INTENS PLUS – YOGYAKARTA. PT Bank Amar Indonesia Tbk (Amar Bank) resmi hadir dan membuka rangkaian JAFF Market 2025 yang berlangsung di Yogyakarta mulai Sabtu (29/11/2025). Kehadiran Amar Bank menjadi sorotan karena perusahaan menjadi satu-satunya perbankan nasional yang tampil sebagai pembuka acara industri film dan ekonomi kreatif terbesar di Indonesia tersebut.
Melihat pesatnya pertumbuhan industri film Indonesia, Amar Bank menangkap peluang kolaborasi antara sektor kreatif dan layanan keuangan digital. Salah satu bentuk dukungannya adalah kemudahan akses pendanaan bagi pelaku industri film hingga Rp5 miliar, menyesuaikan kebutuhan produksi maupun pengembangan proyek.
SVP MSME Amar Bank, Josua Sloane, menyampaikan bahwa akses pembiayaan masih menjadi tantangan besar bagi sineas lokal. Proses meyakinkan investor kerap memakan waktu, sementara biaya produksi harus dipenuhi sejak tahap pra-produksi.
“Ketidakpastian pengembalian investasi membuat akses pendanaan semakin terbatas, padahal di tahap pra-produksi saja biaya seperti lokasi, peralatan, kostum, dan kru sudah harus disiapkan,” ujar Josua dalam keterangannya, Minggu (30/11/2025).
Partisipasi Amar Bank menegaskan komitmen perusahaan dalam mendekatkan teknologi finansial dengan ekosistem kreatif.
Tidak sekadar memperluas layanan, tetapi memahami kebutuhan pelaku industri kreatif dan menawarkan solusi pendanaan yang sesuai dengan dinamika sektor film.
Tidak hanya menyediakan modal, Amar Bank menilai bank digital dapat menjadi mitra strategis bagi sineas dalam pengelolaan keuangan yang lebih terukur. Pendekatan berbasis data memungkinkan pelaku kreatif membangun portofolio keuangan yang solid, meningkatkan analisis risiko, serta memperkuat kepercayaan investor.
Menurut Josua, setiap tahap pembuatan film, mulai dari produksi hingga distribusi. Memiliki karakter kebutuhan finansial yang berbeda. Hal inilah yang mendorong Amar Bank menghadirkan solusi pendanaan yang lebih adaptif.
“Industri film Indonesia kini memiliki beragam sumber pendanaan, mulai dari investor swasta, crowdfunding, sponsor brand, hingga hibah pemerintah. Namun, profesionalisme dalam pengelolaan finansial tetap menjadi kunci agar proyek film dapat berjalan berkelanjutan,” ungkapnya.
Menteri Ekraf, Teuku Riefky Harsya turut mengapresiasi konsistensi JAFF Market yang mengasistensi IP (Intellectual Property) lokal untuk naik kelas.
“JAFF Market bukan sekadar ruang temu, tetapi jembatan kolaborasi yang memperkuat jalur adaptasi IP menjadi film dan serial. Ini membuka peluang komersial baru bagi kreator sekaligus memperkokoh rantai nilai industri,” ujar Teuku Riefky.
JAFF Market menjadi ruang strategis bagi kreator IP dan pelaku industri film Indonesia untuk bertemu dengan investor dan mitra strategis guna berjejaring dan mendorong komersialisasi karya ke pasar regional maupun global.
Di tahun kedua ini, JAFF Market merupakan wadah film paling berpengaruh di kawasan Asia Tenggara.
Pada penyelenggaraan tahun 2024, JAFF Market mencatat capaian signifikan. Forum tersebut menarik partisipasi luas dari pelaku industri film berbagai negara, termasuk Korea Selatan, Belanda, Kamboja, Myanmar, dan Malta.
Total dampak ekonomi mencapai Rp36 miliar, sementara nilai kontrak kerja sama tercatat Rp 18,5 miliar, menunjukkan posisi strategis JAFF Market sebagai pendorong investasi di sektor perfilman.
“Selain itu, ajang tersebut dihadiri lebih dari 6.723 pengunjung, menghadirkan 151 stan pameran, serta menyelenggarakan 1.767 pertemuan bisnis. Pada momentum yang sama, tercatat 61 penandatanganan MoU, seluruh capaian ini memperkuat peran JAFF sebagai katalis pertumbuhan industri film nasional dan internasional untuk membuka lapangan kerja baru,” paparnya.

