INTENS PLUS – YOGYAKARTA. MANTIS.Lab Independen Film Distribution & Guidance Academy bersama mitra lokal menggelar CampFilm Workshop & Simposium dalam rangka TuksonoFest 2025, yang berlangsung pada 22 – 24 Oktober 2025 di Bendungan Kamijoro, Tuksono, Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, lalu.
Kegiatan ini memadukan pelatihan perfilman, pemutaran film layar tancap, serta bazar UMKM lokal dalam suasana kemah kreatif di tepi bendungan.
Direktur TuksonoFest Buyung Ispramadi menjelaskan, festival ini bermula dari inisiatif Mantis Lab yang kemudian berkolaborasi dengan Kepolisian Sektor Sentolo, Kelompok Desa Wisata Tuksono, serta dukungan Kementerian Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan.
“Awalnya kegiatan ini sangat mandiri, kami tidak tahu akan ada dana atau tidak. Tapi semangatnya adalah yuk kerja bareng-bareng. Akhirnya di ujung, ketika hampir kalang kabut, kami mendapat dukungan dari Kementerian Kebudayaan,” ujar Buyung. Senin (27/10/2025).
Festival ini menargetkan 100 peserta dengan syarat minimal pernah membuat satu film pendek. Meski waktu pelaksanaan cukup mepet, sekitar 40 peserta dari berbagai daerah hadir mulai dari Yogyakarta, Magelang, Semarang, Kebumen, Lampung hingga Padang.
“Karena mendapat dukungan, akhirnya workshop ini kami gratiskan. Peserta hanya menanggung transportasi, sementara tenda, kaos, makan, dan sertifikat kami sediakan,” tambah Buyung.
Menurut Buyung, TuksonoFest 2025 ingin membuktikan bahwa kegiatan film tidak hanya soal produksi dan tontonan, tetapi juga memiliki dampak sosial-ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Melalui kegiatan ini, warga Tuksono dapat terlibat dalam pengelolaan desa wisata, membuka lapak UMKM, dan berinteraksi dengan komunitas perfilman nasional.
“Kami ingin membangun kolaborasi lintas sektor antara masyarakat, pelaku seni, hingga kelompok ekonomi kreatif. Harapannya, ini akan menumbuhkan kemandirian, termasuk kemandirian kebudayaan,” ungkap Buyung.
Bendungan Kamijoro, yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 2021, dipilih sebagai lokasi karena potensinya sebagai ruang publik dan pusat pertemuan berbagai sektor.
Buyung berharap lokasi ini dapat terus digunakan untuk kegiatan budaya dan edukatif seperti TuksonoFest.
Kegiatan ini menjadi yang pertama di Bendungan Kamijoro, dan diharapkan menjadi agenda rutin tahunan yang menggabungkan unsur pendidikan film, pariwisata desa, dan pemberdayaan ekonomi kreatif.
“Kami ingin TuksonoFest terus berjalan, baik dengan Mantis Lab ataupun tidak. Harapannya nanti ada ‘Tuksono-Tuksono’ lain di tempat lain,” kata Buyung.
Ketua Umum Badan Perfilman Indonesia (BPI), Gunawan Pangguru, yang menjadi narasumber dalam simposium, menegaskan pentingnya kegiatan seperti CampFilm Workshop dalam mendidik sineas muda dan masyarakat agar memahami industri film secara utuh.
“Tujuannya agar peserta tidak tersesat di industri film. Mereka harus tahu job desk, cara kerja, dan memiliki tiga hal penting: visi, pengetahuan teknis, dan skill,” ujar Gunawan.
Menurut Gunawan, film bagus bukan hanya yang estetis, tetapi juga yang punya visi, pesan jelas, dan bisa diterima penonton.
Ia juga mendorong agar TuksonoFest dapat menjadi awal lahirnya desa wisata film seperti di Karanganyar.
“Dengan tumbuhnya tempat seperti ini, masyarakat bisa belajar memahami film. Masyarakat yang kritis akan mendorong filmmaker meningkatkan kualitasnya. Kalau supply dan demand berjalan seimbang, industri film kita pasti maju,” tuturnya.
CampFilm Workshop menghadirkan konsep camping edukatif. Peserta tidur di tenda, mengikuti kelas film, praktik langsung, serta berdiskusi dengan pembicara industri.
Selain itu, pengunjung juga dapat menikmati layar tancap terbuka dan bazar UMKM lokal yang memperkaya suasana festival.(*)
Penulis : Elis
