan besar dalam ilmu pengetahuan, kualitas hidup, dan kreativitas manusia.
Dalam beberapa bulan terakhir, OpenAI memperluas lini bisnisnya melalui dua kolaborasi strategis, yaitu kerja sama dengan Etsy dan Shopify, yang memungkinkan pengguna melakukan belanja daring langsung melalui ChatGPT. Dan kolaborasi dengan aplikasi media sosial Sora, yang berfokus pada pembuatan dan berbagi video berbasis AI.
Langkah ini menandai ambisi OpenAI untuk memperluas pengaruhnya di sektor e-commerce dan media sosial, menjadikan ChatGPT lebih dari sekadar chatbot melainkan platform ekosistem digital yang lengkap.
Kendati berhasil menembus valuasi USD 500 miliar, OpenAI masih menghadapi tantangan besar.
Perusahaan seperti Meta Platforms (induk Facebook) dan Google DeepMind terus berupaya mengejar dengan investasi besar-besaran di bidang AI. Meta bahkan baru saja menggelontorkan dana USD 14,3 miliar ke perusahaan AI Scale, yang berhasil merekrut CEO-nya, Alexandr Wang.
Persaingan ini menunjukkan betapa panasnya industri AI global, di mana setiap langkah inovatif bisa menentukan arah masa depan teknologi.
Meski kini menjadi perusahaan bernilai ratusan miliar dolar, kendali OpenAI tetap berada di bawah lembaga nirlaba. Struktur ini mengharuskan OpenAI tetap memegang misi sosial untuk memastikan pengembangan AI yang aman dan bermanfaat bagi publik.
Namun, perubahan struktur dan besarnya investasi baru membuat OpenAI kini menjadi perhatian regulator di California dan Delaware, yang mengawasi kepatuhan organisasi nirlaba terhadap hukum dan etika bisnis.
Dalam langkah strategis lainnya, OpenAI menjalin kemitraan dengan Oracle dan SoftBank untuk membangun pusat data superbesar bernama Stargate, yang akan menjadi fondasi infrastruktur AI masa depan.
OpenAI juga menggandeng Nvidia sebagai penyedia chip AI berperforma tinggi untuk mendukung proyek tersebut. Langkah ini menandai pergeseran strategi OpenAI yang kini mulai mengurangi ketergantungannya pada Microsoft, mitra lamanya.(*)
Penulis : Elis