INTENS PLUS – JAKARTA. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) buka suara soal viral pemukulan siswa SMP pada turnamen basket di Bogor.
Plh Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA Indra Gunawan mengatakan bahwa pihaknya hingga saat ini terus mendalami dan memantau perkembangan insiden pada pertandingan SDH Basketball Cup 2025.
Peristiwa ini melibatkan salah satu peserta berinisial AS (13 tahun) yang merupakan siswa SMPN 1 Bogor. Dia diduga mengalami menganiayaan oleh peserta lawan berinisial RC dari SMP Mardi Waluyo Cibinong.
Berkaca dari kasus ini, Indra menekankan pentingnya menjunjung tinggi sportivitas dalam bertanding olah raga.
“Olahraga adalah wadah untuk membentuk karakter, bukan untuk melampiaskan kekerasan. Sebagaimana disebutkan dalam peraturan-perundang-undangan yang berlaku, segala bentuk kekerasan terhadap anak tidak dapat diterima,” tutur Indra dalam keterangannya di Jakarta, dikutip Sabtu (22/2/2025).
Namun, Indra mengapresiasi Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) yang turut memberi perhatian khusus mengenai kasus ini.
Sebelumnya, Perbasi menyatakan dengan tegas mengutuk segala bentuk kekerasan dan tidak membenarkan segala bentuk tindakan yang mencederai nilai-nilai sportivitas dalam pertandingan.
Perbasi pun telah menyurati cabang Bogor untuk memberikan sanksi kepada pemain agar tidak diperbolehkan bermain atau blacklist dari setiap pertandingan, khususnya di Kabupaten Bogor.
Kemudian, Indra mendorong agar organisasi olahraga, termasuk Perbasi, untuk melakukan asesmen atau audit terhadap kejadian ini.
Hal ini penting dilakukan untuk menilai ada tidaknya pelanggaran aturan atau bahkan kesengajaan dalam tindakan kekerasan yang ditujukan kepada satu anak tertentu. Dengan demikian, diharapkan kejadian serupa tidak terulang.
Terpisah, Sekretaris Disdik Kabupaten Bogor Nina Nurmasari menyayangkan adanya aksi pemukulan yang dilakukan oleh seorang pelajar di salah satu SMP swasta di Cibinong terhadap seorang pelajar SMP negeri di Kota Bogor dalam ajang olahraga tersebut.
Bahkan, atas hal itu Nina meminta jajaran staf kepelatihan tim basket di SMP swasta tersebut diberhentikan.
“Disdik Kabupaten Bogor akan memberikan teguran kepada SMP tersebut atas kelalaiannya dalam membina pelatih dan asisten pelatih, serta memerintahkan agar pelatih dan asisten pelatih segera dinonaktifkan,” ujar Nina Nurmasari pada wartawan, Sabtu.
Selain itu, Nina menuturkan, pihaknya akan membahas persoalan ini dengan Perbasi Kabupaten Bogor dan Kota Bogor serta Badan Pembina Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia (Bapopsi) mengenai aturan-aturan penanganan pemain yang berasal dari sekolah.
Pasalnya, saat ini belum ada regulasi yang mengatur tentang aturan tersebut. “Karena aturan yang ada hanya berlaku untuk anggota klub,” ucapnya.
Nina mengungkapkan, selain Disdik Kabupaten Bogor, Perbasi Kota Bogor juga telah menjatuhkan sanksi kepada jajaran staf kepelatihan dan pelaku.
“Sanksi berupa larangan bermain di Kota Bogor selama satu tahun untuk pelaku, mencabut lisensi pelatih dan asisten pelatih serta akan membuat surat ke Perbasi Pusat untuk sanksi pelarangan bermain agar diperluas ke seluruh wilayah Indonesia,” ungkapnya.
Tak sampai di situ, pihak sekolah juga memberikan skorsing kepada pelaku selama satu minggu.
“SMP swasta tersebut telah menjatuhkan sanksi skorsing kepada pelaku selama tujuh hari dan akan dievaluasi kembali, serta akan mengevaluasi pelatih dan asisten pelatih,” tuturnya.
Seperti diketahui sebelumnya, dari video yang beredar di media sosial bahwa aksi pemukulan tersebut terjadi saat kedua sekolah bertanding dalam turnamen bola basket.
Lalu, pelaku terekam kamera memukul kepala, perut, dan menekel korban hingga terjatuh di depan riuh penonton dengan sengaja.
Atas aksinya itu, pelaku dikecam oleh berbagai pihak akibat perbuatannya tersebut.
Sebelumnya, rekaman video yang memperlihatkan aksi pemukulan terhadap pemain saat pertandingan basket viral di media sosial. Orang tua korban menyayangkan perbuatan pelaku.
Orang tua korban pemukulan, Alfath Tauhid, mengatakan pemukulan terjadi ketika anaknya yang masih setingkat SMP berinisial AS (13) mengikuti kompetisi basket antar-pelajar pada Senin (17/2) lalu. Dia sangat menyayangkan insiden pemukulan yang menimpa anaknya.
“Benar terjadi, ada aksi pemukulan terhadap anak saya. Itu terjadi pada hari Senin yang lalu, tanggal 17. Anak saya dipukul oleh salah satu oknum siswa dari SMP MW. Yang saya sayangkan adalah pemukulan terjadi tanpa ada provokasi apa pun dari anak saya,” kata Alfath.
“Saya paham olahraga basket itu olahraga kontak. Ketika ada kontak di lapangan pada saat game, itu mungkin bisa saya tolerir. Tapi ketika anak saya tidak melakukan apa pun, sedang berdiam, kemudian ada pemukulan. Yang saya sangat sayangkan ya terjadi di usia dini seperti itu, rasa-rasanya sangat tidak pantas untuk dilakukan,” lanjutnya.
Altfath mengatakan anaknya tidak mengalami luka berat akibat pemukulan, bahkan anaknya tetap mengikuti pertandingan hingga memenangi kompetisi. Namun ia berharap pelaku mendapat sanksi tegas agar kejadian serupa tidak terulang terhadap pemain lain, di mana pun pertandingan digelar.
“Iya, usai pemukulan memang dia mengaku merasa pusing, tapi setelah itu secara fisik alhamdulillah tidak terkena bagian vital, untungnya itu. Dan alhamdulillah dia setelah dipukul masih bisa bermain basket dan baru saja menjuarai turnamen,” kata Alfath.
Dia berharap pelaku pemukulan kena konsekuensi yang setimpal dengan perbuatannya. Pelaku perlu dijatuhi hukuman.
“Harapannya sih ini menjadi kejadian terakhir ya. Apalagi ini pembinaan bola basket usia dini yang harusnya mengedepankan sportivitas, kebersamaan, kerjasama tim. Jangan sampai ada lagi ini ditiru oleh orang-orang lain, sehingga saya sih berharap ada hukuman yang tegas dan juga jelas kepada oknum pelaku ini,” imbuhnya. (*)
Penulis: Fatimah Purwoko
Basket
Jabar
Kementrian PPPA Dalami Insiden Pemukulan Turnamen Basketan PPPA Dalami Insiden Pemukulan saat Turnamen Basket
- by Fatimah Purwoko
- 22/02/2025
- 0 Comments
- 3 minutes read
- 749 Views

Berita Terkait ...