“Di dalam Asta Cita ke-3 Presiden Prabowo, fokus pemerintah adalah meningkatkan lapangan kerja berkualitas salah satunya di industri kreatif. Sektor ini terbukti berkontribusi nyata dalam membuka lapangan kerja berkualitas baru, mendorong ekspor, menarik investasi, serta meningkatkan sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB),” lanjutnya.
Pada edisi JAFF Market 2025, Kementerian Ekraf mendukung program Content Market dengan menghadirkan 10 IP karya kreator Indonesia yang telah dikurasi untuk bertemu para pemangku kepentingan industry IP tersebut terdiri dari Amurva, Elang Hitam, Glommy Sunday, Jemawa Yangti, Journal Of Terror, Meng, Sangkakala Di Langit Andalusia, Tabi, The Summoning, dan World Without Sleep.
Kehadiran ini menjadi langkah penting dalam mendorong adaptasi buku, komik, gim, serta karya orisinal menjadi konten audio visual kompetitif dan menghubungkan langsung antara para kreator serta industri potensial tingkat global melalui sesi pitching terkurasi dan pertemuan one-on-one.
Program JAFF Content Market tahun ini turut ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) untuk pengembangan dua IP Indonesia, yakni Tikam Samurai dengan BushiBros serta Locust bersama LMN VFX.
Kerja sama ini menjadi langkah konkret dalam mempercepat penguatan IP nasional menuju tahap produksi lanjutan.
Teuku Riefky juga menegaskan pentingnya kolaborasi tersebut sebagai wujud kepercayaan terhadap kualitas kreator Indonesia.
“Penandatanganan MoU ini menunjukkan bahwa IP Indonesia memiliki daya saing dan siap berkembang menjadi karya audiovisual bernilai tinggi. Kami berharap kolaborasi semacam ini terus diperluas agar semakin banyak IP nasional memasuki pasar internasional,” tegas Riefky.
Selain menghadiri prosesi penandatanganan MoU, Riefky juga melakukan kunjungan ke sejumlah booth yang berpartisipasi dalam JAFF Market. Dalam kunjungan tersebut, ia meninjau langsung berbagai inisiatif kreatif yang tengah dikembangkan oleh para pelaku industri.
Salah satu booth yang dikunjungi seperti Booth Wahana Kreator yang menampilkan hasil program scene, program ini merupakan kolaborasi antara Kementerian Ekraf dan Wahana Edukasi yang berfokus kepada para penulis untuk dapat memproduksi naskah skenario yang baik dan komersil agar dapat memiliki nilai ekonomi tinggi.
Tidak hanya itu, Riefky juga menyambangi booth Metra TV x Ekraf, yang menampilkan hasil program Akselerasi Kreatif Film dan Animasi berupa 3 karya kreatif film dan 3 IP Animasi yang telah melalui seleksi kurasi dan bootcamp pengembangan bisnis IP, distribusi dan promosi di Jakarta.
Dalam rangkaian visit tersebut, Menekraf sempat menyambangi area pameran kamera analog cinema klasik. Menekraf Riefky tampak antusias mencoba sejumlah perangkat kamera tempo dulu (Jadul).
Terakhir, Riefky juga mengunjungi booth JAFF Market Content yang menampilkan 10 Intellectual Property (IP) lokal untuk naik kelas
Kehadiran Menekraf ini menambah semarak JAFF Content Market serta memperkuat pesan bahwa pemerintah berkomitmen mendukung pertumbuhan industri kreatif nasional melalui kolaborasi, fasilitasi, dan pengembangan IP sebagai aset masa depan ekonomi kreatif Indonesia.
Tahun ini, JAFF Market 2025 tercatat menjadi penyelenggaraan paling ambisius dengan capaian yang mengesankan dengan 114 exhibitor, 1.500 akreditasi, tamu internasional serta pelaku industri dari Asia Pasifik, 10 proyek film Asia Pasifik terpilih di JAFF Future Project.
Juga, 2 proyek Australia hasil kemitraan dengan Adelaide Film Festival (AFF), 10 IP Indonesia terpilih dari gim, komik, animasi, literatur, dan konten digital, 22 talenta baru melalui Talent Day, 15 sesi konferensi menghadirkan 59 pembicara, 176 film ditayangkan di Market Screening, 6 proyek film dan 33 peserta dalam Indonesia-France Film Lab x MTN Lab.(*)
Penulis : Elis
