Headline Lifestyle

Hotel Mumbai, Kisah Nyata di Balik Film Thriller yang Mengguncang Dunia

INTENS PLUS –  JAKARTA. Ketika film Hotel Mumbai dirilis pada 2018, banyak penonton yang terpaku pada ketegangan dan adegan mencekam sepanjang film. Namun, di balik dramatisasi layar lebar itu, tersimpan kisah nyata yang jauh lebih memilukan kisah nyata serangan teroris ke kota Mumbai pada 26 November 2008 yang menargetkan salah satu hotel paling bergengsi di Taj Mahal Palace, India.

Film ini bukan sekadar thriller aksi. Ia merupakan pengingat akan tragedi yang menelan lebih dari 170 korban jiwa, dan sekaligus penghormatan bagi keberanian luar biasa dari para staf hotel yang mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkan para tamu.

Serangan dimulai pada malam 26 November 2008. Sepuluh orang bersenjata dari kelompok militan Lashkar e Taiba tiba di Mumbai melalui laut dan melancarkan serangan simultan ke berbagai titik, Stasiun Kereta Chhatrapati Shivaji (CST), Kafe Leopold, rumah ibadah Yahudi Chabad House, dan dua hotel mewah Taj Mahal Palace dan Oberoi Trident.

Di Taj Mahal Palace, empat orang bersenjata masuk dengan membawa senapan serbu dan bahan peledak. 

Mereka menembaki siapa saja yang mereka temui, membakar bagian-bagian hotel, dan menyandera para tamu. Serangan itu berlangsung selama hampir 60 jam, menjadikan hotel tersebut simbol paling nyata dari kekacauan malam itu.

Di tengah kekacauan, sebagian besar staf hotel justru memilih untuk tidak melarikan diri. Mereka membantu tamu bersembunyi, mengevakuasi mereka lewat jalur dapur dan tangga darurat, dan bahkan mengalihkan perhatian para penyerang.

Salah satu tokoh nyata dalam peristiwa itu adalah Hemant Oberoi, kepala koki senior hotel, dan Mallika Jagad, manajer banquet muda. Bersama tim mereka, mereka memimpin evakuasi diam-diam di tengah dentuman granat dan tembakan senapan otomatis.

Kisah yang Dibawa ke Layar Lebar

Satu dekade setelah tragedi itu, film Hotel Mumbai karya sutradara Anthony Maras hadir membawa kembali kisah kelam itu ke mata dunia. Film ini dibintangi oleh Dev Patel sebagai Arjun, seorang pelayan hotel fiktif yang terinspirasi dari gabungan karakter staf nyata, dan Anupam Kher sebagai Hemant Oberoi.

Dengan gaya dokumenter yang kental dan narasi yang penuh empati, film ini menggambarkan secara detail bagaimana para teroris masuk, menyandera, dan membunuh. 

Tapi lebih dari itu, film ini menyoroti aspek kemanusiaan, rasa takut, keberanian, dan solidaritas antar manusia dalam situasi paling mengerikan.

Banyak adegan dalam film yang diambil dari kesaksian korban selamat, rekaman kamera pengawas, serta dokumenter Surviving Mumbai (2009). 

Penonton disuguhi realitas brutal serangan, tanpa glorifikasi kekerasan. Fokus tetap pada korban bukan pelaku.

Hotel Bersejarah yang Jadi Target

Taj Mahal Palace bukan sekadar hotel mewah. Dibuka pada 1903 oleh Jamsetji Nusserwanji Tata pengusaha Parsee ternama, hotel ini merupakan simbol kebanggaan India modern. 

Konon, Tata membangun hotel ini setelah ditolak masuk ke hotel lain karena bukan orang Eropa, sebuah bentuk perlawanan terhadap diskriminasi kolonial.

Dirancang dengan gaya arsitektur Indo Saracenic dan fasilitas termutakhir kala itu, Taj Mahal Palace menjadi tempat menginap favorit para kepala negara, bangsawan, artis, dan tokoh dunia. 

Letaknya strategis di kawasan Colaba, tepat di sebelah Gerbang India (Gateway of India), menjadikannya landmark ikonik Mumbai.

Pada masa Perang Dunia I, hotel ini bahkan sempat berfungsi sebagai rumah sakit militer. Di tahun 1973, menara tambahan dibangun untuk memperluas kapasitas. Taj Hotel bukan hanya tempat tinggal sementara, ia adalah bagian dari sejarah bangsa.

Serangan pada (26/11/2008),  Hotel Mumbai sebutan populer untuk peristiwa ini, meninggalkan luka yang dalam. Ratusan keluarga kehilangan orang-orang tercinta. Mumbai berubah selamanya. 

Tapi yang tak kalah penting, dunia melihat bagaimana terorisme bisa menghancurkan kota besar dalam sekejap, dan bagaimana keberanian individu bisa membuat perbedaan besar.

Setelah serangan, Taj Mahal Palace menjalani renovasi besar. Namun, pihak manajemen bertekad tidak menghapus bekas luka sejarah. Sebagian elemen yang rusak dipertahankan sebagai monumen internal, menjadi pengingat akan malam ketika ketakutan menyelimuti, tetapi kemanusiaan tidak padam.

Kini, Taj Mahal Palace telah pulih dan kembali menjadi simbol kemewahan dan ketahanan. Ia tidak lagi hanya dikenal karena pelayanannya yang prima atau arsitekturnya yang megah, tetapi juga karena sejarahnya yang menyentuh sisi paling mendasar dari nilai manusia, keberanian, pengorbanan, dan solidaritas pada saat kejadian itu.(*)

Penulis : Elis

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *