INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Sampah menjadi masalah serius, untuk bisa ditangani secara bersama. Seperti yang diajarkan pada siswa SMPN 5 Yogyakarta, yang telah menerapkan pengelolaan sampah dengan sistem Zero Trash Community (Zetra) Pawitikra secara mandiri.
Sekolah tersebut melakukan pengelolaan sampah secara mandiri, berupa pemilahan saat membuang sampah dan mengolah sampah dengan penggunaan mesin incinerator, teknologi carbonizer ini, dianggap tidak menimbulkan emisi seperti dioxin, furan maupun sulfur dioksida ke lingkungan.
Kepala SMPN 5 Yogyakarta, Siti Arina Budiastuti mengatakan bahwa pemilahan sampah dengan menggunakan menggunakan mesin telah dilakukan sejak lama, serta pihak sekolah merasa senang sekolahnya jadi percontohan gerakan sekolah bersih oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta.
“Pengelolaan sampah secara mandiri ini, telah kami lakukan sejak lama, ini sudah masuk tahun kedua. Kami memiliki garda Zetra Pawitikra,” ungkap Rina. Rabu(26/2/2024).
Siti mengaku, seluruh siswa diajarkan setiap hari membuang sampah dengan memilah jenis sampah, lalu sampah yang sudah terkumpul disetor setiap tiap hari Jumat oleh tim sekolah. Yaitu ada guru, karyawan termasuk kepala sekolah.
“Sampah dipilah dengan rincian sampah organik dikelola sekolah, sampah anorganik disetor ke bank sampah. Sedangkan sampah residu diolah menggunakan mesin incinerator dengan kapasitas sekitar 70 kg dan hasilnya akan menyusut menjadi sekitar 10 persen,” jelasnya.
“Hasil dari sampah yang menyusut tadi, kami olah kembali menjadi berupa briket arang untuk bahan bakar. Hasil briket arang tersebut juga sudah ada pihak yang memanfaatkan,” imbuh Rina.
Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta mendukung upaya pengelolaan sampah yang dilakukan sekolah tersebut, sehingga berinisiasi meluncurkan gerakan sekolah bersih dengan kegiatan kerja bakti massal, oleh seluruh warga sekolah.

Gerakan sekolah bersih diikuti seluruh sekolah di Kota Yogyakarta jenjang 230 TK, 165 SD, 66 SMP/MTS dan sekitar 70 SMA/SMK/MA.
“Ini langkah konkret, bahwa kita serius menangani sampah. Jadi kita juga menggerakan sekolah-sekolah SMP. Kita juga bekerja sama dengan Pemda (DIY) SMA/SMK untuk ikut dalam gerakan sekolah bersih,” kata Wawan Harmawan, Wakil Wali Kota Yogyakarta yang baru saja dilantik oleh Presiden RI, Prabowo Subianto saat peluncuran ‘Gerakan Sekolah Bersih’.
Wawan memaparkan, kegiatan gerakan bersih sekolah itu adalah upaya menggugah kesadaran masyarakat bersama Pemkot Yogyakarta dan pemangku kepentingan untuk mengelola sampah, memilah dan mengurangi sampah.
Wawan berharap, dengan langkah yang dilakukannya dapat mendorong semua sekolah di Kota Yogyakarta untuk menumbuhkan peduli lingkungan terhadap pengelolaan sampah.
Ia mengapresiasi adanya kegiatan Zero Trash Community (Zetra) Pawitikra di SMPN 5 Yogyakarta, dan dipilih sebagai lokasi peluncuran ‘Gerakan Sekolah Bersih’ agar bisa menjadi percontohan pengelolaan sampah secara mandiri dengan menggunakan mesin incinerator.
“Mulai dari pengurangan sampah di sekolah, budaya mengenai penanganan sampah. Di sekolah ini sudah ada penangananya, ada incinerator kecil,untuk internal sekolah. Anak-anak muda di sini adalah agen perubahan untuk mengajak pengurangan dan pengelolaan sampah,” ujarnya.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Yogyakarta, Budi Santosa Asrori menegaskan gerakan sekolah bersih berdasarkan arahan Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo.
“Kegiatan bersih sekolah ini serentak di seluruh sekolah. Dilakukannya gerakan kebersihan ini, harapannya bagaimana sekolah bisa mengelola sampah dengan baik dan memberikan kemanfaatan bagi masyarakat sekitar. Kerja bakti rutin ini ke sekolah, rencananya akan dilakukan dua minggu sekali. Ini (wujud) bahwa sektor pendidikan peduli terhadap pengelolaan sampah dan perilaku hidup sehat dan bersih,” jelas Budi.(*)
Penulis : Elis.