INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Salah satu film yang diputar pada gelaran JAFF18 adalah “In Broad Daylight”. Buah karya dari James Steven Sadwith ini terinspirasi oleh kisah nyata. Berkisah layanan sosial tentang sistem kesehatan, khususnya perawatan lansia di Hong Kong yang korup.
Film yang sponsori Pemerintah Hong kong ini, merupakan film edukasi untuk para korban dan masyarakat Hong Kong untuk mengajak memberantasi kejahatan sosial dinegaranya.
Diputar minggu (26/11) di JAFF 18 Yogyakarta, film dengan genre drama. Alur cerita In Broad Daylight ini berawal dari Kay yang diperankan oleh Jennifer Yu. Kay merupakan seorang reporter investigasi yang tangguh. Dia mendapat informasi tentang penghuni panti jompo yang dianiaya oleh staf.
Kemudian memutuskan untuk melakukan penyamaran di fasilitas tersebut. Dia menyamar sebagai cucu salah satu dari penghuni untuk memastikan kebenarannya informasi yang diperolehnya.
Meskipun metodenya yang digunakannya menyalahi etik, Kay berhasil mengungkap serangkaian fakta mengejutkan tentang sistem layanan kesehatan yang korup dan tidak efektif. Namun, dalam upayanya untuk menjelaskan apa yang terjadi, ia menemukan hambatan yang berasal dari surat kabar tempat ia bekerja dan sistem peradilan. Hal ini memaksanya untuk semakin melangkah lebih jauh.
Lawrence Kan kemudian memutuskan untuk menyutradarai sebuah film yang bertujuan untuk menampilkan dua isu utama dalam sistem Hong Kong. Pertama, menyoroti layanan kesehatan, khususnya mengenai orang lanjut usia dan orang-orang cacat mental. Kedua, jurnalisme. Kedua isu itu ia hadirkan melalui sisi gelap.
Isu pertama jadi yang paling disorot oleh Kay, lantaran dia menemukan situasi yang menurutnya sangat mengerikan. Mulai dari pengorganisasian layanan yang kekurangan staf, kekurangan dana, dan terlantar dengan para lansia yang hidup dalam kondisi mengerikan.
Kenyataan itu pun dihadapkan dengan studi, Hong Kong diperkirakan akan menjadi negara dengan masyarakat tertua di dunia pada tahun 2050. Sebuah permasalahan yang sangat buruk bagi negara tersebut. Kan memaparkan situasi ini dari berbagai sisi. Baik dalam fasilitas maupun melalui prisma yang lebih sistemik.

Keputusan Kay dalam langkahnya itu membuatnya semakin mengetahui bagaimana perebutan keuntungan dan dampak fasilitas kesshatan lansia. Korupsi telah bertanggung jawab atas apa yang terjadi.
Gambaran terkait mengerikannya fasilitas kesshatan lansia di Hong Kong pun menampilkan sejumlah adegan mengejutkan dalam realisme brutalnya. Salah satunya seperti adegan mandi, sedangkan kejadian terakhir yang digambarkan pun memberikan hipostasis yang sangat memberatkan terhadap fenomena tersebut, sekaligus menyoroti aspek yudisial dari permasalahan tersebut, yang juga sama-sama problematis.
Sementara terkait isu kedua, yang juga berfungsi untuk menggambarkan karakter Kay digarap sedikit lebih baik. Berkisar pada jurnalisme dan khususnya jurnalisme investigatif, yang tampaknya menghadapi penurunan yang akan segera mengakibatkan kepunahan, dengan berita selebriti, gosip, dan jenis berita palsu apa pun.
Situasi di koran yang dikerjakan Kay sama suramnya, yang telah mengubahnya menjadi seorang yang sinis. Hal itu juga digambarkan oleh karakter bernama Ling yang merupakan pendatang baru di dunia media. Terjadi tabrakan, antara realita dan idealisme jurnalistik. Sebuah gambaran suram.
Meski fokus utama film ini adalah realisme, penyajian berbagai peristiwanya terkesan cukup dramatis, bahkan sampai pada titik melodrama. Berbagai macam orang di panti jompo memulai pendekatan ini, tetapi lebih didasarkan pada kenyataan. Namun para staf, dan khususnya kepala perawat dan Sipir Cheung ditampilkan sebagai penjahat sejati, sampai-sampai seting lokasi kadang-kadang terlihat seperti apa yang ditampilkan film horor. Pada saat yang sama, konsep tersebut memberikan salah satu penampilan terbaik dalam film.
Bowie Lam tampil luar biasa dalam peran sipir jahat. Jennifer Yu sebagai Kay juga luar biasa, dengan cara dia menggambarkan sisi kerasnya di koran dan sisi lembutnya di panti jompo menjadi bagian terbaik dari film tersebut, bersamaan dengan saat-saat rasa frustrasi menguasai dirinya.
Terlepas dari beberapa permasalahan dalam pendekatan naratifnya, “In Broad Daylight” muncul sebagai film luar biasa yang berhasil menonjolkan permasalahan utamanya dengan realismenya.(*)
Penulis: Fatimah Purwoko/Elis