INTENS PLUS – JAKARTA. Dunia sinema Indonesia berduka. Ketua Umum Badan Perfilman Indonesia (BPI) sekaligus tokoh penting perfilman nasional, Gunawan Paggaru, meninggal dunia pada Senin, 27 Oktober 2025, di usia 63 tahun.
Kabar duka ini beredar pertama kali melalui grup WhatsApp CampFilm 2025 dan segera menyebar di kalangan insan perfilman Tanah Air.
“Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Innalillahi wa innailaihi rajiun, telah meninggal dunia ayah kami, sahabat kami, Ketua Umum Badan Perfilman Indonesia, Gunawan Paggaru di kediamannya hari ini, 27 Oktober 2025. Mohon doanya semoga almarhum diterima di sisi-Nya dan diampuni segala dosanya. Aamiin. Alamat Duka Jl. Rambutan, Duren Sawit, Kota Jakarta Timur, Jakarta,” tulis Ananda Shasa pada, Senin (27/10/2025).
Kabar berpulangnya Gunawan juga dikonfirmasi oleh keluarga besar BPI melalui unggahan di akun resmi Instagram mereka.
“Semoga Allah SWT menerima seluruh amal ibadahnya, mengampuni khilafnya, serta meluaskan dan menerangkan kuburnya. Amin ya robbal alamin,” tulis BPI dalam pernyataan resminya.
“Beliau adalah sahabat yang setia dan mendedikasikan hidupnya bagi perfilman Indonesia yang amat beliau banggakan,” lanjut keterangan tersebut.
Gunawan Paggaru dikabarkan mengembuskan napas terakhir di kediamannya di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur. Jenazahnya disemayamkan di rumah duka sebelum dimakamkan. Hingga kini, penyebab meninggalnya belum diketahui secara pasti.
Gunawan Paggaru dikenal luas sebagai sineas serba bisa, sebagai penulis naskah, editor, produser, dan sutradara yang mendedikasikan hidupnya bagi kemajuan film Indonesia.
Ia memulai kariernya pada tahun 1983 di bawah naungan Teater Populer pimpinan Teguh Karya, sosok maestro film Indonesia.
Di sanalah Gunawan mulai menapaki dunia sinema, menulis naskah, sekaligus belajar penyuntingan film. Teguh Karya pula yang pertama kali melihat potensi besar Gunawan dalam mengolah cerita menjadi karya visual yang kuat.
Dari pengalaman itu, Gunawan terus berkembang dan dikenal sebagai pekerja film yang berkomitmen pada kualitas. Ia terlibat dalam berbagai produksi film dan televisi, dan kerap memperoleh penghargaan di ajang Festival Film Indonesia (FFI) serta Festival Sinetron Indonesia (FSI).
Salah satu penghargaan bergengsinya adalah Piala Estetutur, simbol pengakuan atas dedikasinya dalam bidang penyuntingan film.
Dari ‘Pacu Jalur’ hingga ‘Potret’: Langkah Besar di Dunia Produksi Film
Karya dokumenter pertamanya, Pacu Jalur (1992), menjadi tonggak penting dalam karier Gunawan. Film itu tak hanya menampilkan kekayaan budaya Riau, tetapi juga memperlihatkan ketajaman Gunawan dalam menggabungkan realitas dan estetika sinema.
Film tersebut berhasil masuk nominasi FFI 1992, menandai kehadiran sosok baru yang menjanjikan dalam perfilman nasional.

Tahun 1990, ia mendirikan rumah produksi Kino Lima, yang kemudian melahirkan film layar lebar legendaris Potret, sebuah karya yang sukses mendapatkan 13 nominasi di FFI 1993.
Film ini memperkuat reputasinya sebagai produser yang berani menampilkan realitas sosial dengan gaya artistik khas.
Selain itu, Gunawan juga menjadi desainer poster terbaik FFI 1993 dan editor terbaik FSI 1998, membuktikan kepiawaiannya di berbagai aspek sinema.
Menjadi Sutradara dan Pendiri Kedai Film Nusantara
Gunawan Paggaru juga dikenal sebagai sutradara yang idealis. Ia menyutradarai beberapa film layar lebar seperti ISSUE (2005), Syahdat Cinta (2008), dan Mata Pena Mata Hari Raja Ali Haji (2009).
Film-film tersebut memperlihatkan kepekaan sosial dan kecintaannya terhadap budaya Indonesia, terutama karya Mata Pena Mata Hari Raja Ali Haji yang menyoroti peran literasi dalam membangun identitas bangsa.
Pada tahun 2009, bersama Embie C. Noer, Keke Dwipayudha, Haedar M. Diah, dan Usman C. Noer, ia turut mendirikan Kedai Film Nusantara di bawah Yayasan Karya Budaya Nusantara sebuah wadah yang menumbuhkan sinema berbasis kearifan lokal dan memperkuat jaringan antarfilm komunitas.
Selain aktif berkarya di dunia produksi, Gunawan Paggaru juga dikenal sebagai penggerak organisasi perfilman yang tak kenal lelah memperjuangkan profesionalitas dan kesejahteraan insan film.
Ia pernah menjabat sebagai Pimpinan Bidang Organisasi Persatuan Karyawan Film dan Televisi Indonesia (KFT) periode 2015 – 2019, serta Pengurus BPI bidang Organisasi dan Jaringan periode 2017- 2020.
Dedikasinya membawa ia dipercaya menjadi Ketua Umum BPI, jabatan yang dipegangnya hingga akhir hayat.
Di bawah kepemimpinannya, BPI aktif mendorong sinergi antara komunitas film, pemerintah, dan lembaga pendidikan untuk memperkuat ekosistem perfilman nasional.
Sejak tahun 2012, Gunawan juga aktif menjadi pengajar di Next Academy, khususnya dalam bidang penyutradaraan. Ia kerap diundang ke berbagai sekolah dan universitas untuk memberikan workshop dan pelatihan film.
Baginya, berbagi ilmu adalah bagian dari tanggung jawab moral seorang sineas.
“Film bukan hanya alat hiburan, tapi cermin masyarakat dan ruang belajar tanpa batas,” demikian salah satu pesan yang sering ia sampaikan kepada murid-muridnya.
Kepergian Gunawan Paggaru meninggalkan duka mendalam bagi dunia sinema Indonesia. Namun karya dan semangatnya akan terus hidup melalui film, lembaga, dan generasi penerus yang pernah disentuh olehnya.
Ia tidak hanya dikenal sebagai pribadi rendah hati, penuh dedikasi, dan konsisten memperjuangkan kemerdekaan berekspresi di dunia film.
Bagi banyak kalangan, Gunawan bukan hanya sineas, tapi guru dan sahabat bagi seluruh insan perfilman Indonesia.(*)
Penulis : Elis
