Edukasi Yogyakarta

Transformasi Museum Benteng Vredeburg sebagai Pusat Kajian dan Destinasi Ikonik

INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Museum Benteng Vredeburg tengah menjalani proses transformasi sejak penutupan operasional pada 4 Maret 2024 lalu. Mengingat, salah satu unit prioritas di bawah naungan Indonesian Heritage Agency (IHA) ini tidak hanya dikenal sebagai pusat kajian sejarah perjuangan Indonesia, tetapi juga destinasi wisata yang ikonik di jantung kota Yogyakarta.

Plt Kepala Indonesian Heritage Agency (IHA), Ahmad Mahendra menjelaskan, pihaknya berkomitmen untuk mengoptimalkan standar pelayanan dan pengelolaan museum yang profesional. Oleh sebab itu, Museum Benteng Vredeburg sedang melalui sejumlah proyek revitalisasi yang bertujuan untuk memperbaiki fasilitas serta meningkatkan pengalaman pengunjung.

“Dengan mengedepankan konsep reimajinasi museum, IHA berkomitmen untuk mengubah persepsi dan fungsi tradisional museum, menjadikannya ruang komunal yang dinamis guna mendorong interaksi antara pengunjung dengan museum itu sendiri,” paparnya melalui keterangan tertulis, Minggu (28/4/2024).

Kata Ahmad, IHA mengadopsi pendekatan revolusioner yang menekankan konsep reimajinasi untuk mengubah persepsi serta fungsi tradisional museum dan situs cagar budaya. Dengan strategi yang mencakup reprogramming, redesigning, dan reinvigorating, inisiatif ini tidak hanya memprioritaskan peran museum dalam masyarakat tapi juga meningkatkan interaksi pengunjung dengan warisan budaya, melalui penelitian, program pendidikan, dan pengalaman yang lebih interaktif dan menarik.

Proyek revitalisasi Museum Benteng Vredeburg yang dilakukan antara lain adalah perbaikan kerusakan serta pemeliharaan bangunan yang mencakup perbaikan jalur dalam, termasuk sarana dan prasarana publik seperti toilet, mushola dan pembenahan lingkungan dalam. Pembenahan signage untuk memudahkan pengunjung menemukan kebutuhannya.

Gambar wajah baru Museum Benteng Vredeburg | Foto : Elis

Kemudian Pembenahan Ruang Diorama 1, 2, 3, dan 4 juga dilakukan. Pembenahan lanskap dan area lingkungan Museum Benteng Vredeburg antara lain area lahan parkir, jalur plaza pintu masuk sisi barat, area ticketing, area edupark, area pagar jagang, pembuatan Taman Patriot serta pembenahan area Bastion.

Penanggung Jawab Unit Museum Benteng Vredeburg, M. Rosyid Ridlo menambahkan, proses transformasi museum ini bukan hanya untuk perbaikan fisik.

“Namun kami juga mengupayakan untuk memperkuat peran museum sebagai pusat kebudayaan yang dinamis, inklusif dan menarik, yang mempromosikan apresiasi terhadap keberagaman budaya Indonesia serta kesadaran akan pentingnya pelestarian sejarah,” ujarnya.

Museum Benteng Vredeburg juga akan mengoptimalkan area museum yang memiliki luas sekitar 46.574 meter persegi ini juga akan mengoptimalkan fungsinya sebagai ruang publik komunal, guna menjawab kebutuhan publik akan edukasi dan rekreasi sekaligus mengakomodasi aktivitas publik dengan membangun coworking space, coffee shop,ruang anak dan merchandise shop.

“Proyek revitalisasi sedang kami maksimalkan dan saat ini berjalan sesuai rencana dimana akan rampung dan dibuka kembali untuk publik pada awal bulan Juni 2024. Salah satu program baru yang akan diluncurkan nantinya pada saat Museum Benteng Vredeburg beroperasi kembali adalah program ‘Wisata Malam Vredeburg” serta instalasi video mapping, sound lighting, dan water fountain di area museum – yang pertama kali akan diluncurkan pada saat peresmian IHA dilaksanakan pada bulan mendatang di museum ini,” lanjut Rosyid Ridlo.

Gambar penataan area parkir Museum Benteng Vredeburg | Foto : Elis

Proses revitalisasi Museum Benteng Vredeburg dilakukan secara transparan, melibatkan berbagai pihak terkait dan memperhatikan kebutuhan serta aspirasi masyarakat.Museum Benteng Vredeburg bukan hanya sekadar tempat menyimpan 7.000 benda peninggalan bersejarah bangsa Indonesia, tetapi juga sebuah institusi yang berperan dalam pelestarian sejarah dan identitas nasional.

“Dengan menggali lebih dalam makna dari transformasi ini, kami berharap dapat memperkuat apresiasi terhadap keberagaman budaya Indonesia dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian sejarah dalam menjaga identitas nasional. Kami percaya bahwa melalui partisipasi publik, kita dapat menciptakan museum yang lebih inklusif dan relevan bagi masyarakat modern,” tutup Ahmad Mahendra.

Untuk diketahui, Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta, sebagai peninggalan kolonial tertua di kota Yogyakarta, menawarkan lebih dari sekedar pengalaman wisata sejarah. Dikelola oleh Indonesian Heritage Agency (IHA) sebuah badan layanan umum pengelola museum dan cagar budaya, museum ini berkomitmen pada transformasi pelayanan publik, menampilkan narasi sejarah yang komprehensif mulai dari era Diponegoro hingga Orde Baru.

Selain itu, museum ini memuat lebih dari 7.000 benda bersejarah, termasuk peralatan rumah tangga dan peralatan perang, serta benda-benda yang pernah digunakan oleh tokoh proklamator Indonesia, Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta. Terletak strategis dekat Jalan Malioboro dan sejumlah objek wisata lainnya di Yogyakarta, museum ini tidak hanya menjadi pusat kajian sejarah perjuangan nasional tetapi juga destinasi wisata ikonik yang wajib dikunjungi.

Sebagai community hub yang merayakan kebudayaan Nusantara, Museum Benteng Vredeburg memperkuat peranannya sebagai paru-paru kota dengan menyediakan ruang terbuka hijau yang asri di tengah kesibukan Yogyakarta. Pengunjung dapat menikmati keindahan bangunan estetik yang ideal untuk konten media sosial, sambil mengikuti program publik menarik.

Dengan kemudahan akses dan tiket masuk yang terjangkau, museum ini tidak hanya menawarkan wawasan sejarah yang mendalam tetapi juga menjadi platform bagi aktivitas budaya dan pelestarian sejarah, mengakomodasi kebutuhan publik dan mendorong keterlibatan masyarakat dalam pengembangan museum.(*)

Penulis : Fatimah Purwoko/Elis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *