INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Dalam momentum peringatan Hari Sumpah Pemuda ke 97, kolaborasi antara 8TUALLY dan Paduan Suara Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (PSM UGM) meluncurkan sebuah karya musik visual berjudul Melodi Nusantara. Karya ini bukan sekadar lagu, melainkan perwujudan semangat persatuan, kebinekaan, dan nasionalisme yang disampaikan melalui harmoni musik, suara, dan visual.
Peluncuran Melodi Nusantara digelar melalui konferensi pers eksklusif di Hotel Grand Hyatt Yogyakarta, menghadirkan tokoh-tokoh nasional, insan musik, dan perwakilan dari dunia akademik. Acara ini menjadi simbol nyata bahwa nilai-nilai Sumpah Pemuda dapat terus dihidupkan melalui bahasa universal: musik dan seni.
Konsep Melodi Nusantara diposisikan sebagai doa musikal bagi persatuan Indonesia. Dalam konferensi pers, pihak 8TUALLY menegaskan bahwa karya ini tidak hanya menonjolkan estetika musik, tetapi juga membawa pesan spiritual dan kebangsaan yang mendalam.
“Menampilkan pemutaran video musik bersamaan dengan live performance paduan suara bukan hal yang mudah, tetapi kami ingin menghadirkan pengalaman yang autentik dan emosional bagi audiens,” ujar Lion Bagaskara, perwakilan 8TUALLY. Selasa (29/10/2025).
Menurut Lion, Melodi Nusantara dirancang untuk menyatukan harmoni dari berbagai elemen kebudayaan Indonesia, sejalan dengan semangat “Bhinneka Tunggal Ika” yang menjadi ruh dari Sumpah Pemuda.
Bagi Paduan Suara Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (PSM UGM), proyek ini menjadi pengalaman berharga. Kolaborasi dengan 8TUALLY membuka ruang bagi mahasiswa untuk berpartisipasi dalam produksi kreatif yang profesional, sekaligus menyalurkan idealisme mereka terhadap kebudayaan Indonesia.
Kylian Tulus, perwakilan PSM UGM, menuturkan bahwa proses kreatif ini adalah perjalanan penuh kejutan dan pembelajaran.
“Ini adalah kolaborasi pertama kami dengan pihak eksternal kampus. Kami belajar bagaimana musik bisa menjadi medium komunikasi yang kuat untuk menyampaikan pesan persatuan,” katanya.
Lagu Melodi Nusantara diciptakan oleh Rois Munandar, seorang komposer muda yang terinspirasi dari kenangan masa kecilnya tentang keindahan dan harmoni Indonesia. Karya ini awalnya hadir dalam format instrumental berjudul Melodies of Nusantara, sebelum akhirnya dikembangkan menjadi versi vokal dengan melibatkan PSM UGM.
Rois menjelaskan bahwa Melodi Nusantara adalah bentuk refleksi terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Sumpah Pemuda: satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa.
“Ketika saya menulis lagu ini, saya membayangkan Indonesia yang tenang, damai, dan saling menghargai. Musik adalah bahasa yang bisa menembus batas itu,” ujarnya.
Proses syuting video musik Melodi Nusantara dilakukan di Balairung Universitas Gadjah Mada, salah satu bangunan paling bersejarah di Yogyakarta. Pemilihan lokasi ini bukan tanpa alasan, Balairung menjadi saksi lahirnya berbagai peristiwa penting dalam sejarah UGM dan Indonesia.
Para anggota PSM UGM mengenakan busana adat dari berbagai daerah, menghadirkan simbol nyata dari kebinekaan. Salah satu adegan paling menyentuh menampilkan puluhan anggota paduan suara berdiri dalam keheningan, memegang lilin di tengah gelapnya ruangan. Adegan tersebut menjadi interpretasi visual dari pesan “Habis Gelap Terbitlah Terang”, sekaligus bentuk penghormatan terhadap perjuangan pemuda-pemudi Indonesia.
“Video ini bukan sekadar karya estetis, tapi juga refleksi tentang makna persatuan dan cahaya harapan di tengah kegelapan,” jelas Rois.
Acara peluncuran turut dihadiri oleh Gema Sasmita, Ketua Umum Gerakan Relawan Nasional (GERNAS) sekaligus Pembina MKTG, yang menyampaikan pesan penting tentang peran pemuda di era modern.
“Dulu para pemuda berjuang dengan kata dan ketenangan. Kini, generasi muda berjuang dengan nada dan karya,” ujarnya disambut tepuk tangan hadirin.
Menurut Gema, karya seperti Melodi Nusantara memiliki potensi besar untuk menjadi gerakan budaya yang menggerakkan sektor lain, mulai dari pariwisata, UMKM lokal, hingga diplomasi kebudayaan.
“Gotong royong yang melahirkan karya ini mencerminkan semangat yang sama dengan Sumpah Pemuda: bersatu demi Indonesia,” tambahnya.
Tokoh musik nasional Satriyo Yudi Wahono (Piyu), yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Komposer Indonesia, hadir dan memberikan apresiasi tinggi terhadap karya ini. Ia menilai Melodi Nusantara sebagai bukti nyata bahwa kreativitas anak bangsa masih hidup dan berkembang pesat.
“Negara yang besar bukanlah negara yang hanya membangun gedung tinggi, tetapi negara yang meninggikan martabat para penciptanya,” tegas Piyu.
Dalam kesempatan itu, Piyu juga menyinggung perjuangan perlindungan hak cipta di Indonesia. Ia menyebut bahwa saat ini asosiasi komposer tengah bekerja sama dengan DPR RI untuk merevisi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta agar lebih relevan dengan tantangan era digital.
“Kami mendukung penuh inisiatif yang melindungi hak-hak pencipta lagu dan karya seni lainnya. Karya seperti Melodi Nusantara harus mendapatkan ruang dan perlindungan yang layak,” tambahnya.
Peluncuran Melodi Nusantara turut dihadiri oleh Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DIY Dian Lakshmi Pratiwi, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yati Martanti, serta perwakilan dari Rektorat UGM.
Kehadiran mereka menjadi bukti nyata sinergi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku industri kreatif dalam mengembangkan ekosistem kebudayaan nasional.
Dian Lakshmi menyebut bahwa kolaborasi ini selaras dengan arah kebijakan kebudayaan DIY yang mendorong generasi muda untuk melestarikan nilai-nilai lokal dengan pendekatan modern.
“Musik seperti ini adalah cara baru untuk merayakan nasionalisme indah, kontekstual, dan inspiratif,” ujarnya.(*)
Penulis : Elis
