Bisnis Headline

Pekerja Minta Kejelasan Nasib Buntut Dugaan Fraud eFishery

INTENS PLUS – BANDUNG. Pekerja startup eFishery melakukan aksi demonstrasi di kantor pusat Jalan Malabar, Kota Bandung, Kamis (23/1/2025). Mereka meminta kejelasan terkait nasib karyawan buntur dugaan fraud keuangan dan operasional yang dihentikan.

Mengutip dari Republika, Sekjen Serikat Pekerja eFishery Icad mengatakan, perusahaan telah menghentikan operasional sementara secara mendadak. Ia menuturkan tidak terdapat informasi yang jelas disampaikan kepada para karyawan.

“Operasional disetop. Tentu ini sangat dadakan dan kita tidak bisa banyak gerak dan tahunya telat,” ucap dia, Kamis.

Dengan kondisi seperti ini, Icad menuturkan dugaan bakal terjadi PHK semakin menguat. Namun begitu, pihaknya belum menerima keputusan dari pimpinan. “Rumor semakin menguat (PHK),” kata dia.

Icad mengatakan banyak karyawan yang tidak mengetahui kondisi perusahaan termasuk mengenai dugaan kecurangan atau fraud di keuangan. Sejauh ini ia mengatakan bisnis tetap berjalan dan tidak mengalami permasalahan. “Banyak karyawan yang tidak tahu apa-apa, kami cuma ingin sumbangsih ke perusahan,” katanya.

Icad pun merasa keberatan terkait berita  fraud di perusahaan yang tidak berimbang. “Saya merasa tidak fair kalau ada berita atau pihak berbicara ini fraud dan sistematis sepertinya tidak elok juga,” kata dia.

Dugaan fraud pertama kali mencuat melalui laporan dari seorang whistle-blower anonim, yang kemudian memicu penyelidikan internal oleh perusahaan.

Dalam temuan awal penyelidikan yang masih berlangsung, eFishery diduga menggelembungkan pendapatan hingga hampir 600 juta dolar AS (sekitar Rp9,3 triliun) selama periode sembilan bulan hingga September 2024. Sebuah laporan investigasi setebal 52 halaman yang diperoleh Bloomberg News mengungkap bahwa lebih dari 75 persen dari angka pendapatan yang dilaporkan tidak sesuai dengan kenyataan.

Perusahaan yang dikenal sebagai penyedia alat pemberi pakan pintar bagi peternak ikan dan udang ini sebelumnya dianggap sebagai bintang dalam dunia startup nasional. Dengan valuasi sebesar 1,4 miliar dolar AS (sekitar Rp21,7 triliun), eFishery mencapai status unicorn setelah menerima pendanaan besar dari investor internasional, termasuk SoftBank Group dari Jepang, Temasek dari Singapura, dan G42 dari Uni Emirat Arab.

Namun, laporan internal mengungkapkan bahwa klaim profitabilitas yang menjadi daya tarik utama bagi investor ternyata tidak akurat. Dalam laporan resmi kepada investor, eFishery mengklaim telah meraih keuntungan sebesar 16 juta dolar AS (sekitar Rp248 miliar) dalam sembilan bulan pertama tahun 2024. Namun, penyelidikan menunjukkan bahwa perusahaan sebenarnya mencatat kerugian sebesar 35,4 juta dolar AS (sekitar Rp550 miliar) pada periode yang sama. Pendapatan juga dilaporkan jauh lebih rendah, yakni hanya mencapai 157 juta dolar AS (sekitar Rp2,4 triliun), dibandingkan dengan klaim sebelumnya sebesar 752 juta dolar AS (sekitar Rp11,7 triliun).

eFishery didirikan pada Oktober 2013 di Bandung, Jawa Barat, dengan visi memodernisasi industri akuakultur Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada 8 Oktober 2013 oleh tiga sosok: Gibran Huzaifah Amsi El Farizy, Muhammad Ihsan Akhirulsyah, dan Chrisna Aditya.

Perusahaan ini menawarkan solusi teknologi seperti eFisheryFeeder untuk ikan dan udang, yang memungkinkan peternak mengotomatisasi pemberian pakan. Selain itu, perusahaan menjual pakan, membeli hasil panen peternak, dan mendistribusikan produk perikanan ke pasar yang lebih luas.

Sejak pertama kali dikembangkan pada 2012, mesin pakan otomatis ini telah melalui berbagai uji coba dan pengembangan sebelum akhirnya dipasarkan pada 2014. Inovasi ini mendapat sambutan hangat dari pemilik kolam ikan skala besar dan menengah yang menginginkan solusi praktis untuk efisiensi manajemen pakan ikan.

Keberhasilan produk ini juga turut didorong oleh dukungan sejumlah pihak, salah satunya Bank Mandiri yang memberikan hibah sebesar Rp 1,5 miliar pada 2015. Hibah tersebut digunakan untuk pengembangan lebih lanjut serta sosialisasi mesin pakan otomatis kepada para petani ikan.

Selain itu, kesuksesan eFishery menarik perhatian investor internasional. Pada Juli 2023, perusahaan mengumumkan pendanaan Seri D sebesar 200 juta dolar AS (sekitar Rp3 triliun), yang mendorong valuasinya melampaui 1 miliar dolar AS. Dalam berbagai kesempatan, eFishery menyampaikan komitmennya untuk mengentaskan masalah kelaparan global melalui pengembangan industri akuakultur yang berkelanjutan.

Namun, laporan investigasi ini berpotensi merusak reputasi perusahaan yang selama ini dikenal sebagai pelopor dalam sektor agritech di Indonesia.

Hingga berita ini diturunkan, pihak eFishery belum memberikan tanggapan resmi terkait tuduhan ini. Dewan direksi perusahaan dilaporkan sedang bekerja sama dengan konsultan eksternal untuk menyelesaikan penyelidikan dan memastikan transparansi kepada para pemangku kepentingan.

Kasus ini menjadi peringatan bagi startup lain di Indonesia untuk menjaga integritas laporan keuangan dan membangun kepercayaan di mata investor. Ke depan, hasil penyelidikan terhadap eFishery dapat memberikan dampak signifikan pada lanskap investasi teknologi di tanah air. (*)

Penulis: Fatimah Purwoko

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *