INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Sebanyak 426 siswa SMA Negeri 1 Yogyakarta dilaporkan mengalami gejala keracunan makanan setelah menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG). Akibat kejadian tersebut, 33 siswa tidak masuk sekolah pada Kamis (16/10), sementara ratusan lainnya mengeluhkan sakit perut dan diare ringan.
Mengetahui kabar ini, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) langsung mengambil langkah cepat. Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Ni Made Dwipanti Indrayanti bersama Satgas Percepatan Pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) melakukan koordinasi dengan Koordinator Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) wilayah terkait untuk menelusuri penyebab insiden tersebut.
“Informasinya seharusnya makanan dimasak agak siang, tetapi karena kokinya ada yang sakit, proses memasak dilakukan lebih awal,” ujar Ni Made, Rabu (16/10/2025).
Berdasarkan hasil komunikasi awal, SPPG wilayah Wirobrajan merupakan penyedia MBG untuk SMA Negeri 1 Yogyakarta.
Ni Made menyebut, makanan disajikan kepada siswa pada jam istirahat kedua sekitar pukul 11.45 WIB, dengan menu nasi putih, ayam saus barbeque, tahu krispi, salad sayur, dan buah pisang.
Dari hasil penelusuran, diketahui bahwa jatah makanan untuk SMA Negeri 1 Yogyakarta dimasak bersamaan dengan jatah pagi untuk sekolah dasar (SD).
Padahal, menurut standar operasional prosedur (SOP), jatah siang tidak boleh dimasak berbarengan dengan jatah pagi, karena berpotensi menurunkan kualitas dan keamanan makanan.
Ni Made menambahkan, lauk ayam menjadi komponen yang paling dicurigai menyebabkan keracunan.
“Kami menduga keracunan berasal dari ayam. Ini masih kami telusuri lebih lanjut bersama Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan,” katanya.
Pemerintah DIY sebelumnya, telah menetapkan aturan ketat bagi setiap SPPG yang menjadi mitra pelaksana program MBG. Dalam perjanjian kerja sama, SPPG diwajibkan:
- Menyediakan makanan bergizi seimbang sesuai kebutuhan nutrisi siswa.
- Melakukan pengolahan dengan memperhatikan aspek higienitas di setiap tahapan.
- Mengawasi operasional dapur, mulai dari pengolahan, pemorsian, hingga pengemasan makanan.
- Menyertakan lembar kontrol kandungan gizi dan batas waktu konsumsi dalam setiap distribusi makanan.
“Indikasi pelanggaran oleh SPPG bisa terjadi apabila perjanjian kerja sama sudah diterapkan namun tidak dijalankan sesuai SOP,” tegas Ni Made.
Ni Made mengungkapkan, bahwa evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan program MBG akan dilakukan, mulai dari sistem pengawasan dapur, pendistribusian, hingga perjanjian kerja sama dengan pihak penyedia.
“Program Makan Bergizi Gratis ini bertujuan baik, tetapi harus disertai dengan kontrol ketat agar tidak menimbulkan risiko kesehatan,” ujar Ni Made.
Ia memaparkan, Pemerintah DIY juga tengah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan DIY untuk melakukan uji laboratorium terhadap sampel makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan.
“Ini menjadi perhatian serius, hasil pemeriksaan akan menjadi dasar untuk menentukan sanksi dan perbaikan kebijakan ke depan,” kata Ni Made.
Sebagai tindak lanjut, pihaknya meminta Kepala Dinas Pendidikan DIY segera turun ke lapangan untuk mengumpulkan data dan memastikan penanganan bagi siswa terdampak berjalan optimal.
Ia juga menginstruksikan agar koordinator SPPG wajib membuat laporan mingguan kepada Satgas MBG, termasuk informasi mengenai kandungan gizi dan waktu layak konsumsi makanan.
“Ke depan, SPPG tidak boleh lengah lagi. Kami ingin setiap dapur produksi disiplin terhadap SOP dan memiliki tanggung jawab penuh terhadap konsumennya,” tegasnya.
Selain itu, Kepala SMAN 1 Yogyakarta, Ngadiya, membenarkan bahwa 426 dari total 972 siswa mengalami gejala keracunan usai mengonsumsi makanan MBG.
“Yang diduga menyebabkan keracunan itu ayamnya,” kata Ngadiya.
Menurutnya, gejala mulai muncul pada Kamis dini hari sekitar pukul 01.00–03.00 WIB.
“Yang sakit 426, tapi kami masih memastikan apakah semuanya karena makanan yang sama. Hari ini ada 33 siswa yang absen, selebihnya tetap masuk meski mengalami gejala ringan,” jelasnya.
Pihak SPPG penyedia MBG wilayah Wirobrajan disebut sudah mendatangi sekolah sejak pagi untuk mengonfirmasi dan meminta maaf atas kejadian tersebut.
“Mereka mengakui ada kelalaian dalam penyediaan makanan, dan siap bertanggung jawab penuh,” tambah Ngadiya.(*)
Penulis : Elis