Pendidikan Yogyakarta

Presiden Timor Leste Kuliah Umum di UGM Sampaikan Pendidikan, Kewirausahaan Sosial, dan Perdamaian Adalah Pilar Perubahan Sosial

INTENS PLUS – YOGYAKARTA. Presiden Timor Leste sekaligus penerima Nobel Perdamaian, Jose Ramos Horta, menyampaikan kuliah umum di Balai Senat Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan tema “Pemberdayaan Masyarakat: Pendidikan, Kewirausahaan Sosial, dan Perdamaian”. 

Dalam kuliah tersebut, Ramos-Horta menekankan pentingnya kepemimpinan inspiratif dan partisipasi komunitas sebagai landasan bagi perubahan sosial yang berkelanjutan.

“Saya menyebut ini bukan pidato, tapi catatan. Catatan untuk kita berbagi,” ujar Ramos dalam pembukaan. Kamis (31/7/2025).

Ini merupakan kunjungan keempatnya ke Yogyakarta, dan kali kedua ke kampus UGM yang disebutnya sebagai “almamater bagi ribuan warga Timor Leste”.

Dalam pandangannya, program KKN-PPM UGM (Kuliah Kerja Nyata – Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat) adalah contoh nyata bagaimana pendidikan tinggi bisa berkontribusi langsung pada perubahan sosial.

“Inisiatif Anda sangat inspiratif dan layak direplikasi secara global,” katanya, seraya menegaskan bahwa mahasiswa bukan sekadar akademisi, tapi agen perubahan di tengah masyarakat.

Ada Tiga Pilar yakni Pendidikan, Kewirausahaan Sosial, dan Perdamaian

Menurut Ramos-Horta, perubahan sosial yang sejati bertumpu pada tiga pilar utama:

Pendidikan

Ia menekankan bahwa pendidikan bukan hanya transfer ilmu, tapi pembebasan kesadaran. Di Timor-Leste, pendidikan menjadi prioritas pasca-konflik, salah satunya melalui program makan di sekolah guna mengatasi malnutrisi dan mencegah anak putus sekolah.

Kewirausahaan Sosial

Ramos mendorong transformasi ilmu kampus menjadi solusi praktis di lapangan. 

“Universitas harus menjadi inkubator kewirausahaan sosial yang tumbuh di desa, kampung, dan pasar.” tegasnya.

Ia juga mengusulkan pembentukan Jaringan Universitas ASEAN untuk Transformasi Sosial, guna memperkuat sinergi antara kampus dan komunitas dalam bidang ekonomi hijau, keadilan iklim, dan inklusi sosial.

Tanpa perdamaian, menurutnya, pembangunan tidak mungkin terwujud. Ramos mengisahkan perjuangan Timor Leste meraih kemerdekaan dan membangun kembali negaranya melalui rekonsiliasi dan keadilan restoratif.

Ia mengusulkan pembentukan Pusat Studi Perdamaian dan Rekonsiliasi Komunitas ASEAN, untuk mengkaji dan mempromosikan model resolusi konflik lokal seperti Tara Bandu.

Kepemimpinan Inspiratif, Bukan Jabatan, Tapi Keteladanan

Ramos menyampaikan bahwa pemimpin sejati bukanlah mereka yang duduk di kursi kekuasaan, tetapi mereka yang mampu menghidupkan potensi komunitas, mendengarkan, dan mendorong partisipasi warga.

“Kepemimpinan seperti ini menuntut empati, ketekunan, integritas, dan visi. Pemimpin inspiratif adalah mereka yang bisa menjadi jembatan antara masa lalu, hari ini, dan masa depan yang lebih baik,” ungkapnya.

Pesan untuk ASEAN dan Mahasiswa UGM

Menjelang bergabungnya Timor Leste sebagai anggota penuh ASEAN pada Oktober 2025, Ramos berharap ASEAN membuka ruang bagi kepemimpinan yang lahir dari tradisi lokal dan kolaborasi antar-generasi. Ia juga menitipkan pesan khusus kepada mahasiswa UGM.

“Hidupkan KKN Anda dengan mendengarkan dan bertindak. Setiap tindakan kecil Anda bisa menciptakan dampak yang besar.” tambahnya.

Di tengah berbagai tantangan global seperti kemiskinan, ketimpangan, dan perubahan iklim, Ramos Horta mengajak semua pihak untuk berkolaborasi lintas negara, komunitas, dan generasi.

“Masa depan adalah milik mereka yang berani bermimpi dan yang memiliki keberanian untuk bekerja mewujudkannya,” pungkasnya, disambut tepuk tangan meriah dari ratusan civitas akademisi UGM yang hadir langsung di Balai Senat UGM.(*)

Penulis : Elis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *