Jateng Student Corner

Pantik Peran Serta Anak Ubah Lingkungan Jadi Inklusif

INTENS PLUS – SOLO. Yayasan Kota Kita Surakarta bersama Global Designing Cities Initiatives (GDCI) berhasil memantik peran serta anak dalam mengubah lingkungan sekitarnya menjadi lebih inklusif.

Kolaborasi yang melibatkan peran serta anak ini, hadir dalam program Street for Kids bertajuk Sukaria (Surakarta Kota Ramah dan Inklusif untuk Anak). Mereka berhasil merombak Koridor Jalan Flores dan Jalan Nusa Penida, Kelurahan Kampung Baru, Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah.

Dalam prosesnya, program melibatkan peran serta aktif dari anak. Mengingat, program ini bertujuan untuk menghubungkan anak serta lingkungan sekitar dengan bersama-sama merancang jalan yang aman dan nyaman.

Anak dapat menyuarakan pendapat sesuai dengan kebutuhannya. Di samping itu, proses ini jadi media mengenalkan anak pada konsep keselamatan dan inklusivitas.

“Melalui inisiatif Sukaria, kami menerjemahkan ide-ide dari anak sekolah dan lingkungan sekitar Kelurahan Kampung Baru untuk dijadikan intervensi desain di jalanan depan sekolah agar area tersebut jadi lebih aman dan nyaman bagi anak-anak,” tulis akun Instagram @kotakitaorg dikutip, Minggu (18/2/2024).

Siswa SMP Muhammadiyah 1 Solo berjalan bersama di Jalan Flores menggunakan alat periskop, pada sesi Walking Tour Sukaria Kota Kita | Foto : Ist

Melansir dari Mettanews.id, Koordinator Proyek Yayasan Kota Kita Surakarta, Bima Pratama, mengatakan program Sukaria hadir untuk mewujudkan ruang yang aman dan nyaman bagi anak-anak yang digagas sejak Maret 2023.

Realisasi Sukaria pun dilakukan Kota Kita dengan berkoordinasi bersama dinas perhubungan setempat. Sementara dalam perjalanannya, Solo bersama 20 kota lainnya di dunia berusaha untuk memberikan pembelajaran bagaimana jalan yang ramah anak.

“Jadi masing-masing kota membuat proposal dan akhirnya 10 kota di dunia yang dipilih bisa mengimplementasikan program termasuk di Kota Solo, dan ini dipilih di Kampung Baru di Jalan Flores dan Nusa Penida,” ujar Bima.

Berhasil lolos, Kota Kita lantas mengimplementasikan kegiatan Sukaria dengan perencanaan denah jalan ramah anak dengan melakukan pengecatan jalan untuk menentukan zona jalan.

Tempat tunggu penjemputan siswa | Foto : Ist

Penempatan tempat tunggu penjemputan siswa yang dilengkapi bangku dan kanopi, pembuatan mural, penanaman taman vertikal, serta pemasangan penunjuk arah jalan dan rambu jalan.

“Jalan yang menurut anak-anak aman menyenangkan, menurut mereka itu seperti apa. Apakah teduh misalnya. Jadi kita pakai peta berwarna, foto, mainan, lego dan kita ajak susur kampung lalu di peta-peta besar itu mereka menaruh mainan,” jelasnya.

Bima berharap di tahun berikutnya, Sukaria dapat mewujudkan Kota Solo sebagai kota yang ramah dan inklusif untuk anak-anak. Sehingga Kota Solo pada akhirnya bisa menjadi salah satu proyek percontohan jalan ramah anak untuk kota-kota lain di Indonesia.

“Jalan yang inklusif itu jalan yang semua bukan hanya untuk teman-teman disabilitas misalnya untuk anak-anak ibu hamil orang tua. Karena di sini nggak cuma anak sekolah tapi juga warga khususnya teman-teman disabilitas juga. Bagaimana mereka menggunakan fasilitas-fasilitas ini karena inklusif itu harus mencangkup semuanya,” ujarnya.

Jalan tampak bersih dengan adanya mural dan urnamen cat  penunjuk arah jalan dan rambu jalan | Foto : Ist

Proyek percontohan ini menerapkan intervensi desain bersama dengan anak-anak SMP dan Kampung Baru dalam kegiatan co-design menggunakan metode partisipatif dan kreatif yang memungkinkan anak-anak terlibat aktif dalam proses desain.

Selama implementasi, Kota Kita juga bekerja bersama berbagai pemangku kepentingan sekitar, seperti SMP Muhammadiyah 1 Surakarta, warga Kampung Baru, Rutan Kelas 1 Surakarta, Kantor Pos Solo.

“Salah satu faktor penting dalam mewujudkan inisiatif Sukaria ini adalah komitmen multipihak untuk bekerja bersama dalam menciptakan Kota Solo yang lebih inklusif,” tandasnya.

Peta-peta besar memberi mural permainan di susur kampung | Foto : Ist

Dalam acara peresmiannya, di seluruh stakeholder Kota Solo yang hadir diajak merasakan secara langsung perkembangan lingkungan baru melalui sudut pandang anak dengan berjalan bersama di jalan menggunakan alat periskop, pada sesi Walking Tour.

Walking Tour ini bertujuan untuk mempromosikan keterlibatan anak pada proses desain dan mobilitas. Kegiatan lainnya yaitu co-painting pot tanaman bersama siswa SMP Muhammadiyah 1 Solo untuk turut mendorong partisipasi anak dan meningkatkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap lingkungan.

Selain Kota Solo, proyek Sukaria juga dilaksanakan di 9 kota lainnya di dunia, yaitu Abuja di Nigeria, Cuenca di Ekuador, Istanbul di Turki, Leon di Meksiko, Lima di Peru, Lusaka di Zambia, Recife di Brasil, Santiago di Chili, dan Tyre di Lebanon.(*)

Penulis : Fatimah Purwoko

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *