INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Perubahan iklim telah melanda di banyak sektor dan sendi kehidupan umat manusia di dunia. Sektor pertanian pun turut terdampak, terkait dengan ketahanan pangan dan konservasi tanah-air yang mendukung pelestarian alam.
Muhamad Kundarto pun menulis buku “Jejak Langkah ProKlim Indonesia”. Lewat buku tersebut, dia ingin mengetuk kesadaran masyarakat untuk bersama-sama menangani perubahan iklim dan menjaga kelestarian lingkungan.
“Misinya, buku ini mengetuk komunitas masyarakat untuk bergerak bersama. Bukan sendiri. Karena ini masalah yang dirasakan bersama. Sampah, limbah, iklim berubah, suhu makin meningkat. Kalau individu ya nggak bisa,” ujarnya pada Intens Plus. Sabtu (24/8/2024).
Dosen jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta sejak 1997 itu ternyata juga merupakan Tim Teknis ProKlim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2012 – sekarang. Sejak tahun 2017 pula, Jurusan Ilmu Tanah menambahkan mata kuliah Perubahan Iklim Global dalam kurikulumnya.
Kundarto menjaskan, ProKlim adalah program nasional pemerintah dalam rangka memberikan apresiasi kepada kelompok atau komunitas masyarakat yang melakukan aksi pengendalian perubahan iklim. Aksi tersebut berupa adaptasi dan mitigasi serta kegiatan kelembagaan dengan dukungan keberlanjutan.
“Proklim adalah apresiasi jangan jadi tujuan. Esensinya, lingkungan kita semakin banyak yang rusak siapa pun harus berbuat, semua harus bergerak,” tegasnya.
Kundarto, pun menjelaskan buku yang ditulisnya berisi rekam jejak selama mengikuti kegiatan ProKlim dengan seluruh dinamikanya.
“Buku ini dibuat sebagai rekam jejak (berkiprah di ProKlim) sejak 12 tahun lalu sampai sekarang,” ujarnya.
Buku ini mendapatkan dukungan luar biasa dari para pihak, karena mendapatkan sponsor dari 3 perusahaan nasional yang peduli dengan kegiatan tanggungjawab sosial dan lingkungan, serta dukungan dari 1 organisasi nasional bidang perkelapasawitan yang notabene punya keterkaitan erat dengan komunitas masyarakat di sekitar kebun perusahaan.
“Kenapa bisa? Ya dari pertemanan, (sudah terbangun) sejak 25 tahun. Ketika tahu saya punya karya, mereka semangat mendukung dengan menjadi sponsor dan beli,” bebernya.
Buku ini juga dilengkapi kata sambutan dari Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK dan Dekan Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta. Beberapa pakar, pimpinan instansi dan pimpinan perusahaan ikut memberikan testimoni yang dimuat di bagian awal buku. Respon publik juga luar biasa, karena komunitas ProKlim di seluruh Indonesia mencapai sekitar 10.000 lokasi.
“Sambutannya luar biasa, dari dirjen dan dekan. Ada 12 halaman testimoni. Dan bagian akhir saya sisipkan tiga puisi tentang proklim dan lingkungan,” ungkap Kundarto.
Publikasi dan promo buku sebelum cetak direspon dengan sekitar 100 pemesan terhadap 200-an buku. Buat para sponsor sekitar 50 buku. Sementara itu beberapa hari setelah cetak ada 100-an buku yang beredar dalam acara puncak ProKlim secara nasional, yaitu Festival LIKE 2 – Pemberian Apresiasi ProKlim 2024 pada 9 Agustus 2024 di Jakarta Convention Center yang dihadiri 150-an penerima penghargaan berbagai kategori dan ratusan para pengiringnya. Satu lokasi penerima penghargaan bisa dikuti oleh 10 orang dari masyarakat, DLH, perusahaan dan perguruan tinggi.
“Bahkan rekor, tadi pagi ada salah satu perusahaan yang membeli langsung 50 buku. Dari data yang saya terima pemesan berjumlah 125,” sebutnya.
Kundarto pun mengatakan, buku ini tertuju untuk berbagai pihak. Setidaknya, pada empat lokasi ProKlim sendiri. Pertama, yaitu masyarakat. Kedua, pembina yang beras dari unsur pemerintah, baik provinsi dan kabupaten. Ketiga, pendukung ProKlim, yaitu perguruan tinggi dengan aksi Tri Dharma.
“Satu lagi adalah perusahaan dengan kegiatan CSR dan desa binaan butuh ini (buku Jejak Langkah ProKlim Indonesia) untuk dibagikan,” sebutnya.
Kundarto pun mengatakan, sebagai kado spesial, buku ini juga diberikan sebagai hadiah untuk Menteri KLHK, Dirjen PPI, Direktur Adaptasi PPI, Dewan Pengarah ProKlim, rekan Tim Teknis, dan Sekretariat ProKlim.
Menariknya, buku ditulis dengan narasi semacam novel. Pembahasan pun dibuat tidak banyak, yaitu hanya 1-2 halaman.
“Maksudnya untuk mengarahkan pembaca mendalami aksi itu. Mulai dari penelitian atau studi lapangan,” paparnya.(*)
Penulis : Fatimah Purwoko/Elis
Pendidikan
Yogyakarta
Jejak Langkah ProKlim Indonesia: Ketuk Kesadaran Bersama Sadar Iklim Global
- by Redaksi
- 24/08/2024
- 0 Comments
- 2 minutes read
- 189 Views

Berita Terkait ...
