Headline Internasional

Sejumlah Pihak Khawatir Timur Tengah Memanas Pasca Tewasnya Ismail Haniyeh

INTENS PLUS – JAKARTA. Tewasnya Pimpinan Hamas Ismail Haniyeh dalam sebuah serangan di ibu kota Iran, oleh kelompok Israel memicu kekhawatiran berbagai pihak akan memicu konflik di wilayah Timur Tengah semakin panas.

Selain itu, pembunuhan terhadap Ismail Haniyeh juga menuai kutukan dan kecaman dari berbagai pihak.

Insiden pembunuhan terhadap Ismail Haniyeh terjadi hanya beberapa jam setelah Israel melakukan serangan di Lebanon. Serangan itu menargetkan seorang komandan senior Hizbullah.

Hamas dan Hizbullah, sebagai bagian dari “poros perlawanan” yang dipimpin oleh Iran, semakin memperkeruh situasi di wilayah tersebut. Kelompok-kelompok ini bersatu dalam menentang pendudukan Israel di Gaza dan Tepi Barat.

Sementara Al Jazeera menulis, Sekjen PBB Antonio Guterres menyerukan kepada masyarakat internasional bekerja sama untuk segera mencegah tindakan apa pun yang dapat mendorong seluruh Timur Tengah melewati batas.

Seruan itu datang setelah Timur Tengah memanas usai pemimpin Hamas Ismail Haniyeh terbunuh di Teheran saat menghadiri pelantikan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian, Rabu (31/7/2024).

Para pemimpin negara-negara di Timur Tengah mengecam keras pembunuhan Ismail Haniyeh di Teheran. Guterres mengaku khawatir tindakan yang melewati batas di Timur Tengah berdampak kehancuran bagi warga sipil.

“Saya secara konsisten menyerukan agar semua pihak menahan diri secara maksimal. Akan tetapi, semakin jelas bahwa menahan diri saja tidak cukup pada saat yang sangat sensitif ini,” kata Guterres di akun media sosial X (dulu Twitter), seperti dilansir Al Jazeera, Kamis (1/8/2024).

“Saya mendesak semua pihak untuk bekerja keras menuju de-eskalasi regional demi kepentingan perdamaian dan stabilitas jangka panjang bagi semua pihak,” sambungnya.

Ia mengatakan serangan baru-baru ini di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, Beirut, dan Teheran merupakan eskalasi yang berbahaya di kawasan Timur Tengah.

“Satu-satunya cara untuk mencapainya adalah dengan memajukan tindakan diplomatik yang komprehensif,” tutur Guterres.

Selain kematian Ismail Haniyeh, komandan Hizbullah Fuad Shukr juga meninggal dunia dalam serangan udara Israel di Beirut. Terbunuhnya dua petinggi ini diyakini akan direspons keras oleh pihak Hamas maupun Hizbullah.

Beijing pun mengutuk pembunuhan kepala biro politik kelompok perjuangan Palestina, Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran. Pemerintah Beijing juga khawatir insiden tersebut dapat memicu instabilitas lebih lanjut di kawasan Timur Tengah.

“Kami sangat prihatin terhadap insiden tersebut, dan dengan tegas menentang serta mengutuk pembunuhan itu,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, Rabu, (31/7/2024).

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia pun berharap ketegangan antara Palestina dan Israel serta kawasan Timur Tengah tidak meningkat setelah pembunuhan Pemimpin Politik Hamas Ismail Haniyeh.

Menurut Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR Fadli Zon, pembunuhan Ismail dalam serangan Israel di Iran dianggap merusak upaya perdamaian yang sedang diupayakan.

“Ini provokasi terhadap upaya-upaya damai yang sebenarnya sedang mengerucut,” kata Fadli Zon di Kompleks Parlemen, Jakarta, seperti dikutip dari Antaranews, Kamis (3/8/2024).

Fadli mengatakan, ada kecenderungan ketegangan semakin meningkat akibat ulah Israel. Sebab dia mengamati sejumlah pernyataan pemimpin di Timur Tengah cukup mengkhawatirkan dalam merespons tewasnya Ismail.(*)

Penulis : Fatimah Purwoko

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *